34-Bertemu Lagi

32 5 4
                                    

Dhyra sudah menyelesaikan studi S1-nya dan kini dia menjalani coass disebuah rumah sakit di daerah Jakarta. Kesehariannya saat ini disibukkan dengan jaga di UGD, karena dia sedang dalam stase UGD. UGD adalah bagian yang sangat hectic karena bisa dipastikan banyak sekali pasien yang tiap harinya masuk UGD, tentunya dengan berbagai jenis kasus.

Dhyra mendongak melihat jam dinding rumah sakit yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Seorang dokter senior berkata pada Dhyra bahwa ia bisa pulang saat ini juga.

"Pulang aja dek nggak papa, lagian kamu juga belum pulang 2 hari kan?" Kata Mody, dokter senior Dhyra.

Mody adalah seorang dokter senior di bagian UGD  yang saat ini juga tengah melanjutkan pendidikannya mengambil spesialis bedah. Semua orang di bagian UGD tahu bahwa Mody menaruh hati pada Dhyra, namun ia tidak berani mengungkapkannya lantaran Dhyra dulu pernah berkata bahwasanya hatinya sudah terikat dengan seseorang. Dan itu memang benar, hati Dhyra masih terikat dengan Astha walaupun kini Dhyra masih berusaha mencari keberadaan Astha yang tiba-tiba menghilang.

"Eh iya, dok. Habis ini saya mau injeksi pasien yang barusan datang itu." Dhyra membawa alat-alat injeksi menuju ke bed pasien yang akan ditanganinya. Setelah melakukan injeksi Dhyra mengembalikan alat tersebut dan berjalan menuju ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Setelah ganti Dhyra keluar dan kaget mendapati Mody sudah berdiri disamping pintu.

"Kok berdiri disini ya, dok? Ada apa?" Tanya Dhyra kaget karena ia takut kalau dia ternyata diintip ketika ganti baju tadi.

"Ohh kamu nggak usah kaget gitu, saya nggak ngintip kok. Ini saya belikan pizza, saya tau kamu belum makan dari tadi siang." Mody memberikan satu box pizza jumbo untuk Dhyra.

"Nggak usah repot-repot dok, lagian mama saya juga pasti udah masak dirumah." Dhyra bingung harus bereaksi apa karena sejak beberapa hari yang lalu, Mody selalu memberinya makanan.

Makanan pertama yang Mody berikan adalah martabak manis, yang kedua nasi goreng, yang ketiga nasi ayam bakar, yang keempat puding, dan yang sekarang pizza. Entah Dhyra juga tidak tau mengapa Mody bisa seperhatian ini padanya. Padahal, dirumah sakit khusunya di UGD banyak dokter/coass/perawat yang juga menaruh hati padanya. Namun, Mody malah bersikap cuek kecuali dengan Dhyra.

"Ini, ambil." Mody menyodorkan pizza itu lalu diambilnya oleh Dhyra.

"Makasih banyak, dok."

"Pulangnya ati-ati ya, sama kamu langsung istirahat. Jangan kecapekan karena besok pagi kamu harus jaga lagi." Mody tersenyum menampakkan senyuman yang indah yang bisa membuat banyak wanita meleleh melihatnya.

"Iya dok. Saya pamit pulang dulu." Dhyra melangkahkan kaki keluar dari UGD. Lalu diarah berlawanan ada pasien yang baru saja datang dengan petugas ambulance. Darahnya lumayan banyak, mungkin habis kecelakaan, gumam Dhyra. Seketika perasaan Dhyra menjadi tidak enak. Dhyra berbalik badan sebentar melihat pasien yang brankarnya didorong oleh petugas ambulance masuk. Entahlah, mungkin Dhyra hanya merasa kecapekan sehingga merasa tidak enak melihat pasien dengan banyak darah seperti itu.

***

Keesokan paginya pukul 7 Dhyra sudah sampai lagi diruang UGD untuk memeriksa pasien yang baru masuk tadi malam. Seorang perawat memberi data pribadi dan status pasien semalam. Dhyra terkejut ketika melihat nama Astha tertulis dalam data pribadi pasien tersebut. Segera Dhyra mendatangi Astha yang ternyata belum sadar sampai pagi ini. Astha mengalami kecelakaan, ia adalah korban tabrak lari dengan luka yang lumayan parah dan juga dia kehilangan banyak darah.

Ada banyak jahitan di tangan dan kaki Astha, serta kemungkinan ada tulang rusuk yang patah juga. Dhyra diam-diam terisak, membuat perawat yang menangani pasien disebelah Astha menoleh padanya dan bertanya. Dhyra hanya menggeleng dan menjawab, "saya cuma merasa sedih dan nggak tega." Lalu perawat itu mengangguk tanda mengerti.

Tak lama Dhyra dipanggil oleh Mody untuk membantu menangani pasien yang lain. Sekitar pukul 11 siang, Astha siuman dan kala itu Dhyra sedang mengganti infus Astha. Astha langsung melihat dan mengenali Dhyra namun untuk saat ini Astha tidak bisa banyak bicara.

Ketika jam makan siang, Dhyra menyuapi Astha dan Dhyra tahu bahwa banyak cerita yang sudah Astha pendam dan mau ia ceritakan padanya namun saat ini bukanlah saat yang tepat. Bahkan, Astha saat ini saja menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan Dhyra.

Setelah 3 hari dirawat dirumah sakit dan dijenguk oleh kedua orang tuanya, Astha perlahan sembuh dan kini sudah mulai bisa bicara. Astha meminta Dhyra untuk menemaninya ke taman belakang rumah sakit. Akhirnya Dhyra mengantar Astha dengan Astha menaiki kursi roda. Kini mereka sudah sampai di taman belakang rumah sakit, Dhyra lalu duduk di sebuah bangku dan Astha dihadapannya.

"Ra...aku mau ngomong." Ucap Astha.

Dhyra perlahan menitikkan air matanya.

"Jangan nangis, Ra. Aku ikut sedih kalo kamu nangis begini."

Akhirnya Dhyra memilih untuk menahan tangisannya tersebut.

"Selama ini kamu kemana aja? Nggak ada kabar tiba-tiba menghilang? Dan kita ketemu lagi dalam kondisi kamu kecelakaan. Kamu selama ini kemana, Tha?!"

"Ceritanya panjang, Ra. Mulai dari kita pindah ke Surabaya dan nggak lama setelah itu perusahaan bangkrut. Akhirnya rumah yang di Jakarta dijual buat biaya hidup sehari-hari. Papa kalang kabut nyari kerja, mama jagain nenek sama aku kuliah sambil kerja juga. Handphone sama laptop aku juga dicuri maling yang masuk ke rumah jadinya aku lost contact sama kamu. Terus aku udah lulus kuliah dan dipindahin ke Jakarta, aku sekarang jadi head manager disini. Dan kondisi keluarga aku membaik."

"Terus kamu kok bisa kecelakaan begini? Kamu tau seberapa khawatirnya aku di Jerman pas kontak kamu menghilang gitu aja? Chat nggak dibales, telpon nggak diangkat. Aku khawatir sama kamu, Tha! Banget!"

***

Ini mungkin jadi part paling panjang hehehe karna gue juga lagi gabut dan lagi banyak ide ya ditulis aja. Selamat natal untuk yang merayakan. Semoga cinta kasih menyertai kalian. 🎅🏻🎄

HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang