Extra Part - 2

8K 479 8
                                    

Tiga puluh tahun kemudian.

"Astaga mama ini punya 2 anak tapi gak ada satupun yang nikah! Temen-temen mama papa semua udah punya cucu, kami doang yang belum. Kamu, Cassie, udah umur 30, lho! Kamu juga, Clyde, udah 28 belum punya pacar juga. Kalau kayak gini kapan mama sama papa nimang cucu?!" Wanita berusia 61 itu mengomel pada kedua adik kakak yang sedang santai menonton TV di ruang keluarga rumah orangtua mereka.

"Mama bener. Papa udah umur 62 ini bisa tiba-tiba mati kena jantung. Kalau belum sempet liat cucu papa masuk minimal MIT gimana coba?!" Suaminya ikut mengomel.

"Cukup Cassie sama Clyde yang masuk MIT kali, Pa. Asal papa tau, kuliah di universitas nomor 1 di dunia itu adalah neraka! Aku gak bakal setuju kalau anakku masuk ke sana meski lewat beasiswa pun. Mending stay di Jerman aja," sahut anak sulung, Cassandra yang kerap dipanggil Cassie.

"Ya.. terserah lah! Pokoknya thanksgiving tahun depan, papa mau kalian bawa pasangan kalian masing-masing!"

Sang ayah akhirnya pergi ke kantornya, meski ini adalah hari Sabtu. Karena ia memiliki suatu pertemuan dengan salah satu kolega dari Jepang.

"Mama kok mau, sih, nikah sama papa? Kayaknya pas muda dia rese banget," celoteh Clyde.

"Mama—"

"Stop!" Cassie meletakkan jari telunjuknya di depan bibir wanita matang itu, "Clyde, udah berapa kali kubilang, don't ever bring that up anymore! Mama bakal cerita panjaaaaang lebar tentang perjalanan cinta mereka. Kamu mau ditahan gak boleh ke mana-mana cuma buat denger cerita yang bahkan kamu udah hafal prolognya?!" (Jangan pernah bawa bawa itu lagi.)

Sang mama berdecak sementara Clyde tertawa.

"Btw, Ma, aku bakal balik ke Berlin lusa," kata Cassandra, "duty calls." (Pekerjaan udah manggil.)

"Halah, duty calls atau Michael calls?!" ledek Clyde, membongkar rahasia sang kakak. (Kerjaan atau Caspian?)

"Mike?" Mamanya menatap Cassandra dengan curiga.

"A– apa?" Cassandra memalingkan wajahnya.

"Siapa itu Mike?" tanya sang mama.

Cassandra menatap adiknya dengan tatapan ancaman. Tapi Clyde malah menjulurkan lidahnya. "Michael, rekan lab Cassie, Ma. Dia anak Alezander dan Angelina Calvary. Michaelis Calvary. Aku pernah ketemu sama dia sekali. Bukan ketemu sebenernya, tapi Cassie kepergok lagi kencan sama cowok itu di salah satu teater di Berlin. Pas itu aku lagi business trip."

Cassandra melempar bantal sofa ke adiknya. "Stop being annoying!" (Berhenti jadi nyebelin!)

Mama mereka tertawa. "Kalau begitu, kapan dia datang dan ngelamar kamu, Cassie? Mama udah gak sabar!"

"Mama! Asal mama tau, Clyde juga punya pacar! Tapi, Ma, ceweknya itu..—" Cassandra melirik Clyde yang menatapnya tajam, "pacarnya masih SMA!"

Mamanya membelalakkan mata. "Clyde?!"

Clyde menghela napas. "Apa, Ma?"

"Yang bener kamu!"

"Iya, Clyde ngaku! Pacarku, Megan, memang masih SMA, tapi aku cinta mati sama dia, Ma," aku Clyde.

Mamanya kembali tertawa. "Mama gak ngelarang kamu cinta sama siapapun. Bahkan kalau kamu cinta sama pengemis pun, mama gak masalah, asal dengan tulus. Tapi kamu pacaran dengan remaja dibawah umur, Sayang! Apa orangtuanya gak masalah?"

"Megan kelas 3 SMA, dia udah 17 tahun dan tahun depan dia 18 tahun. Rencananya aku bakal ngelamar dia—"

"APA?!" Mama dan kakaknya menoleh terkejut.

"Apa? Delapan belas usia legal buat nikah di negara ini, kan?" Clyde memutar bola matanya. "Lagian, aku takut kalau dia diambil cowok lain!"

"Mama fine-fine aja selagi kamu cinta dan tanggung jawab atas dia. Tapi papa kamu?! Orangtua Megan?!"

"Let's just stop talking about this, okay?! Aku janji aku bakal bawa Megan kemari weekend ini, sebelum kita anter Cassie ke bandara," kata Clyde sembari memainkan ponselnya. "Aku pergi dulu. Papa baru whatsapp dokumennya ketinggalan dan aku disuruh anter ke sana." Pria itu berdiri kemudian mengambil sebuah map di atas piano dan pergi dengan mobil Mercedes Benz putihnya.

"Cassandra, anakku.." Sang mama menatap putri sulungnya, masih dengan nada terkejut.

"Gemilang, mamaku.." Cassandra membalas mamanya dengan sedikit candaan hingga suasananya cair kembali.

Rumah tangga Gemilang dan Arles patut membuat orang-orang iri. Keduanya masih mesra meski wajah dan rambut mereka perlahan berubah. Keduanya masih dalam cinta meski mereka menua. Bahkan cobaan-cobaan yang pernah ingin memisahkan mereka berdua merasa lelah karena cinta mereka terlalu kuat.

Mereka dikaruniai 2 anak. Cassandra Bernice Andrews dan adiknya, Clyde David Andrews. Cassie menetap di Jerman dan kerja sebagai ilmuwan di sana. Sementara Clyde memilih tetap tinggal di Tanah Air serta bekerja di perusahaan Majapahit dan menemani orangtuanya di Indonesia.

Gemilang tersenyum mengingat betapa diberkatinya dia dan keluarganya. Sungguh, dia sangat beruntung memiliki keluarga seperti keluarganya.

Her BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang