ENAM BELAS

983 152 11
                                    


Saat kau jatuh cinta, hidupmu terasa sempurna.

Saat kau jatuh cinta, harimu seakan penuh warna, oleh ia yang dapat memberimu semangat.

Saat kau jatuh cinta, hidupmu terasa bermakna.

Sean melangkah riang menaiki tangga menuju flat sederhana milik Gwen. Baru beberapa menit lalu ia menginjakkan kaki di New York sekembalinya dari Jepang, ia langsung mendatangi Gwen untuk menjemput gadis itu. Ia menepati janjinya untuk mengajak Gwen berkencan sepulangnya dari Jepang.

Sean belum pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Masa kecil yang kelam atas apa yang menimpa kedua orang tuanya membuatnya tak percaya akan sesuatu yang bernama cinta. Cinta itu mematikan. Cinta itu membuatmu terpuruk tak berdaya. Setidaknya itu yang ia yakini dulu sebelum mengenal Gwen.

Gwen mampu mematahkan asumsinya tentang cinta. Gadis itu mampu membuatnya merasakan perasaan selayaknya manusia pada umumnya. Terbukti dengan ia tidak lagi merasa tertekan saat berada di Jepang. Sean malah ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya selama disana, merasa bersemangat karena setelahnya akan menghabiskan waktu dengan gadis yang ia cintai.

Sean menekan bel pintu flat milik Gwen, dan senyum yang terpatri di bibirnya sejak tadi semakin lebar kala tak lama gadisnya muncul dari balik pintu dengan senyum yang ia rindukan. Sean segera memeluk Gwen seperti yang biasa ia lakukan, lalu mencium kening gadis itu. Kali ini lebih lama dari biasanya. Sean tak mampu menahan senyum ketika melihat rona merah di pipi gadisnya.

“Sudah siap?”

Gwen mengangguk. “Sebenarnya kau mau mengajakku kemana?”

“Kau akan tahu nanti.”

Sean menarik Gwen menaiki mobilnya yang terparkir di depan flat Gwen. Tak lama berselang mereka sudah sampai di bandara New York.

Gwen menatap bangunan di depannya bingung. “Bandara? Kita naik pesawat?”

“Yep. Aku sebenarnya ingin menggunakan mobil menuju tempat kencan kita. Lagipula keberadaanku di tempat umum akhir-akhir ini tak memungkinkan. Tapi sepertinya aku tak sanggup berkendara empat puluh empat jam ke LA.”

Gwen terbelalak. “LA?”

“Ya. Kita akan menginap di tempatku.”

“Tapi, aku tidak bawa baju lain selain yang aku pakai sekarang.”

“Tidak usah khawatir. Kebutuhanmu sudah aku siapkan.”

Sean memakai topi dan kacamata hitamnya. Pakaiannya pun terlihat kasual dengan nuansa hitam seperti biasa. Berita mengenai pertunangannya yang batal masih hangat dibicarakan. Dan awak media sedang mencari keberadaannya, sehingga mengharuskannya berpakaian demikian agar keberadaannya tak tercium oleh mereka. Sean melakukan ini bukan hanya untuk dirinya. Ia lebih mengkhawatirkan Gwen. Kalau ia ceroboh, Gwen akan terkena masalah. Dan ia tidak mau itu.

Sean membuka laci di dasbor dan mengambil sebuah topi dari sana. Lalu memberikan benda itu pada Gwen. “Pakai ini untuk menyembunyikan wajahmu. Maaf harus membuatmu dalam keadaan seperti ini.”

Gwen mengerti. Ia tersenyum menenangkan. “I’m fine. Tapi kau harus membayarku dengan kencan yang menyenangkan.”

“Aku jamin kau tidak akan menyesal bersamaku, nona.” Sean tersenyum menggoda membuat Gwen tertawa. Mereka lalu keluar dari mobil dan berjalan bergandengan tangan memasuki area bandara.

Di depan pintu keberangkatan, Jason terlihat sudah menunggu mereka.

Hello, love bird.” sapa Jason. Ia tersenyum ramah ke arah Gwen yang dibalas gadis itu tak kalah ramah. “Kalian terlihat bahagia.”

Lost Love [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora