5 - Mine

9.5K 568 13
                                    

Arles memaki dirinya sendiri. Ia tengah panik dan khawatir setengah mati saat ini. Gemilang tidak ada di mana-mana, ponselnya pun tak aktif. Pria dengan tubuh tinggi itu kembali ke parkiran mobilnya, berharap Gemilang ada di sana dan menunggunya. Tapi harapannya tidak terkabul. Gemilang tidak ada di sana.

"Gemilang, kamu di mana?! Aku gak bakal balik sebelum kamu ketemu!" ujar Arles lewat pesan suara kontak Gemilang.

Dengan gigih, Arles kembali melangkahkan kakinya ke sana kemari demi mencari Gemilang.

Sementara itu wanita cantik yang mengenakan gaun musim panas tengah menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia melihat sekitar, dan mencocokkannya dengan peta digital yang ada di ponselnya. "Seharusnya ada belokan di sini," gumamnya, "astaga ini peta tahun 2015."

Gemilang mematikan ponselnya yang sedari tadi berdering dengan kesal. Ia sungguh menyesali keputusannya yang gegabah. Meninggalkan atasannya di negara yang asing bukan pilihan yang tepat. Kini ia kebingungan setengah mati untuk kembali ke mansion.

"Hello, Miss. You seem lost. Can I help you?" Seorang pemuda berambut cokelat tua berdiri di sampingnya dengan senyuman ramah, dan logat British-nya yang sangat kental. (Halo, Nona. Kamu kayaknya kesesat. Ada yang bisa dibantu?)

"I--" (Aku--)

"Gemilang!"

Gemilang dan penduduk lokal London berparas cukup tampan itu menoleh hanya untuk melihat seorang pria dengan wajah merahnya.

"You know that guy?" tanya bule itu. (Kamu tau cowok itu?)

Gemilang menggelengkan kepalanya dengan panik. "Can you show me the way to the subway? I really have to go." (Apakah kamu bisa nunjukin jalan ke stasiun kereta bawah tanah? Aku bener-bener harus pergi.)

Pria tampan itu menoleh. "I think he's a bad guy coming after you. Let's go, before he comes nearer." Dengan santainya si bule menggandeng tangan Gemilang dan berjalan cepat ke sebuah tangga di ujung jalan. (Kayaknya dia orang jahat yang ngejar kamu deh. Ayo pergi sebelum dia mendekat.)

Arles melotot. Sialan! Siapa pria menyebalkan yang sedang menggandeng tangan wanitanya itu?! Arles berlari dengan cepat, tak peduli protesan orang-orang yang ditabraknya. Ia hanya berharap Gemilang kembali ke sisinya dan bukan bulepotan itu!

---

Gemilang menghela napas kelelahan. Ia diajak jalan cepat sekitar 800 meter oleh pria asing itu. Tapi akhirnya mereka tiba di stasiun bawah tanah.

Pria berkulit putih dengan rambut-rambut halus di sekitar rahangnya itu tersenyum sembari masih mengatur napasnya. "That was fun," katanya. (Tadi menyenangkan.)

Gemilang melirik pria di sampingnya dengan lirikan aneh. Ia kemudian menyadari genggaman tangan mereka yang belum terlepas dan menarik tangannya. Pria itu menoleh.

"Thanks for helping me. Now I have to go," pamitnya pada si bule. (Makasih udah nolongin aku. Aku harus pergi sekarang.)

"Wait. My name's Chris, can I have your number?" Pria bernama Chris itu berseru, menginginkan Gemilang menoleh dan menjawabnya. Tapi itu tidak terjadi. Gemilang hanya tersenyum dan menggeleng lalu masuk ke kereta setelah sebelumnya ia membeli kartu. (Tunggu. Namaku Chris, boleh minta nomor hpmu?)

Tiba-tiba..

BUGH!

Gemilang membelalakkan matanya di balik jendela kereta saat melihat tubuh tinggi Chris lunglai begitu saja saat seseorang menonjok rahang pria itu.

Her BossWhere stories live. Discover now