19-Teman baik

40 4 4
                                    

Setelah lega menangis di bilik kamar mandi, Dhyra melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 7.05. Ia sengaja telat untuk menenangkan hati dan pikirannya dulu. Sesudahnya, Dhyra berjalan menuju kelas. Awalnya Dhyra sangat takut jika dosennya marah karena dosennya adalah orang yang sangat on-time sekali. Lalu ketika membuka pintu Dhyra bingung tidak ada dosen yang duduk di meja dosen seperti biasanya.

Dhyra menghampiri teman-temannya dan bertanya.

"Lho dosennya belum dateng?"

Marsha hanya menggeleng.

"Nggak masuk dosennya, ada urusan diluar kota mendadak." Sahut Rio.

"Terus matkul kedua jam 11 ya kan, guys? Gabut nih gue nungguin lama. Keluar yuk?"

"Keluar kemana anjir? Ngemall? Belum buka mallnya." Ucap Marsha

"Ya nggak ke mall juga, gue belum sarapan nih. Gimana kalo kita beli bubur ayam disamping kampus yang dipojokan itu?"

"Enak emangnya? Lo pernah coba?" Tanya Rio.

"Enak banget, Yo. Sumpah deh nggak bohong gue."

"Kalo enak gitu yaudah kita kesana." Rio berdiri seraya memakai tasnya.

Syafira, Marsha dan Rio sudah siap untuk jalan. Sedangkan Nino dan Dhyra sedari tadi hanya diam. Nino diam karena sedang bermain game dan Dhyra diam karena melamun.

"Kalian berdua ikut nggak?" Tawar Syafira.

Dhyra hanya menggeleng, "gue udah sarapan tadi."

"Gue juga." Nino juga menjawab yang sama.

"Yaudah kalo gitu."

Mereka bertiga meniggalkan Dhyra dan Nino didalam kelas. Banyak juga mahasiswa yang keluar dari kelas, entah ke kantin, entah balik pulang terus ntar datang lagi. Yang pasti, Dhyra tidak ingin kemana-mana.

"Ra, lo nggak papa?" Nino meletakkan ponselnya dan kini sudah duduk disamping Dhyra.

"Lo abis nangis, Ra?" Nino melihat mata Dhyra yang merah dan sembab.

"Lo nangis kenapa?"

"No, gue mau cerita tapi nggak disini."

"Yaudah ayo kemana lo mau gue siap dengerin cerita lo."

Akhirnya Dhyra dan Rio memutuskan untuk pergi ke pinggir danau.

"Lo kenapa?" Ucap Nino setelah mereka sudah duduk dipinggir danau.

"Gue abis ditembak Arsen, No."

"Lah? Bukannya ditembak cowok ganteng, apalagi sahabat lo sendiri, bukannya lo tambah seneng?" Nino mengangkat satu alisnya dengan ekspresi heran.

Dhyra hanya menggeleng.

"Lalu?"

"Gue nolak dia."

"Kenapa? Lo suka sama yang lain?"

Dhyra mengangguk.

"Siapa?"

"Temen lo?"

"Temen gue siapa, Ra? Banyak keleus temen gue. Masa iya gue sebutin satu-satu."

"Astha."

Sekejap Nino terdiam mendengar satu nama itu.

"Dia udah pu—"

"Iya gue tau. Tapi, gue udah suka dia jauh sebelum dia jadian sama Vania, No. Gue tau dia udah punya. Gue. Tau." Nada bicara Dhyra meninggi lalu diikuti isakan tangis.

"Sshhhh" Nino mencoba menenangkan Dhyra.

"Kalo emang lo beneran sayang dan cinta sama Astha sampe lo relain Arsen kayak gini ya mending lo berjuang terus aja, Ra, buat dia."

"Iya, gue udah tau. Apalagi hubungan dia sama Vania lagi nggak harmonis."

"Gue juga tau itu kok."

Dhyra menoleh kepada Nino. "Vania sama mantannya kan maksud lo?" Ucap Nino seolah dia tahu arah pikiran dia.

"Gue pernah liat tuh mereka berdua makan di cafe punya temen gue yang kebetulan adalah temennya Darian juga."

"Lo bilang ke Astha kalo lo lihat mereka berdua?"

"Nggak sih, belum saatnya, Ra. Tapi udah gue foto sama video kok sebagai tanda bukti kalo ntar gue bilang ke dia. Lo liat mereka dimana?"

"Gue liat mereka berdua pas gue latian basket sih. Kan si Darian ikut basket juga nah pas latian itu tiba-tiba si Vania dateng bawain Darian minum sama handuk kecil gitu."

"Sebenernya gue udah nggak srek sih awalnya Astha sama Vania. Gue udah pernah ngobrol sama si Vania dan menurut gue ya Astha nggak cocok sama tipe cewek kayak Vania. Ya mungkin Astha mikir kalo Vania itu cantik kalem gitu ya."

"Hmmm sebenernya gue juga mau tanya yang dia suka dari Vania itu apa? Tapi nggak gue tanyain sampek sekarang."

"No, jangan bilang siapa-siapa ya? Sekalipun ke Astha, kecuali kalo lo kepentok."

"Iya siap, ngapain juga gue bilang-bilang ke orang-orang."

"Oh ya, Ra, berjuang sih boleh berjuang. Tapi lo juga harus mikirin kondisi lo gimananya juga. Lo harus tetep fokus kuliah, pokoknya jangan sampe karena masalah cinta sampe waktu dan fokus lo tersita cuma-cuma."

"Dan satu lagi, kalo emang Astha bukan buat lo tolong jangan lo bikin nyesel karena lo udah berjuang buat dia sampek lo nolak Arsen yang gantengnya Allahuakbar begitu. Tetep jaga hubungan yang baik sama Arsen walaupun gue tau itu pasti susah. Ya semoga lo berdua sama-sama dewasa aja."

"Bijak banget lo, No. Makasih banget lo udah dengerin curhatan gue."

***

Lagi musim uas nih, author juga lagi uas jadi nggak bisa sering buka wattpad. Semoga yang uas dilancarkan dan dibaguskan nilainya. Dan semoga yang belum juga dimatangkan kesiapannya. Berjuang boleh-boleh banget asal jangan over sampek bikin sakit. Entah itu sakit fisik atau batin. Kalo capek ya rehat dulu bentar ntar balik lagi. Karena sesuatu yang dipaksakan itu tidaklah baik. 🙂🙂🙂

HerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora