🌷02. KENAPA?

116 8 0
                                    

Sejak tadi sore sepulangnya dia dari mall, Nevna benar-benar tidak bisa fokus. Hal ini membuat Mama dan Ayahnya cemas. Mereka bahkan sudah berspekulasi kalau anak gadis kesayangan mereka itu sedang dirasuki setan pendiam yang introvert.

"Nevna."

Nevna tersentak ketika mendengar Mamanya memanggil dengan suara yang agak keras. "Mama bisa nggak, nggak usah teriak gitu manggil Nevna? Nevna kaget."

Berdecak, Mama Nevna lalu berucap, "Makanya jangan suka ngelamun. Tuh, disamperin Aksa."

"Mikirin apa, sih?"

"Huaaaaa,"

Aksa mundur lalu memejamkan matanya, menjauhi Nevna yang menjerit dengan suara cemprengnya. Sementara Mama Nevna menggelengkan kepala lalu melenggang pergi ke kamar sebelum telinganya jebol akibat lengkingan putrinya.

"Kenapa tiba-tiba nyuara gitu sih, Bang?! Kan Nevna kaget!"

"Udah jeritnya?"

"Udah," balas Nevna ketus. Melihat cowok itu sudah di hadapannya kini membuat moodnya semakin hancur. Dia jadi semakin teringat dengan cewek genit yang tadi siang dilihatnya bersama Aksa di mall.

"Kok kesal gitu? Kenapa?"

Nevna mengalihkan wajahnya ke depan, mengerucutkan bibirnya pertanda dia sedang sebal. "Nggak apa-apa!"

Aksa menarik senyumnya gemas. Cowok berambut hitam itu sangat paham dengan kelakuan gadisnya. Ini bukan pertama kalinya ia menghadapi emosi kekasihnya yang masih labil itu.

"Itu bibirnya maju-maju gitu minta dicium ya? Sini Abang cium."

Nevna langsung mundur dengan kedua tangan refleks menutupi bibirnya. Kedua matanya yang bulat melotot marah pada Aksa yang malah terlihat sangat manis di mata cowok itu. Seketika tawa Aksa pecah.

"Kenapa Abang ketawa? Awas aja kalau Abang mau ambil ciuman pertama aku. Aku laporin Ayah biar Abang dipecat jadi pacar aku!"

Aksa kembali tergelak. "Kok dipecat? Nanti yang ngerengek sama aku minta diajakin malam mingguan siapa dong kalau bukan kamu? Terus nanti yang aku antar jemput tiap hari, yang aku cubitin pipinya, yang aku masakin bekal juga siapa dong kalau bukan kamu?"

Ya, Aksa memang seperhatian itu. Mamanya sendiri bahkan tidak pernah memiliki pikiran untuk membawakan bekal Nevna saat sekolah. Tapi Aksa, cowok itu selalu membawakan Nevna bekal dengan menu yang berbeda setiap harinya ketika mengantar cewek itu ke sekolah. Namun, semua perhatian manis Aksa itu tertutupi oleh pemandangan Aksa bersama cewek lain siang tadi yang sampai detik ini masih menggelapkan Nevna.

"Yaudah sama cewek yang tadi aja! Nggak usah sama aku lagi!"

Ups! Keceplosan!

Nevna menampar mulutnya yang dengan licinnya mengatakan hal demikian. Sejujurnya dia tidak ingin menyinggung masalah hatinya itu secara terang-terangan begini. Dia belum siap jika nanti ternyata Aksa lebih memilih cewek yang kelihatan seumuran dengan Aksa tadi daripada dirinya.

Aksa terdiam, lalu beberapa detik kemudian kembali berucap, "Oh, jadi gara-gara siang tadi."

Nevna mengalihkan pandangannya pada Aksa, menatap wajah tampan kekasihnya itu dengan was-was. Apa dia akan segera ditinggalkan?

Aksa melipat kedua tangannya di depan dada, lantas menatap sedikit tajam pada Nevna. "Aku juga marah loh sama kamu."

Nevna mengernyit. Dahi cewek itu berkerut seiring dengan otak kecilnya yang tidak mampu menangkap maksud cowok di hadapannya ini.

Kenapa cowok itu harus marah? Memangnya Nevna sudah melakukan kesalahan apa? Apa pergi berdua dengan Arsen dihitung sebagai kesalahan? Karena takut Nevna akan berpaling pada Arsen? Tapi mau dikurung berdua selama tujuh hari tujuh malam bersama Arsen pun Nevna tak akan pernah jatuh cinta dengan cowok kemayu itu. Lebih baik mereka membicarakan soal kecantikan daripada harus saling jatuh cinta.

CEWEK MERAH JAMBUOn viuen les histories. Descobreix ara