25. Pernyataan

1.2K 205 3
                                    

Happy Reading

Kamu menutup matamu rapat, kemudian menghela nafas kasar. Kamu masih tidak percaya dengan semuanya.

Sekarang, kamu berada di depan rumah Hyunjin. Kamu mengetuk pintu rumahnya.

Pintu terbuka, dan sosok Felix sudah berdiri di hadapanmu

"Loh? Kamu ngapain ke sini? Kok nggak ngabarin?" kamu tidak menjawab pertanyaan Felix, kamu hanya tersenyum.

"Aku masuk, ya?" tanyamu.

Tanpa bertanya lagi, Felix menganggukkan kepalanya.

Setelah masuk ke dalam rumah, matamu menelusuri setiap suduh rumah, mencari keberadaan sosok yang sangat ingin kamu jumpai selama ini.

Kamu ingin menyapa dia, bukan sebagai seorang temannya pacarmu, atau pun sebagai kakak kelas. Tetapi sebagai sahabat kecilmu.

Hyunjin kemudian muncul dari dapur, dengan gelas yang berisi air di genggamannya.

Kamu berlari ke arah dia, kemudian menubrukkan dirimu kedalam pelukannya.

"Kenapa nggak bilang dari awal sih! Yang bener aja, gue uda tunggu selama ini, tapi nggak ada tanda-tanda sama sekali. Jahat banget, loe!" omelmu sambil menangis.

Rasanya sangat bahagia, ketika kamu sudah bertemu dengan orang yang selama ini kamu cari.

Seungmin, Jisung, dan juga Jeongin yang berada disana menatap kalian dengan bingung.

Tubuh Hyunjin kaku, mungkin karena terkejut. Ia kemudian membalas pelukanmu,

"Halo?" sapanya kikuk, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Uda kali acara peluk-pelukkannya." sindir Felix.

Kamu kemudian menarik dirimu, kemudian menatap ke arah Felix.

"Kamu uda tahu 'kan? Kenapa sih kamu nggak kasih tahu aku?" tanya mu sambil menghapus air matamu.

"Yah, nanti jadinya nggak surprise, dong." ucapnya dengan wajah tak berdosa.

"Surprise-surprise, nggak lucu, tahu!"

"Maaf dong, Y/n. Ini semua idenya Felix, tapi emang karena aku minta bantuan dari dia."

Kamu mengangguk-anggukkan kepalamu.

"Oh iya, Y/n. Ada satu hal lagi," Hyunjin menggantungkan kalimat nya. Kamu menatapnya dalam diam, menunggu apa yang akan dia bicarakan.

"Gue suka sama loe,"

Kamu menatap Hyunjin tak percaya, begitu juga dengan Seungmin, Jisung, dan Jeongin.

Jisung ingin menghampiri Hyunjin, tapi Felix segera mencegatnya. Felix tersenyum, sambil menggelengkan kepalanya, pertanda untuk tidak melakukan hal itu.

"Tapi itu dulu," sambungnya. "Gue bahagia ketika ngelihat loe sama orang yang tepat, sahabat gue sendiri. Gue bener-bener berharap agar loe dan Felix bisa terus bersama. Saling percaya satu sama lain, itu satu-satunya kunci untuk membangun suatu hubungan. Jadi gue harap, loe berdua jangan ngecewain gue" jelasnya sambil menampilkan senyumnya, hingga matanya membentuk garis lurus. Senyum yang sudah lama tidak kamu lihat.

Felix yang melihat dan mendengar itu, tersenyum lebar.

"Dare gue uda tuntas 'kan?" tanya Hyunjin sambil menempatkan dirinya di sofa,

"Wah, gila loe. Tadinya gue kira loe sengaja bilang gitu ke Y/n untuk memulai persaingan. Gak kebayang kalau emang beneran terjadi. Apa jadinya masa depan kita yang tidak buluk seperti Jeongin, ini?" ucap Jisung, dramatis.

"Kok jadi gue sih, bang! Gue mulu perasaan." kesal Jeongin, menatap Jisung dengan tatapan ingin membunuh.

Jika bukan karena Jisung lebih tua dari dirinya, maka ia sudah akan melakukannya dari jauh sebelum hari ini.

"Jadi sebenarnya, kalian itu apa? Kenapa Y/n tadi tiba-tiba meluk Hyunjin?" tanya Seungmin.

Kamu dan Hyunjin mulai menjelaskan kisah demi kisah.

Kalian menghabiskan waktu dirumah Hyunjin. Ketika waktu sudah hampir malam, kamu dan Felix pun berpamitan.

To Be Continue~

Double update, gak tuh. Wkwk.

Jangan lupa vote dan comment ya!

Btw, bisakah chapter ini tembus 100 votes? Wkwk. I'm curious about that!

Xoxo,
Lyn

Anak kecil ; Lee FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang