Chapter 4

2.9K 278 5
                                        

Sauke POV

Aku benci melihat Utakata yang hidup semaunya. Pria brengsek itu bertindak semaunya, bajingan licik dan sifatnya semakin menjadi-jadi. Dia perlu diberi pelajaran dan untuk masalah yang akan menimpanya kali ini, tidak akan ada yang bisa membantunya lolos.

Kebencian ini semakin menguar saat aku melihatnya dengan wanita jalang yang ada di hadapanku. Ya wanita jalang yang mematung menatapku. Entah kenapa aku malah menatap tajam seolah yang di tatap telah melakukan dosa besar kepadaku.

"Jadi?" Tanyaku kembali dengan nada dingin.

"A-aku merekam percakapan kami di-disini." Cicitnya tergugup. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Menakutkan tau!" Protesnya. Aku menetralkan emosiku sebelum mendengar rekamannya diputar.

"Pada intinya dia mengajakku untuk kembali dan hari esoknya yang tidak ingin diganggu. Padahal jika besok dia bisa, aku ingin rencanamu dilakukan besok." Suaranya kembali normal. "Hari esok yang mencurigakan." Gumamnya.

"Ya patut dicurigai. aku akan kirim mata-mataku untuk mengikutinya besok."

"Lalu?"

"Kau akan tau nanti." Dia mengerutkan alisnya seolah meminta penjelasan hanya saja aku tidak ingin repot menjelaskannya.

"Baiklah aku pergi." Ucapnya sambil berbalik dan pergi.

"Apa kau sudah mencari informasi?" Tanyaku sebelum dia pergi jauh. Langkahnya terhenti kemudian menepuk jidatnya dengan keras.

"Aku lupa!" Dia memang tidak bisa diandalkan.

"Kepalamu sudah pikun ternyata."

"Aku hanya lupa bukan berarti pikun! Akan aku tanyakan sekarang kau puas?! Padahal aku ingin cepat pulang." Ucapnya menggerutu. Wanita ini menghabiskan hidupnya dengan grutuan.

"Cepat sebelum wanita itu pergi." Perintahku.

"Iya iya!"

Memperhatikan dari jauh hal apa yang dilakukan si Haruno. Haruno adalah tipe orang yang mudah bersosial. Dia tidakan sulit untuk bercengkrama dengan orang yang baru dikenalnya. Lihat saja sekarang dia tertawa bersama seolah mereka teman lama dengan percakapan begitu panjang. Dirasa cukup mendapat informasi dia kembali.

"Percakapan yang menyenangkan huh?" Sindirku.

"Kau harus mengakrabkan diri sebelum meminta informasi pribadi bodoh!"

"Akupun tau jidat lebar."

"Apa kau bilang pantat ayam?!"

"Cepat ceritakan bodoh! Kau tidak ingin pulang?" Bibirnya kembali menggerutu.

"Namanya Matsuri. Awalnya dia mengaku hanya berteman, tapi setelah aku menceritakan kau pernah melihatnya melakukan 'sesuatu' akhirnya dia mengaku berpacaran.  Utakata memintanya untuk menyembunyikan hubungan mereka agar Matsuri tidak di bully fansnya." Ceritanya.

"Jadi di percakapan itu kau melibatkan namaku?" Tanyaku tak terima. Aku merasa dia menjadikanku batu loncatan.

"Aku tidak punya ide lagi. Apalagi ketika Matsuri tidak ingin menceritakannya karena dia tau aku mantannya." Ucapnya dengan kesal.

ScriptWhere stories live. Discover now