21. Bertemu Angga

5.6K 203 0
                                    

Teriknya sinar matahari di luar ruangan yang Vivi tempati, membuat Vivi bergidik ngeri. Akhir-akhir ini cuaca ekstrem menyerang kota. Untungnya, Vivi bisa ngadem di toko buku ini.

Niat awalnya memang ngadem, tetapi tidak ada salahnya untuk mencari buku atau novel yang menarik perhatiannya bukan?

Cewek itu menyusuri bagian buku pelajaran SMA. Ia mendengus ketika melihat buku pelajaran yang tidak ia suka. Matematika. Pelajaran sialan, pikirnya.

Omong-omong tentang Matematika, Vivi teringat tentang gurunya--

"Hai, Vivi."

Vivi berbalik melihat siapa yang telah berbaik hati menyapanya. Atau mungkin Vivi terlalu populer sehingga fansnya berserakan dimana-mana?

Tidak mungkin. Lebih banyak fans Kevin jika dihitung dengan rumus trigonometri.

Mata Vivi sedikit melotot, "Angga?"

"Apa kabar? Udah lama nggak ketemu."

Vivi menatap cowok itu--Angga, dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Lo pindah sekolah ya?"

Angga mengangguk. "Gue dipindahin ke sekolah yang deket sama rumah gue. Biar orang tua gue gampang mantau gue. Kayak anak kecil banget kan."

"Belajar yang bener. Lo udah mau lulus." Ceramah Vivi sok berlagak seperti orang tua.

"Iya, gue juga udah ikut bimbingan belajar."

Vivi mengangguk-angguk. Tak tahu bagaimana mau melanjutkan percakapan itu.

"Lo gimana? Sama si Kevin kampret itu." Tanya Angga membuat Vivi melotot. Lalu segera dia menetralkan ekspresi terkejutnya.

Cewek itu mengibaskan tangan seolah tidak peduli. "Apaan dah."

"Saran gue jangan mau sama dia. Pedopil." Ujar Angga dengan berbisik di akhir kalimatnya.

"Iya, pedopil. Gue sukanya berondong."

"Berondong gaya lo, dih. Berondong jagung."

"Serah. Eh, btw, lo ngapain di sini? Mau beli buku?" Tanya Vivi berniat mengalihkan pembicaraan yang sedari tadi membahas Kevin yang pedofil.

Seketika Vivi menyadari pertanyaan yang barusan dilontarkannya itu sangat bodoh.

Iyalah beli buku, masa cari berondong jagung?

"Gue disuruh beli buku buat pendukung belajar."

"Rajin, rajin. Bagus deh, jadi populasi murid bandel bakal berkurang." Ucap Vivi menepuk-nepuk pundak Angga yang lebih tinggi dari dirinya yang pendek.

"Sebenernya gue nggak bandel. Cuma agak males aja." Bela Angga pada dirinya sendiri.

"Terserah."

Angga terlihat sedikit berpikir, lalu membuka suara, "Vi, temenin gue makan kuy? Aman dah gue traktir."

"Oke." Jawab Vivi secepat kilat, tidak mau menyia-nyiakan kesempatan berharga--ditraktir Angga.

****

Vivi menatap Angga lekat, "Ngga, lo udah beneran tobat?" Tanya Vivi di sela-sela waktu makan mereka.

"Tobat apanya? Sejak kapan gue sejahat itu sampe harus tobat?" Tanya Angga bingung. Tentu saja bingung, dia tidak membunuh orang ataupun berbuat hal jahat sampai harus bertobat.

Dia hanya malas belajar, sering cabut dan bolos, terkadang memaki guru. Hanya itu saja.

Vivi tertawa kecil, "Nggak gitu maksudnya, ya, lo kayak jadi anak baek aja gitu."

Hate You, Teacher!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang