DUA PULUH DUA

844 145 36
                                    


Suatu malam, di sebuah private cafe, terdapat dua orang berlainan jenis duduk berhadapan. Mimik serius terlihat jelas dari wajah keduanya.

“Ini uang yang kujanjikan.” ujar Iris sambil mengangsurkan sebuah amplop coklat tebal kepada laki-laki dihadapannya. “Terima kasih atas kerjasamamu.”

“Sama-sama, Nona. Jangan sungkan untuk meminta bantuanku lain kali.” ujar si pria dihadapannya sambil menyeringai.

Pria tersebut ternyata adalah orang suruhan Iris untuk mencari tahu latar belakang Sean dan juga Gwen. Tidak hanya itu. Pria itu diminta Iris untuk melakukan sesuatu yang dapat merusak hubungan mereka. Dengan cara membuat artikel berita palsu mengenai kejadian yang menimpa ayah Gwen dan ayah Sean.

Iris berkata pada Gwen bahwa ayah Gwen meninggal bukan karena kecelakaan, melainkan karena ayahnya dihukum atas penggelapan uang terhadap perusahaan ayah Sean. Karena kejadian itu juga menyebabkan kedua orang tua Sean bercerai. Bahkan ibu Sean depresi hingga akhirnya bunuh diri.

Atas pencarian yang Iris lakukan tentang latar belakang Sean dan Gwen, Iris berencana membeberkan kenyataan itu pada Gwen berharap dengan begitu Gwen merasa bersalah pada Sean dan menjauhinya. Rencananya berhasil. Gwen pergi tanpa tahu bahwa Iris membodohinya dengan memutar-balikkan fakta yang sebenarnya.

“Tentu. Asal kau dapat menjaga rahasia. Jangan sampai apa yang kau lakukan diketahui orang lain.”

“Aku akan melakukannya jika kau bisa menjaga nama baikku sebagai wartawan, Nona. Seperti yang kau janjikan. Kau tahu, kan, permintaanmu ini sangat berisiko untuk karirku. Aku menyanggupinya karena kau berjanji menjamin karirku. Dan aku sudah mengerjakan seperti yang kau minta dengan sangat baik.”

”Kau tidak perlu meragukanku. Aku bukan orang yang ingkar janji. Lakukan saja apa yang aku minta untuk menutup mulutmu...”

Prokk prokk

Ucapan Iris terpotong karena mendengar suara tepukan di sekitar mereka. Kafe itu cukup sepi sampai suara sekecil apapun dapat terdengar. Apalagi tepuk tangan yang terdengar lumayan keras. Untunglah, hanya ada beberapa pengunjung kafe dan pelayan jadi tidak mengganggu.

Iris menoleh ke arah sumber suara. Dan terkejut saat mengetahui siapa pelakunya.

David Gordon.

“Wah...wah. Drama yang mengesankan.” David mendudukkan diri di samping Iris. Ia mengambil amplop yang Iris berikan pada pria suruhannya tadi dengan santai, tanpa memedulikan tatapan panik dari wanita disampingnya.

David mencibir memperhatikan amplop di tangannya dan pria suruhan Iris bergantian. “Nice!” Tanpa memedulikan tatapan bingung dari pria di depannya, David memperkenalkan diri. “Aku David Gordon, pemilik agensi model terbesar di New York. Juga keponakan dari ayah wanita cantik ini.” Ia mengubah mimiknya jadi lebih serius. “Jadi, apa yang sudah kau lakukan dengan uang sebanyak ini? Katakan padaku, Tuan!”

Saat Sean memukul Jason di ruangannya, David sudah curiga ada yang tidak beres. Apalagi saat Jason menjelaskan apa penyebab kemarahan Sean.

“Aku meniduri kekasihnya.” jelas Jason saat itu.

“Apa?! Kau gila?!”

“Tenang dulu. Itu rencana Gwen.”

“Apa maksudnya? Aku tidak mengerti.”

“Gwen yang memintaku melakukan itu. Sebenarnya kami tidak melakukan apa-apa. Kami hanya pura-pura. Aku tidak menyentuhnya.”

“Lalu, kenapa Gwen merencanakan itu?” tanya David tak sabar.

“Aku tidak tahu. Gwen hanya mengatakan padaku bahwa keluarganya sudah bersalah pada Sean. Ayahnya menyebabkan kedua orang tua Sean berpisah, hingga hidupnya sebatang kara. Aku sudah menolak, awalnya. Tapi Gwen memaksa.”

Lost Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang