SEPULUH

1.2K 159 25
                                    


“Jadi, apa yang membuatmu kemari?”

David duduk di sofa single di ruang kerjanya, duduk bersandar disana sambil menyilangkan kaki. Sean datang ke tempat rekan lamanya siang itu, demi melancarkan misinya. Sean harus menghadapi David dulu. Bagaimana pun lelaki itu yang bisa membuat Sean dekat dengan Iris.

Sean berdecak. “Setidaknya beri tamumu ini minuman dulu.”

“Hahaha...aku tahu kau tidak suka basa-basi, Sean. Makanya aku langsung menanyakan maksudmu.”

“Apa kau masih berniat mengenalkan sepupumu padaku?”

“Iris? Jadi kau mempertimbangkannya?”

“Aku ingin mengenalnya dulu. Apa boleh?”

“Tentu saja. Aku percaya kau tidak akan menyakitinya.”

Sean diam-diam meringis. Tahu bahwa dugaan David salah.

Kuharap begitu.


***


Sean berjalan di sepanjang koridor gedung Art Model Management, salah satu perusahaan modelling terbesar di New York. Ia akan menemui Iris di studio. Dengan bermodalkan arahan dari David, ia menghampiri wanita itu seorang diri—David awalnya ingin menemani namun mendadak kedatangan tamu.

Sepanjang koridor yang Sean lewati, banyak model-model cantik yang berkeliaran. Bukan mau percaya diri, tapi Sean bisa merasakan begitu ia lewat di depan mereka, mereka memandangnya tanpa kedip. Ia bisa saja mengajak salah satu dari mereka berkencan. Ia tak menampik gairahnya sedikit memuncak melihat tubuh mereka yang semampai ditambah balutan baju ketat nan seksi. Bagaimanapun Sean seorang pria, yang juga memiliki sisi liar.

Mungkin jika ia mengajak Jason, lelaki itu tak akan ragu menebarkan feromonnya dan menarik mangsa. Tapi, ia adalah Sean, pria dengan pertahanan diri yang kuat. Dengan tampang datar, ia mengabaikan mereka. Fokusnya saat ini hanya seorang model cantik yang saat ini tengah berlenggak-lenggok bersama para model lain di sebuah ruangan besar. Dari sebuah kaca tembus pandang, Sean dapat melihat kegiatan wanita yang hari itu mengenakan tanktop putih serta hotpants berbahan jeans yang memperlihatkan kaki jenjangnya yang semakin jenjang dengan heels dua belas sentimeter.

Sean akui Iris begitu cantik. Diantara model lainnya, mungkin Iris yang paling cantik. Tapi, sekali lagi, hanya ada satu nama di hatinya. Dan ia akan memperjuangkan gadis itu. Gwen. Sean yakin jika didandani seperti Iris gadis itu tak kalah cantik.

Setelah setengah jam menunggu, akhirnya Iris selesai dengan kegiatannya. Para model keluar ruangan satu persatu—sambil menatap Sean dengan menggoda—menyisakan Iris di belakang. Sepertinya Iris belum menyadari keberadaannya.

Setelah memastikan semua sudah keluar, Sean memasuki ruangan. Ia menghampiri Iris yang sedang membereskan perlengkapannya ke dalam tas.

Miss Dawson?

Mendengar nama belakangnya disebut, Iris menoleh. Matanya seketika membola antara percaya dan tidak melihat siapa yang berdiri di depannya saat ini. Ingatan Iris sangat bagus. Ia sangat yakin pria ini pria yang sama yang ia cium di bar. Tapi, bagaimana bisa dia ada disini?

Melihat Iris membeku, Sean tahu wanita cantik itu mengingatnya. Ia tersenyum miring. “Ah, ternyata kau masih mengingatku.”

“Ba-bagaimana bisa kau disini?”

“Aku mengenal sepupumu kalau kau lupa. Kebetulan aku sedang berkeliling dan melihatmu disini.” Ujar Sean setengah membual. “You look gorgeous with this modelling thing.

Lost Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now