Bullying

3.4K 216 4
                                    

Hanun berjalan menyusuri koridor sendidian. Sepi, karena bel masuk berbunyi sejak 20menit yang lalu. Hanun belum masuk kelas karena harus membeli bolpoin ke koperasi.

"Kak Hanun, ditungguin Kak Sam di belakang sekolah."

Tiba-tiba seorang adik kelas mengatakan jika Sak menunggunya di belakang sekolah. Hanun terus menerka, sebenarnya ada apa? Bukankah Sam bisa menemui Hanun nanti saat istirahat, bahkan Hanun pasti pulang dengannya. Apakah sepenting itu sampai Sam tidak bisa menunda? Tanpa pikir panjang, Hanun langsung ke belakang sekolah.

Sepi, tidak ada siapapun. Hanya ada pohon mangga yang cukup rimbun juga sebuah bangunan kecil yang Hanun yakin adalah gudang. Hanun terus menjelajahi halaman tak terawat dan penuh rumput itu dengan matanya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana, apalagi Sam.

"Berani ke sini juga lo." Suara wanita terdengar.

Hanun berbalik, dan benar. Di sana ada Desi dan antek-anteknya.

"Gue kira lo nggak bakal ke sini. Ternyata cukup dengan bawa nama Sam, lo dengan suka rela bakal ke sini. Segitunya." Desi menunjukan smirk-nya.

"Lo mau apa?" Tanya Hanun tenang.

Desi mendodong bahu Hanun dengan keras sampai menghantam tembok.

Hanun diam, dia tetap tenang. Hanun adalah gadis pemberani.

"Lo emang pemberani, ya. Udah gue kasih peringatan pertama tapi lo tetap dekatin Sam. Cari mati emang."

"Gue nggak dekatin Sam, Sam yang- aw!"

"Lo masih mau ngomong kalau Sam yang dekatin lo? Iya?! Sok cantik banget, lo!" Desi menjambak rambut Hanun kasar.

"Lo beo apa tuli, ha?! Sam itu punya gue. Sam punya Desi!" Desi meleps jambakannya.

Plak!

"Ini buat lo yang ngrasa sok cantik!"

Plak!

"Ini buat lo yang berani deketin Sam!"

Plak! Plak!

"Dan ini buat lo yang berani dekatin Sam!"

Hanun menahan air matanya sekuat tenaga. Sia-sia, rasa perih, nyeri dan panas di pipinya terlalu mendominasi, membuat air mata Hanun lolos begitu saja.

"Guys!" Desi mundur ke belakang beberapa langkah.

Teman-teman Desi menyiramkan air dari atas kepala Hanun. Baunya sangat menyengat, Hanun bahkan tidak tahu itu air apa. Hanun tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis. Hanun tidak mungkin kembali ke kelas dengan keadaan seperti ini.

Apakah bersamamu harus sesakit ini, Sam? Aku bahkan tidak pernah merasa terancam lebih dari ini.

Hanun merutuki dirinya sendiri.

Bel pulang sekolah 10menit lagi berbunyi, dan tidak ada tanda-tanda Hanun akan masuk ke kelas. Airin dan Lala sangat cemas. Istirahat tadi mereka mencari Hanun ke kantin, tapi dia tidak ada. Mereka mencari Hanun ke perpustakaan, tetap tidak ada. Mereka bingung harus mencari Hanun ke mana. Hanun tidak pernah menghilang seperti ini sebelumnya.

Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi, seperti biasa, Sam sudah menunggu di luar kelas.

"Sa-Sam, Hanun nggak ada di kelas. Dia ngilang dari jam kedua tadi." Airin takut-takut berkata dengan Sam.

"Ha?!" Sam terkejut

"Lo udah cari?" Raut wajah Sam seketika berubah, ada kekhawatiran terpancar di sana.

"U-udah, tapi nggak a-ada."

"Lo cari ke mana?"

"K-kantin, UKS, perpus-" ucapan Airin terpotong karena Sam langsung melenggang, pergi dari sana.

K I N G [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang