Setelah Ino menghubungi Naruto dan suaminya dua puluh menit kemudian mereka datang bersamaan. Naruto langsung membopong tubuh Sakura keluar. Sedangkan Ino dan Sai membawa Rin yang benar-benar game over.

"Sakura bilang kau bertengkar dengannya?" Tanya Ino setelah memasukan Rin kedalam mobilnya. Naruto hanya mengangkat kedua bahunya kemudian bersandar di mobilnya.

"Sakura sedang sangat kacau hari ini. Bisa kau lupakan pertengkaranmu dengan sakura?" Saran Ino.

"Aku hanya sedang memberi pelajaran. Dia terlalu keras kepala." Ucap Naruto sambil menunduk dan memainkan sepatunya. "Dia sudah benar-benar berakhir dengan bajingan itu tapi kau tau lah dia." Tambah Naruto.

"Jidat sialan! Dia tidak menceritakan padaku!" Kesal Ino.

"Hei. Kita harus mengantarkan Rin pulang. Aku tidak ingin dia muntah di mobil." Ucap Sai mengintrupsi. Ino mengangguk dan masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan Naruto dan Sakura.

"Kau selalu membuatku khawatir." Ucap Naruto. Ia melirik Sakura yang mulai tidak sadarkan diri dan masuk ke mobilnya.
.
.
.
Sakura berkali-kali muntah saat sampai di apartemennya. Naruto segera memijat tengkuk Sakura yang kualahan menguras isi perutnya di toilet.

"Kau ini kenapa mabuk bocah nakal!" Jengkel Naruto sambil membantu Sakura berdiri tegak. Menyiram muntahan Sakura kemudian ia menggiring Sakura ke kamar tidurnya.

"Kau Naruto?" Racau Sakura yang masih belum sadar dari mabuknya.
"Ya kan? Kau si kepala duren?" Ucap Sakura sambil menarik-narik wajah Naruto.

"Ah kau bukan Naruto! Diakan sedang marah padaku tidak mungkin dia kemari iya kan?" Naruto menghembuskan napasnya berat.

"Kau sebaiknya tidur." Naruto mendorong tubuh Sakura agar tertidur kemudian menyelimutinya. Naruto berencana pergi tapi tangan Sakura mencekal tangan Naruto agar tidak pergi.

"Jangan tinggalkan aku." Sakura mulai terisak. "Aku tidak mau sendirian."

"Aku di sini. Tidur lah." Ucap Naruto.

"Naruto marah padaku. Apa dia benci aku?" Racau Sakura. "Bisa kau sampaikan padanya? Katakan jangan marah padaku." Tangannya menggoyang-goyangkan cekalannya di tangan Naruto.

"Aku terikat... aku terikat masalalu."  Naruto hanya diam mendengarkan.

"Aku ikut ayah berkunjung ke panti asuhan dan di sana aku bertemu Utakata. Dia tampan dan aku menyukainya," Sakura terkekeh mengingat pertemuan pertamanya dengan Utakata tatapan mata Sakura yang tidak pernah lepas dari sosok Utakata. "Ayah juga menyukainya karena dia begitu pintar dan mempunyai bakat acting drama musical. Ayah membantunya  untuk mengembangkan bakatnya. Dia menjadi simbol bagi anak-anak panti asuhan bahwa mereka masih punya harapan hidup bermasyarakat dan meraih impiannya. Lalu ayah mendaftarkan Utakata untuk mengikuti audisi."

"Kau tau? Aku pernah hampir mati tenggelam di danau dekat panti asuhan saat aku dan ayah berkunjung kesana lagi. Entah bagaimana aku bisa terjatuh lalu Utakata menolongku layaknya pangeran. Aku berhutang nyawa dan ayah membalas budi kebaikan Utakata dengan mengadopsinya sebagai anak angkat tapi Utakata mengatakan dia menginginkan aku sebagai pendampingnya kelak. Rasanya aku sangat berbunga-bunga. Aku di lamar diusiaku yang masih remaja. Kau tau apa yang dikatakan ayah?" Naruto tetap diam mendengarkan.

"Ayah akan bangga memiliki menantu seperti Utakata dan ia merestuinya tapi dengan syarat aku harus menyelesaikan semua pendidikanku. Aku dan utakata sama-sama menunggu sampai waktu itu tiba."

"Audisi Utakata gagal tapi ayah tidak akan membuat Utakata bersedih. Ayah membantunya masuk agensi milik Orochimaru teman bisnis ayah dan teman masa sekolah ibu. Utakata diterima di sana tapi setelah ia menerima tawaran kontrak kerja untuk mengisi acara Utakata hilang bak ditelan bumi. Dia tidak pernah menghubungiku lagi, mengunjungi kami tetapi wajahnya begitu terkenal di TV dan majalah gosip. Utakata sibuk untuk karirnya dan kami semua memakluminya."

"Aku sangat bahagia ketika ayah ingin membuat acara pertunanganku dengan Utakata setelah lulus SMA, tapi naas pertunangan itu tidak terealisasikan ayah tiada karena kecelakaan." Matanya sedari tadi menutup tapi air matanya tetap mengalir deras di kedua sisinya.

"Utakata satu-satunya kenangan ayahku sekaligus harapan terakhir ayahku yang belum sempat terpenuhi semasa hidupnya. Apa salah aku ingin mewujudkannya?" Ucapan ditengah isakannya membuat dadak Sakura sakit.

"Utakata datang ke upacara pemakaman. Dia bersumpah padaku bahwa ia akan kembali dan aku harus menunggunya. Aku menempatinya untuk menunggu tapi dia... aku sudah sangat sakit dengan semua ini tapi aku tidak bisa mengecewakannya karena ini keinginan ayahku." Sakura memunggungi Naruto dan meringkuk sambil terus menangis. Naruto terduduk di samping Sakura kepalanya menunduk memikirkan jalan hidup Sakura yang tidak bisa melepas sosok ayahnya yang sudah tiada.

Naruto masih duduk terdiam di samping Sakura dan Sakura ia sudah lama terlelap. Naruto mengambil tissue pembersih makeup saat melihat riasan mata Sakura terlihat mengerikan di wajahnya.

"Aku tidak tau bagaimana cara untuk menyembuhkanmu atas kisah masa lalumu." Gumam Naruto sambil terus membersihkan makeup di wajah Sakura yang terlelap.

TBC

ScriptWhere stories live. Discover now