24-Undangan

36 4 3
                                    

Nino menjemput Dhyra dirumahnya dan setelah itu mereka pergi ke rumah sakit tempat Arci dirawat. Arci sudah menunggu di taman belakang rumah sakit dengan kursi roda yang dia dudukinya.

Arci sempat tertegun ketika melihat Nino lagi setelah kemarin di ruangan ugd.

"Halo." Sapa Dhyra ramah. Arci hanya tersenyum. Luka di dekat bibirnya masih dalam keadaan dijahit.

"Gimana? Udah enakan?" Tanya Dhyra memperhatikan Arci dari atas sampai bawah.

"Udah kok."

"Kamu Nino kan? Temen sekelasnya Astha dulu?" Ucap Arci sambil memandangi Nino.

Dhyra menoleh kepada Nino yang duduk disamping kiri Dhyra. "Iya, Ci."

Arci mengalihkan pandangannya kepada Dhyra lagi seraya berkata, "Makasih ya Adhyra udah bantuin aku kemaren, kalo nggak ada kamu yang nolongin aku nggak tau bakalan gimana."

"Iya sama-sama."

"Aku mau ketemu cuma mau nitip ini." Arci memberikan sebuah undangan kepada Dhyra. "Karena kebetulan ada temen aku yang satu SMA sama kamu dan tau kalo kamu sama Astha kebetulan berteman dekat, jadi aku mau nitipin undangan ini ke kamu."

Sejenak Dhyra tertegun melihat undangan itu. Undangan yang dibicarakan Astha tadi sore. "3 minggu lagi aku mau nikah dan setelah nikah bakalan tinggal di Amerika. Jadi rencananya kemarin aku mau nganterin undangan ini ke rumah Astha naik gojek." Nada bicara Arci mulai merendah.

"Dan sekalian minta maaf sama kejadian yang dulu tiba-tiba aku selingkuh. Tapi takdir berkata lain." Ujar Arci mulai menitikkan air mata.

Dhyra seperti merasakan sakit karena Astha yang dicintainya pernah disakiti oleh wanita yang pernah begitu dicintai oleh Astha. Dhyra hanya mengangguk, tak bisa memberikan respon apa-apa.

"Tolong bahagiain dia ya, Ra. Dia cowok baik, sama kayak kamu. Dan jangan lupa, kalian juga dateng ke acaraku." Ditengah percakapan tiba-tiba seorang suster menghampiri mereka, "maaf waktu jenguk sudah habis. Pasien harus kembali ke kamar."

Sebelum kembali, Arci menggenggam tangan Dhyra erat seperti manik matanya berkata, 'Tolong jaga Astha dengan baik.' Lalu Arci dibawa masuk ke dalam rumah sakit oleh suster itu.

Mereka berdua kini sedang berada dijalan untuk menghampiri Astha dirumahnya. Selama diperjalanan, Dhyra hanya terdiam sambil memandangi undangan Arci.

"She was so beautiful. Bahkan lebih cantik dari gue. Punya lesung pipi juga, manisnya kayak Vania. Pantesan Astha bisa suka." Ujar Dhyra ditengah keheningan.

"Semua cewek tuh cantik, Ra. Lo juga cantik kok. Udah, Arci itu cuma masa lalu Astha. Nggak lebih. Toh, dia juga bakalan nikah bentar lagi."

"Tapi masih ada Vania, No."

"Udah, percaya sama gue. Berjuang dulu, jangan nyerah duluan. Masa lo nanti kalo jadi dokter gampang nyerah sama penyakit pasien? Nggak kan?"

Setelahnya mereka sampai dirumah Astha. Awalnya Astha agak terkejut namun Astha mencoba biasa. Dhyra mengeluarkan undangan itu dan menaruhnya diatas meja ruang tamu Astha. Astha memandangi undangan itu yang bertuliskan untuknya di bagian depan.

"Kalian? Kok bisa?" Ujar Astha masih memandangi undangan itu.

"Ceritanya panjang." Jawab Nino dan akhirnya Nino yang menceritakan semuanya pada Astha.

Astha mencoba meraih undangan itu, dibukanya lalu ada secarik kertas berisi tulisan tangan Arci. Sesudah membaca, kertas beserta undangan itu ia taruh lagi di atas meja.

"Jadi bener dia mau nikah, dan sama selingkuhannya itu."

"Tha....." panggil Dhyra lirih. "Udah, dia cuma masa lalu, yang penting lo bahagia sama Vania dan dia juga bahagia sama calon suaminya."
Sebenarnya Dhyra agak ngilu menyebut nama Vania.

"Iya gue tau, Ra. Tapi hubungan gue dan Vania kayaknya nggak bakal bertahan lama."

"Kenapa?" Tanya Dhyra pura-pura bodoh.

"Nggak papa, gue lagi males bahasnya. Thanks ya buat kalian berdua."

Akhirnya Nino mengantar Dhyra pulang.

"Jangan tidur malem-malem, Ra. Besok ujian pagi jam 7, jangan sampek telat. Kita sesi pagi soalnya dan jangan lupa review materinya. Barangkali lo lupa."

Nino tahu Dhyra tidak dalam keadaan yang baik.

"Makasih, No. Gue masuk dulu."

Dhyra masuk kedalam rumahnya dan berpikir bahwa Astha sudah tahu Vania berselingkuh dibelakangnya.

HerWhere stories live. Discover now