8. PDKT?

8.1K 288 7
                                    

"Makasih, Kak." ucap Vivi saat sampai di depan gerbang sekolah lalu ia turun dari mobil Vero.

Ya, Vivi dan Vero telah berbaikan. Vero mengatakan bahwa dia akan segera mengenalkan pacarnya pada Vivi.

Vivi hanya mengiyakan saja, padahal ia akan menendang bokong perempuan yang menjadi pacar kakaknya itu sampai terlempar ke Australia.

Jauh, bukan?

Vivi melanjutkan langkahnya menuju kelas. Ia sempat berpikir, mengapa ia setiap hari selalu bertemu dengan Kevin padahal Kevin tidak mengajar di kelasnya setiap hari.

Mungkin jodoh?

Tidak, Vivi tidak mau menjadi jodoh Kevin.

Apalagi Dino, papinya, sangat ingin ia berpacaran dengan Kevin. Ia tidak menyangka Dino sangat kenal dengan Kevin.

Vivi tidak mau membayangkannya lebih lanjut. Ia segera memasuki kelasnya dan melihat Via yang melamun di bangkunya.

"Woy! Jangan melamun mulu, entar kesambet." canda Vivi.

"Hm." balas Via.

"Lo kenapa sih? Mata lo kok sembab? Pasti gue bener kan, kalo semalem lo itu abis nangis."

Via tersenyum getir, ia menumpahkan air matanya lagi. Dengan segera Vivi menepuk-nepuk pelan pundak Via, mencoba menenangkannya.

"Gue putus sama Jonathan."

Vivi terdiam. Apa hanya karna putus dengan Jonathan, Via hampir stress seperti itu?

"Udah deh, nggak usah nangis. Masih banyak ikan di laut."

"Masa iya gue pacaran sama ikan?"

"Nggak gitu maksudnya gob—"

"Vivi! Lo dipanggil Pak Kevin, disuruh ke kantor guru!" teriak Udin.

Vivi segera bangkit, "Nanti lagi ya ceritanya, gue mau nyelesain masalah sama guru kesayangan lo itu."

Via mengangguk. "Hati-hati."

"Selo, gue bisa atasi yang kaya ginian."

****

Vivi sedang duduk berhadapan dengan orang yang sangat ia benci. 'Salah apa sih gue, Ya tuhan?'

"Saya tau, kemarin kamu bolos." tegas Kevin.

Vivi menampilkan ekspresi biasa saja, walau padahal dia sangat takut melihat Kevin marah. Bisa nih Vivi ikut bergabung dengan klub drama ala-ala di sekolahnya.

"Ya, trus?"

"Bisa nggak kamu ngomongnya sopan sedikit sama saya?"

"Engga."

Kevin mengatur napasnya, mencoba tidak melampiaskan emosinya pada bocah nakal dihadapannya. Dia sudah sering berhadapan dengan banyak murid bandel, Vivi hanya salah satunya.

"Saya akan mengadukan kamu ke BK kalau kamu masih tidak sopan sama saya."

"Lah? Kalo gue sopan pun lo bakal aduin gue ke BK. Jadi percuma aja."

"Saya lagi nggak mau marah sama kamu. Jadi saya nggak akan mengadukan kamu. Tapi—"

Vivi menaikkan satu alisnya, "Tapi apa?"

"Saya nggak mau kamu terkena pergaulan bebas."

"Lah apa sih?"

"Kamu nggak boleh pacaran lagi dengan pacar kamu itu."

Vivi mengernyitkan dahinya. "Pacar? Gue nggak punya pacar. Atau, lo ngejek gue ya?"

Kevin memutar bola matanya, ia menggelengkan kepalanya. "Saya tau, kamu pacaran dengan Angga Reynaldi."

Hate You, Teacher!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang