SATU

2.1K 317 18
                                    


Gwen dan Clara, ibunya, turun dari sebuah taksi yang mereka tumpangi. Mereka akan menemui Roy Nakagawa di tempat yang pria itu beritahukan padanya saat di Toronto.

Dan kini mereka sudah sampai di alamat yang diberikan oleh pria itu. Namun, mereka terkejut saat mendapati gedung di depan mereka kosong seperti tak berpenghuni.

“Kau yakin ini tempatnya?” tanya Clara.

“Aku tidak tahu, bu. Aku hanya mengikuti alamat yang diberikan Mr. Nakagawa. Lagipula supir taksi tadi bilang benar alamatnya disini.”

“Aku pikir perusahaan besar.”

“Ku pikir juga begitu, bu.”

Clara meremas kedua tangannya. Entah mengapa ia merasakan firasat tidak enak.

Gwen melihat sekeliling. Namun, yang ia dapati hanya sepi. Saat itu kebetulan ada seorang wanita yang berjalan sendirian. Gwen langsung menghampiri untuk bertanya pada wanita itu.

Excuse me. Can you help me? We’re looking for this address.” Gwen menunjukkan padanya kertas yang ia pegang, “Is it true? I mean this building.”

Wanita itu membaca alamat yang tertera pada kertas yang Gwen pegang. “Oh, yes. It’s true. But i don’t think it’s what you’re looking for. It’s been empty since years ago.”

Gwen dan ibunya saling pandang, “Are you sure?”

Of course. I’ve been lived in this neighbourhood for a long time.”

“Ok. Thank you.”

Gwen terpaku. Ia hanya menatap kosong pada tubuh wanita yang ia tanyai tadi yang semakin menjauh.

“Bagaimana ini, bu?” lirihnya.

“Kau punya kontak Mr. Nakagawa? Coba hubungi dia,” ujar Clara mencoba memberi solusi.

Gwen segera mencari kartu nama yang diberikan pria itu dan menghubungi nomer kontak yang tertera disana. Sekali mencoba hasilnya nihil. Nomernya tidak aktif. Gwen tidak menyerah. Ia coba berkali-kali. Namun, hasilnya tetap sama. Nomer itu bahkan tidak terdaftar.

Gwen terduduk lesu. Ia bahkan sudah memberikan pria itu uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Kenapa ia bisa bodoh dan percaya begitu saja pada orang asing?

“Ya Tuhan. Aku sudah memberikan 5000 dollar yang dia minta. Apa yang harus aku katakan pada Eddy? Bagaimana ini?”

Clara memeluk anaknya yang tersedu. “Tenanglah. Semua ada jalan keluarnya.”

“5000 dollar itu tidak sedikit, bu. Aku ditipu,” tangis Gwen semakin menjadi membuat Clara iba.

“Ibu tahu.”

Clara semakin mengeratkan pelukannya pada Gwen yang menangis di bahunya. Wanita itu menengadahkan kepalanya. Dalam hati, ia berdoa pada Tuhan agar kebahagiaan selalu menyertai putri semata wayangnya. Sudah cukup hidup mereka susah selama ditinggal suaminya untuk selamanya.

“Kau harus bersabar, Gwen.”

***

Beberapa menit berlarut dalam kesedihan dan penyesalan, akhirnya Clara mampu membujuk Gwen untuk bangkit. Wanita yang tetap cantik di usia yang tak lagi muda itu terus mendukung anaknya untuk tak menyerah. Kejadian yang menimpanya ini adalah bagian dari cobaan hidup yang harus ia hadapi sebelum menjadi orang sukses kelak. Jika ia mampu bertahan, maka akan menjadi orang yang lebih kuat.

Karena tidak mungkin kembali ke Toronto saat itu juga, mereka akhirnya memutuskan mencari penginapan. Mereka terus berjalan tak tentu arah di keramaian kota New York. Gedung-gedung pencakar langit di kanan kiri mereka berdiri dengan megah. Saling berlomba-lomba seakan menyombongkan diri merekalah yang paling megah diantara yang lain.

Lost Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now