Hukuman

4.4K 277 2
                                    

Kenapa gue rela dihukum buat orang yang bahkan gue nggak tahu namanya?
–Samudera.

💩💩💩💩💩💩

Pak Broto sudah masuk ke kelas Sam. Tatapannya mengedar ke seluruh kelas seperti pisau yang siap menusuk sewaktu-waktu. Tiba-tiba tatapan itu berhenti diseorang lelaki yang duduk dengan santainya sembari menatap keluar jendela.

“Kamu!”

Seluruh kelas menatap Pak Broto, kecuali lelaki itu.

“Kamu yang dipojok! Tuli apa gimana!”

Sam menatap Pak Broto kali ini.

Sam kembali menoleh ke jendela.

“Samudera!” Suaranya kini semakin keras, bahkan kelas sebelah pasti mendengarnya.

“Saya Pak?” Tanya Sam santai.

“Iya, kamu!”

“Oh. Makanya lain kali langsung panggil aja pak. Samudera, Samudera ganteng. Gitu. Jangan kamu-kamu.” Sam tetap tenang.

“Memangnya kenapa kalau saya manggil kamu, bukan Samudera? Ada masalah!”

“Ck. Bapak ini bagaimana? Nama saya kan Samudera. Bukan kamu. Dipikir Bapak Shireen Sungkar apa.” Sam memutar bola matanya malas.

“Zaskia Sungkar dia mah.” Ucap Daniel yang diikuti gelak tawa seluruh siswa, kecuali Sam tentunya.

“Kamu-kamu-kamu lagi, rindu-rindu-rindu lagi.” Gara bernyanyi dengan diiringi klothekan dari Daniel dan tawa kelas pun kembali  pecah.

“Diam!” Seketika tawa itu berubah menjadi keheningan yang mencekam, tapi tidak dengan Sam. Lelaki berahang tegas itu tetap tenang, sangat tenang.

“Jangan suka kamu-kamu gitu ah, Pak. Kan jadi dikacangin.” Daniel genit sekarang.

“Diam! Kamu itu tidak pernah tahu sopan santun. Dan kamu, Sam! Kenapa kamu tidak memakai seragam sesuai aturan?! Sekarang keluar! Lari keliling lapangan 30 kali!”

Sam diam menatapnya intens, dan beranjak berdiri.

“Kamu itu harusnya malu. Malu sama nilai kamu. Jangan cuma nilai aja yang bagus. Pribadi juga harus bagus. Gimana kamu bisa jadi panutan kalau kaya gini. Dasar anak tidak berguna!”

Sam yang sampai di sampingnya pun langsung berhenti dan memutar tubuhnya.

“Bukankah sekolah ini hanya menuntut nilai yang bagus, agar bisa mengalahkan sekolah lain? Dan saya sudah memenuhi tuntutan itu. Dan Bapak, apakah sudah mengajar dengan baik agar saya, juga teman-teman saya (Sam mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas dengan tajam) memiliki kepribadian yang baik?! Yang bapak lihat selama ini, yang Bapak caci maki itu sikap saya. Bukan pribadi saya. Berhenti merasa menjadi orang yang bisa menilai pribadi orang lain hanya melalui sikapnya.” Sam menatap remeh gurunya sebelum meninggalkan kelas.

Ya, Sam memang nakal tapi kemampuan otaknya tidak bisa diragukan. Dia sering mewakili sekolahnya untuk mengikuti olimpiade, dan berhasil membawa nama baik sekolahnya. Bagi Sam, guru yang tidak bisa menghargai muridnya itu tidak pantas dihargai. Jika muridnya bersalah, harusnya dia menasehati dan memberi hukuman yang mendidik. Bukannya mencaci maki dan menyuruh berlari keliling lapangan 30 kali. Apa ia ingin membunuh muridnya dengan perlahan?

Kata-kata Sam berhasil membuat seluruh teman kelasnya terkejut dan bersorak dalam hatinya. Mereka mengakui keberanian Sam. Sam memang tidak pernah takut dengan siapapun, asal dia tidak salah. Ya, walaupun sekarang dia salah karena tidak memakai seragam dan bodohnya Sam sama sekali tidak tahu apa tujuannya melakukan ini. Bahkan dia harus berlari keliling lapangan sebanyak 30kali.

K I N G [Completed]Where stories live. Discover now