5. Vivi Sakit

9.3K 340 20
                                    

Vomments dulu ya njir

***

"Dek, aku nggak bisa jemput kamu. Gapapa ya? Ada kelas pengganti." Vero berbicara dengan adiknya lewat teleponnya.

'Sibuk mulu, gak bosen apa?' geram Vivi dalam hati.'

"Yaudah." Seketika Vivi mematikan panggilannya dengan Vero, tanpa embel-embel 'love you' seperti biasanya.

Vivi dengan malas duduk di halte bus dekat sekolahnya. "Pas dibutuhin nggak ada, pas nggak dibutuhin ada. Kenapa selalu begini ya Tuhan?" keluh Vivi.

"Karena kamu kurang beriman." jawab seseorang yang tiba-tiba berada di samping Vivi.

'Kenapa sih nih guru selalu muncul tiba-tiba? Titisan setan kali ya?'

"Apaan sih, Pak. Ganggu aja. Sana kek, pulang." Usir Vivi kesal. Kehadiran Kevin membuat moodnya makin memburuk.

"Harusnya saya yang nyuruh kamu pulang, masih kecil udah keluyuran. Kalau orang tua kamu nyariin gimana?"

Vivi memutar bola matanya malas.
"Kalo orang tua gue nyariin, ya mereka pasti nelpon guelah, Pak. Yang logis aja mikirnya."

Kevin sedikit terkejut dengan Vivi yang berbicara 'lo-gue' padanya.

"Kamu nggak bisa ngomong dengan sopan ke saya?"

"Ini kan di luar sekolah. Suka-suka gue dong. Lagian lo ngapain sih ceramahin gue?"

"Saya khawatir. Kalau kamu diculik dan handphone kamu dibuang gimana? Mau menghubungi kamu pakai apa? Telepati?"

"Terserah, Pak. Gue mau pulang aja."

"Baguslah kalau kamu pulang, biar kamu nggak hilang. Udah cepat sana pulang."

"Nah itu, gue pulangnya naik apa ya? Cariin taksi kek, Pak."

"Lah kakak kamu mana?"

"Ada kelas pengganti."

"Pacar kamu?"

Vivi lagi lagi memutar bola matanya mendengar ocehan gurunya.
'Anjing, bacot bener nih guru. Pengen gue tonjok biar kobam dikit.'

"Pacar gue jauh. Gak bisa jemput."

Mata Vivi menjadi sendu. Pacarnya siapa? Harry Styles? Hey, ini sudah 2k19 tapi Vivi masih saja suka berkhayal.

"Naik angkot aja sana."

Vivi melototkan matanya mendengar perkataan Kevin. "Jangan deh, Pak. Gue trauma naik begituan."

"Kenapa?"

"Somethinglah. Kepo!"

"Yaudah deh, saya aja yang ngan—"

Drrttt drrttt

Omongan Kevin terputus karena getaran dari handphone Vivi. Ia langsung mengangkat panggilan itu.

Incoming Call
Papi Gawl

Rasa bingung menghampiri Vivi saat melihat Papinya menelpon dirinya. Vivi saja hampir lupa kalau dia menyimpan nomor Dino, Papinya.

"Halo, Pi? Tumben nelpon."

"Eh Vivi, ini, Vero tadi bilang ke Papi kalau dia gak bisa jemput kamu. Makanya, Papi mau jemput kamu sekarang. Kamu masih di sekolah?"

"Iya, Pi. Eh, Papi nggak kerja?"

"Ya kerjalah. Kamu mau nggak nih dijemput?"

"Ett—mau Pi, mau. Vivi di halte deket sekolah."

Hate You, Teacher!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang