EMPAT BELAS

1K 176 41
                                    


Hari pertunangan Sean dan Iris tiba. Pertunangan yang diadakan di sebuah ballroom salah satu hotel bintang lima di Manhattan itu dihadiri banyak orang dari kalangan atas. Sebagian besar dari mereka adalah kolega bisnis ayah Iris.

Pertunangan ini memang diadakan secara besar-besaran. Terlebih Sean yang merupakan seorang produser terkenal dan ayah Iris yang seorang konglomerat membuat banyak media yang ikut meliput.

Gwen melangkahkan kakinya dengan ragu memasuki ruangan besar yang sudah didekorasi dengan sangat apik itu. Hari itu ia memakai dress dengan potongan sederhana yang ia pinjam dari Katie. Untunglah, ukuran mereka sama karena Gwen sama sekali tidak punya pakaian bagus. Tapi, sayang gadis belia itu tidak bisa menemaninya dan terpaksa Gwen datang sendiri.

Gwen mengedarkan pandangan. Tidak ada yang ia kenal. Ia bagaikan makhluk kecil yang tersesat diantara kerumunan orang berpakaian bagus dan mahal. Teman-temannya pun belum ia lihat batang hidungnya. Gwen hanya bisa berdoa semoga acara pertunangan segera dimulai. Setelah itu, ia menemui Iris untuk mengucapkan selamat dan langsung pulang.

Gwen berdiri canggung di salah satu sudut. Ia merasakan pegal luar biasa di pergelangan kakinya. Ia tidak terbiasa memakai sepatu tinggi. Kenapa acaranya lama sekali? Rencananya tadi terdengar mudah, tapi Gwen tidak memperhitungkan kalau dia harus menunggu lama untuk merealisasikannya.

Di sekeliling Gwen, ia mendengar orang-orang berbisik membicarakan sesuatu di depan sana. Sepertinya ada yang menarik. Gwen jadi penasaran. Ia menoleh mengikuti arah pandang orang-orang. Netranya menangkap siluet sepasang kekasih yang terlihat sangat menawan dan serasi. Iris mengenakan gaun malam berwarna putih yang menjuntai sampai mata kaki yang pas di tubuh indahnya, bergelayut mesra disamping Sean yang mengenakan tuksedo hitam dengan dasi kupu-kupu yang membuatnya terlihat sangat...tampan.

Mereka terlihat berbincang menyapa para tamu undangan. Senyum bahagia tak lepas dari bibir keduanya. Ralat. Hanya salah satunya karena Sean hanya memasang senyum seadanya. Membuat Gwen berpikir, apa yang dirasakan pria itu? Sejak semalam ia terus memikirkan kata-kata Sean. Gwen bahkan tak bisa tidur. Apakah Sean mengatakannya dengan tulus? Apa ia jujur? Kalau begitu, kenapa dia mau bertunangan dengan Iris?

Gwen menatap Sean lagi. Dan betapa terkejutnya ia saat Sean juga sedang menatapnya. Posisinya saat ini cukup tersembunyi. Apalagi dengan postur tubuhnya yang mungil. Tapi kenapa Sean bisa menyadari keberadaannya?

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Gwen tidak mencoba mengalihkan pandangan. Mereka saling bertatapan. Mata Sean menyiratkan hal lain. Bukan tatapan tajam atau misterius, tapi ada pengharapan disana. Dan juga...cinta. Seakan berbicara pada Gwen bahwa ia mengaguminya dan berharap ia yang berada di sisinya saat ini.

Gwen tidak tahan. Ia segera menunduk. Kenapa jantungnya jadi berdegup kencang? Ia lalu berjalan menjauh. Sepertinya ia butuh minuman.

Gwen menuju sebuah meja di sudut yang menyediakan minuman. Kebetulan sudut itu sepi sehingga Gwen bisa sekaligus mengatur detak jantungnya yang entah kenapa tiba-tiba menggila. Ia mengambil salah satu gelas dan hendak meminumnya. Namun, pergerakannya harus terhenti karena tiba-tiba ada yang menahan tangannya.

“Kau ingin mabuk? Kau boleh meminumnya kalau kau ingin mabuk. Tapi, kusarankan jangan.” Ujar Sean masih sambil memegang pergelangan tangan Gwen.

Gwen dengan segera menarik diri. “Bukan urusanmu.”

Gwen kembali mencoba meminum air di gelas itu tapi Sean malah merebutnya dan menaruhnya di meja begitu saja. Gwen hendak protes tapi pria itu malah menariknya. Sean membawanya menjauh dari keramaian. Gwen terus meronta. Sebenarnya, mau kemana Sean membawanya? Bagaimana kalau ada yang melihat?

Lost Love [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن