Berangkat Bersama

3.2K 206 0
                                    

Jujur, Hanun tidak bisa tidur semalaman. Kejadian itu membuag Hanun insomnia. Tanpa dia tahu, Sam juga terus memikirkannya. Sam memikirkan keadaan gadis lemah yang ceroboh itu

Hanun susah payah menutupi lukanya. Bahkan dia terus memakai baju lengan panjang, agar Hermawan tidak curiga.

"Hanun kemarin diantar pulang siapa?"

Hanun yang sedang meneguk susunya pun tiba-tiba tersedak.

"Papa tahu?"

"Bi Inah yang bilang. Siapa?"

Hanun bingung bagaimana menjelaskan kepada Hermawan.

"Emmm, Hanun dian-"

"Maaf, Non. Di luar ada temannya." Bi Inah tiba-tiba menghampiri meja makan.

"Teman?" Tanya Hanun yang merasa tidak janjian dengan siapapun.

"Iya, Non. Yang kemarin ngantar Non Hanun pulang."

Sam? Samudera?!

Hanun langsung berlari keluar.

Hanun terkejut bahkan sampai mundur satu langkah saat melihat sosok tinggi besar berbadan kekar bersandar di motor yang terparkir dengan gagah di depan rumahnya. Rambutnya yang berantakan dan kemeja seragam yang tidak dimasukkan menambah kesan cool dan brandal di diri Sam.

"Ngapain?" Tanya Hanun cuek.

"Jemput lo." Jawab Sam tak kalah cuek.

"Sayangnya gue nggak pesan ojek online." Hanun sangat ketus.

Sam mengernyit dari kejauhan.

Sialan nih cewek! Kemarin aja nangis-nangis, sekarang marah-marah. Badak emang! Batin Sam.

"Hanun, siapa?" Tiba-tiba Hermawan keluar.

Sam yang awalnya bersandar di motor kesayangannya pun beranjak dan menghampiri Hermawan.

"Pagi, Om." Sam menyalami Hermawan, bahkan mencium tangannya

Mata Hanun membelalak sempurna. Dia tahu betul siapa Sam. Samudera, pentolan SMA Garuda yang gila hormat kini sedang mencium tangan Papanya. Hanun bahkan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Pagi-"

"Samudera, Om. Panggil Sam aja." Sam memperkenalkan dirinya.

Hermawan tersenyum, "Saya Hermawan. Sam mau jemput Hanun?"

Sam mengangguk.

"Ya sudah, berhubung Sam udah jemput, Hanun berangkat sama Sam aja."

Ucapan Hermawan benar-benar membuat Hanun melongo.

"Tapi, Pa-"

"Sudah, sana. Kasihan Sam sudah jauh-jauh. Bi? Tolong ambilkan tas Hanun di meja makan, ya?!" Hermawan sedikit berteriak.

Tak lama kemudian Bi Inah datang dengan tas sekolah di tangannya.

"Kita berangkat, ya, Om." Sam kembali mencium tangan Hermawan diikuti Hanun.

Mau tidak mau Hanun harus meraih tasnya, mencium tangan Hermawan dan berangkat dengan Sam.

Suara bising motor itu memenuhi halaman rumah Hanun. Mungkin malah memenuhi komplek perumahannya.

"Lo ngapain jemput gue? Pakai cium tangan Papa segala." Hanun ketus.

Sam hanya diam.

Hanun kesal bukan main. Pagi-pagi buta Sam ke rumahnya, menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama, tapi saat Hanun bertanya kenapa, Sam justru mengabaikannya. Sebenarnya ini manusia macam apa, sih?!

"Ya terus? Gue harus nonjok bokap lo?"

"Sam!" Hanun memukul bahu Sam karena jawabannya yang ngelantur.

Sam tidak memberi respon apapun, hanya bibirnya terangkat sangat tipis. Sepertinya Samudera baru saja tersenyum.

Menyadari Sam yang hanya diam, Hanun tidak melanjutkan pertanyaannya. Padahal di dalam otak Hanun ada puluhan pertanyaan yang siap menghujani Sam.

Hanun dan Sam menikmati udara pagi dalam diam. Tidak ada yang mengucapkan sepatah katapun diantara mereka sampai mereka tiba di sekolah.

K I N G [Completed]Where stories live. Discover now