33. Camping

846 49 6
                                    

Hari yang tidak ditunggu-tunggu Vivi telah tiba. Hari keberangkatan untuk acara camping sekolah. Vivi mendelik kesal melihat Via dan Dimas yang duduk bersebelahan di bus. Gara-gara Dimas memaksa Via, alhasil Vivi duduk sendiri di belakang mereka.

"Vi, gue duduk disini ya?"

Vivi mendongak dan melihat seorang cowok sedang tersenyum ke arahnya. Vivi mengenalnya, namanya Ryan.

Ryan, teman sekelas Dimas yang super tampan. Pertemuan pertamanya dengan Ryan adalah ketika Dimas dengan hebohnya mengajak Ryan ke kelas untuk bertemu dengan Via, pacar baru si Item—Dimas.

Vivi kesal sekali melihat Dimas. Tingkahnya yang hiperaktif membuat siapapun muak berada di dekatnya. Kecuali Via, atau mungkin cewek itu merasa muak tetapi memilih bungkam saja.

Vivi mengangguk, memperbolehkan Ryan duduk di sampingnya. Masih mempertahankan wajah kesalnya.

"Maaf, ya, si Dimas emang gitu orangnya. Suka maksa." Kata Ryan setelah cowok itu duduk.

"Iya, tau." Jawab Vivi sarkastik.

"Lo marah?" Tanya Ryan kepo. Vivi menggeleng, "Kesel aja. Gue udah janjian duduk sama Via, eh dia tiba-tiba nyosor. Ngalah deh gue sama orang gila."

Tersadar bahwa salah bicara, Vivi langsung membuka suara, "Eh—gue nggak maksud gitu ke temen lo."

"Sans aja kali. Emang gila dianya."

Vivi menghela napas lega. Bahkan temannya saja menyadari betapa anehnya laki-laki bernama Dimas itu.

"Anak-anak, sebelum kita berangkat, hendaknya kita berdoa dahulu agar kita diberi keselamatan sampai tujuan." Ucap Karina.

Vivi memutar bola matanya mendengar perkataan Karina. Dasar pencitraan, pikirnya. Karina sang Mak Lampir yang suka sekali mencari perhatian, apalagi di depan Kevin.

Lalu mereka berdoa sesuai intruksi Karina.

Lagi-lagi Vivi kesal melihat Karina yang mengambil tempat duduk di samping Kevin. Ingin rasanya Vivi menjambak Karina sehingga wanita ular itu jatuh keluar bus dan terguling di aspal.

Vivi ngakak, memikirkan hal itu terjadi. Dia akan mentraktir Via dan Dimas batagor Mang Suneo 10 bungkus. Vivi rela, asalkan Karina terguling di aspal bagai ban.

Kevin dan Karina duduk di kursi bagian kanan, sejajar dengan Dimas dan Via yang berada di bagian kiri. Sedangkan Vivi dan Ryan duduk di belakang Via. Dari posisi itu, Kevin dapat melihat Vivi.

Ada rasa yang mengganjal di hati Kevin ketika melihat Vivi—pacarnya yang bersenda gurau dengan Ryan.

"Vin," panggil Karina.

Kevin tersadar dan menoleh ke sampingnya, "Iya?"

"Kamu denger nggak tadi aku ngomong apa?"

Kevin menatap Karina bingung, karena dia sedari tadi melihat ke arah Vivi tanpa tahu apa yang dibicarakan Karina.

"Dari tadi kamu ngeliatin siapa sih?" Tanya Karina kesal dan mencoba untuk melihat ke arah Vivi.

"Nggak ada." Kevin menghalangi Karina dengan tangannya.

Karina mencebikkan bibirnya kesal lalu kembali bersandar di kursinya sambil melipat tangan di dada. Tidak terima dengan Kevin yang mengabaikannya.

"Makanya kalau aku ngomong itu didengerin."

"Iya, maaf."

Lain hal dengan Vivi yang melirik ke arah Karina dengan sinis. Mak Lampir itu berani-beraninya mengulah di depan murid-murid seperti ini. Dasar tidak tahu malu.

Hate You, Teacher!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang