15-Teringat

33 5 2
                                    

Setelah ngobrol sampai lama dan kedai kopi juga mau tutup, akhirnya Astha dan Dhyra pulang.

"Makasih ya, Ra, buat hari ini!" Ujar Astha sambil memasang seatbelt.

"Sama-sama. Gue tidur dulu ya, kalo udah sampe bangunin."

Dhyra sebenarnya sangat ngantuk, tapi entah kenapa dia tidak bisa tidur. Dalam mata yang terpejam berusaha untuk tidur, Dhyra mendengarkan Astha yang mengucapkan selamat malam pada Vania lewat voice notes. Betapa beruntungnya, Vania. Batin Dhyra saat itu juga. Tapi Dhyra juga tidak bisa apa-apa karena dia juga bukan siapa-siapa. Hanya teman yang dicari saat Astha sedih, mungkin?

Setelah sampai didepan rumah Dhyra, Astha membangunkan Dhyra. Setelah itu Dhyra turun dan masuk ke rumah. Ponsel Dhyra bergetar dan setelah dicek ternyata ada panggilan dari Arsen.

"Halo?"

"Halo, Ra? Udah pulang latian?"

"Udah, tapi diajak Astha ketemuan habis pulang latiannya. Jadi baru nyampek rumah sekarang."

"Astha? Astha yang temennya Keanu itu? Yang tadi pas sarapan dirumah kamu duduk disamping aku?"

"Iya, bener. Dia temen SMA aku jadi dia tadi tuh curhat gara-gara pacarnya ngilang seharian nggak ada kabar."

"Ohh gitu. Maaf ya, Ra, aku nggak bisa nganter kamu pulang tadi. Acaranya h-2 juga jadi sibuk banget aku."

"Nggak papa."

"Besok mau temenin aku, nggak?"

"Kemana?"

"Ke rumah sakit, kontrol tangan aku. Aku udah janjian sama dokternya. Jam 5 sore."

"Oh bisa sih."

"Yaudah, besok aku jemput ya. Udah malem, tidur. Tapi bersih-bersih dulu habis itu baru tidur."

"Siap, bos!"

"Love you, Ra!"

Dhyra terkejut atas kalimat yang diucapkan Arsen barusan. Bingung? Jelas. Dan Dhyra semakin penasaran, apakah Arsen mulai mencintainya? Disaat hatinya kini sudah berpihak pada yang lain? Tapi, Dhyra menepis pikiran-pikiran itu, walaupun Arsen kembali rasanya rasa cinta Dhyra pada Arsen sudahlah pudar karena tergantikan oleh Astha. Akhirnya daripada Dhyra bingung mengartikan apa maksud ucapan Arsen tadi, akhirnya Dhyra memilih untuk tidur.

***

Jam 4 sore keesokan harinya, Arsen sudah berada di ruang tamu rumah Dhyra. Bercakap-cakap dengan Papa Dhyra yang baru saja pulang dari tugas luar kotanya. Tak lama, Dhyra turun dan menemui mereka berdua. Setelahnya Arsen dan Dhyra pamit menuju rumah sakit yang akan mereka kunjungi.

"Ngobrolin apa aja sama Papa? Kok kayaknya seru banget?" Dhyra bertanya sambil merapikan rambutnya.

"Biasa, obrolan cowok."

Arsen melajukan mobilnya menuju jalan raya yang ternyata ramai karena beberapa kantor memang memulangkan karyawannya pada sore hari. Setelah bermacet-macet dijalan, akhirnya mereka telah sampai di rumah sakit.

Resepsionis mengarahkan mereka berdua untuk duduk dahulu sambil menunggu nama Arsen dipanggil. Dan setelah nama Arsen dipanggil barulah mereka berdua masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

"Selamat sore." Sambut dokter Rafli hangat.

"Sore, dok." Balas Arsen dengan menjabat tangan dokter Rafli, begitu juga dengan Dhyra.

"Widih, udah nggak sendiri lagi nih kontrolnya." Ucap dokter Rafli menggoda.

Arsen hanya terkekeh.

"Temen kuliahnya?" Tanya dokter Rafli pada Dhyra. Dhyra hanya mengangguk.

"Apa temen hidup nih jangan-jangan?" Dhyra hanya tersenyum dan Arsen menimpali, "Bisa aja nih, dokter."

Lalu setelahnya dokter Rafli mulai memeriksa kondisi tangan Arsen. Dhyra sabar menunggu pemeriksaan Arsen dan ternyata hasilnya tangan Arsen sudah baik-baik saja."

"Gini Sen, tangan kamu udah baik-baik aja. Tapi, ini saya nggak doa-in ya tapi kalo misal ada cedera lagi ditangan kamu yang sakit ini saya nggak tau itu bakal bisa sembuhnya cepet apa nggak, atau bakal sakit terus ya walaupun nggak sering tapi pasti ada kambuhnya." Kata dokter Rafli sambil melihat Dhyra, "jadi mbaknya tolong jaga Arsen ya, dijaga betul-betul jangan sampai cedera lagi. Karena usia Arsen bukan usia remaja jadi sembuhnya bakalan lama kalo masalah tulang begini."

"Iya dok." Entah Dhyra tidak tahu harus berkata apa-apa.

Setelah menjabat tangan dan berterima kasih akhirnya mereka berdua keluar untuk membayar. Arsen sudah tidak perlu lagi kontrol untuk bulan depan.

"Ra, itu bukannya SMA kamu ya?" Tunjuk Arsen pada bangunan sekolah di kanan jalan yang mereka lewati saat diperjalanan pulang.

"Iya, kamu kan dulu janji mau masuk situ bareng aku."

Arsen hanya terkekeh karena ia sudah menghianati janjinya.

"Ra, aku laper deh. Kamu mau makan apa?"

"Terserah."

"Eh, aku mau makan indomie aja deh." Ucap Arsen.

"Kan makan indomi—" belum sampai Dhyra melanjutkan percakapannya ia malah dikejutkan dengan Arsen memarkir mobilnya didepan warung mie yang dulu pernah ia kunjungi bersama Astha. Yang dekat dengan SMA Dhyra.

"Di rumah kan bisa, Sen!"

"Tapi aku mau makan indomie warung, Ra. Yuk keluar!"

Akhirnya dengan sangat terpaksa Dhyra menuruti Arsen. Arsen memimpin dengan berjalan didepan dan shocknya lagi, Arsen memilih bangku yang sama seperti Astha dan Dhyra waktu makan saat itu. Dhyra hanya mendengus pasrah.

Dan tak lama kemudian hujan turun. Kini lengkaplah sudah, Dhyra seperti memutar masa lalu, hanya saja dengan orang yang berbeda.

***

Kadang tuh berkunjung lagi ditempat yang dulu pernah didatengin bareng sama orang special itu bakalan keinget lagi momennya. Ya walaupun berkunjung lagi dan dengan orang yang berbeda bakalan beda juga suasananya. Kadang masa lalu itu indah sekaligus sesak buat dikenang, ya. Author juga seperti itu kok, sampai sekarang masih ada satu tempat yang kalo Author kunjungin pasti keinget momen masa lalu. 🙂🙂🙂

HerWhere stories live. Discover now