Script

Chapter 8

Hello everybody's. Terima kasih kalian masih setia menunggu dan membaca ceritaku yang absurd ini. Aku terharu banget... maaf ga bisa sebutin satu-satu.
Maafkan juga jika membuat kalian gemes menunggu kelanjutan ceritaku yang satu ini hehe. Ini kuberikan up disela-sela kejenuhan ku wkwk. Aku harap cerita ini tidak mengecewakan kalian semua dengan ketypoan dan eyd yang ngaur dan sebagainya. So....

Karakter di dalamnya milik
Masashi Kishimoto.
Ceritanya asli punya si aku.

Enjoy...

Sakura tidak pernah membayangkan kehidupannya akan serumit ini. Kepalanya terus berpikir, dosa apa yang telah ia perbuat sehingga karmanya seperti ini? Apakah ini karena ia selalu berpura-pura dihadapan kamera dan menjalani hidup sesuai naskah karangan atau karena ia berpura-pura tersenyum ke kamera pemburu berita dan mengatakan hidupnya selalu diliputi kebahagiaan.

Kepalanya merutuki pemikirannya. Artis hanyalah pekerjaan dan ia malah menyalahkan profesinya padahal ia tau sendiri siapa yang salah. Ya dengan malu pada dirinya sendiri, Sakura mengaku dia lah yang salah. Mengambil jalan pintas agar bisa bertemu lagi dengan orang itu, orang yang ia kejar meskipun ia selalu berpura-pura membencinya. Mungkin karena ia membohongi perasaan yang sesungguhnya lah karma itu datang, pikirnya.

"Pertunangan model Shion dan pebisnis muda Toneri dibatalkan setelah terungkapnya perselingkuhan Shion dengan aktor Utakata. Model Shion sampai saat ini masih belum angkat bicara setelah pengacara Toneri mengkonfirmasikannya tadi pagi." Sakura terus menyimak berita yang disampaikan Karin presenter di acara gossipnya. Tanganya meraih remot TV dan mematikannya saat ia mendengar pembahasan selanjutnya. Kasus Utakata. Sakura merasa tak mampu mendengar segala omong kosong yang baru ia ketahui tentangnya.

Sakura terkejut melihat layar hitam yang memantulkan bayangan dirinya dan seseorang yang berdiri tepat dibelakangnya. Tangan Sakura langsung mengelus dada meredakan debar jantungnya yang menggila.

Sasuke meninggalkan Sakura diruang TV sendirian setelah menariknya kedalam dan kemudian ia kembali dengan keadaan rapih. Penciuman Sakura mencium bau segar yang menguar ditubuh Sasuke tanda ia telah selesai mandi. Sakura mendengus saat membandingkan Penampilannya dengan Sasuke. Sakura merasa kalah sebagai wanita yang dikenal bersih dan molek, tapi lihat ia sekarang, pakaian tadi malam yang ia tutup denga sweeter kebesaran Sasuke, wajah yang belum terkena air selain air matanya tadi malam, bahkan ia belum menggosok giginya.

Sasuke duduk di samping Sakura dan kembali terdiam. Mereka sama-sama menatap layar hitam didepannya walaupun sebenarnya mereka menatap satu sama lain dilayar itu dengan perasaan canggung.

Lama mereka larut dalam pikirannya masing-masing sampai suara dering handphone memecah keheningan mereka. Lama handphone berdering nyaring karena sakura kunjung tak mengangkat tepatnya enggan. Jika keadaan normal mungkin ia akan langsung mengangkat panggilan dari sang ibu. Sakura tahu bahwa gerak-geriknya tak luput dari pengawasan mata Sasuke dan Sakura tahu apa yang akan dibahas ibunya kali ini. Jadi apakah semuanya akan baik-baik saja jika ia mengangkat panggilan ibunya di samping Sasuke?

"Siapa?" Tanya Sasuke tanpa melepaskan pandangannya dari layar hitam yang memantulkan sosok Sakura dan wanita yang ia perhatikan hanya menunduk gelisah melihat layar handphonenya.

"Ibuku." jawab Sakura pelan.

"Kenapa tidak kau angkat?" Tanya Sasuke lagi saat layar handphone Sakura mati kemudian layar itu menyala lagi. Sasuke mengalihkan pandangannya dari layar dan di detik itu juga Sakura langsung mengangkat panggilan kedua dari ibunya.

"Ibu..." Jawabnya pelan.

Instingnya benar. Sakura gelisah mendengarkan rentetan kalimat tanya ibunya yang menanyakan kebenaran berita orang itu. Sakura menjawabnya pelan layaknya menggumam dan Sasuke benar-benar terus memperhatikannya sampai panggilan itu selesai.