ENAM

1.5K 227 21
                                    


Suasana The Róse Café masih lengang dari pengunjung. Kafe itu baru saja buka dan siap menerima pelanggan mereka. Gwen sudah siap berdiri di belakang meja kasir.

Sudah satu bulan semenjak ia memutuskan menetap di New York ia bekerja di kafe itu. Siang hari ia bertugas di belakang meja kasir dan di malam hari bernyanyi disana. The Róse Café memang mengadakan live music pada malam hari. Ia bergantian dengan satu lagi penyanyi.

Bunyi denting pintu kafe terdengar menandakan ada seorang pelanggan yang masuk. Pelanggan pertama mereka hari itu. Seorang pria tampan berkemeja putih dan celana jeans hitam.

Welcome to The Róse Café.” Ujar para pekerja di kafe itu serempak. Termasuk Gwen.

Ia menengadahkan kepalanya melihat siapa yang datang, bersiap menerima pesanan. Mata Gwen terbelalak ketika melihat pria yang menghampirinya dengan tersenyum. Pria itu memang tersenyum hangat padanya namun tak membuat Gwen meleleh. Gadis itu malah membeku.

Kenapa pria itu bisa mengetahui keberadaannya?

“Hai, Gwen.” Ujar pria itu seraya mengangkat sebelah tangannya.

“Jas, untuk apa kau di—“ Tanpa sadar suara Gwen meninggi. Ia buru-buru menghentikan ucapannya saat mengetahui bahwa karyawan lain memperhatikannya. Bagaimanapun ia harus menjaga kesopanan dengan pelanggan.

“Ingin memesan apa, Tuan?” ralatnya. Gwen tak membalas sapaan Jason dan sebagai gantinya ia tersenyum sesopan mungkin.

Jason menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan respon Gwen. Tapi kemudian ia sadar bagaimanapun Gwen sedang bekerja. “Americano, please.”

“Baik. Satu americano.” Gwen mencatat pesanan pada layar. “Ada lagi?”

“Cukup.”

Gwen meminta barista untuk membuatkan pesanan. Setelahnya, ia memberikan pada Jason.

Here you are. Semuanya enam dollar.”

Jason mengulurkan sebuah kartu dan langsung disambut oleh Gwen. Semua itu Gwen lakukan dengan menunduk. Ia tidak melakukan kontak mata sama sekali dengan Jason. Gwen mengulurkan kembali kartu Jason namun Jason menahannya.

“Bisa kita bicara sebentar?” Jason yang menyadari kebimbangan Gwen langsung menambahkan, “Kau tidak sedang banyak pelanggan saat ini.”

Gwen mendadak kikuk. Ia memandang bergantian antara Jason dan Katie, si barista yang sedari tadi memicing ke arah mereka. Gwen meminta persetujuan Katie dengan tatapannya. Gadis belia itu kemudian mengangguk pelan. Ia menggantikan Gwen berdiri di belakang meja kasir.

Gwen akhirnya mengikuti Jason menuju bangku di sudut ruangan. Lagipula ia ingin bertanya pada pria itu dari mana dia tahu tempatnya bekerja. Seingatnya semalam Gwen pergi sendiri setelah melarikan diri darinya.

“Duduklah.” Lelaki itu menarik bangku untuk Gwen. Lalu mendudukkan diri di depannya setelah gadis itu duduk di tempatnya.

“Kita bertemu lagi, Gwen.” Lanjutnya seraya tersenyum.

“Dari mana kau tahu tempatku bekerja?” Gwen tak ingin basa-basi.

“Sepertinya kau tak suka basa-basi.”

“Jawab saja.”

Jason menggaruk tengkuknya, “Maaf. Aku mengikutimu malam itu.”

“Jas, kau membuatku takut.” Gwen menatap horor pria itu.

“Tidak, tidak.” Jason melambaikan kedua tangannya cepat. “Aku tidak ingin macam-macam denganmu. Aku hanya ingin berteman denganmu. Sungguh.”

Lost Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang