18 - Takdir

4.3K 191 6
                                    

"Semua yang telah ditulis, tak dapat bisa berubah kecuali atas kehendak sang Ilahi , yang ku bisa lakukan hanya menjalani dengan sebaik baiknya, apa yang telah Ia skenariokan untukku."
Halal Bersamamu-

***

Deburan pantai membisik ke telingaku,menghancurkan tiap benteng-benteng yang selama ini menahan air mata. Dan ya, kini aku merebahkan badanku dalam empuknya hamparan pasir yang luas. Bintang-bintang bersinar terang disana. Ada juga rembulan yang malu-malu tertutupi oleh awan malam.

Aku menghela nafas dalam, dan membuangnya dengan gusar. Air mata mulai mengalir secara perlahan lahan terjun bebas keluar. Kaki yang ku rebahkan di bibir pantai membuat tiap detiknya, kaki ku terkena hempasan air. Aku menutup mataku, menikmati setiap deti per detiknya dengan masih keadaan air mataku yang mengalir.

Apakah mengikhlaskan itu seberat dan semenyakitkan ini? Ya Rabb aku benar benar merindukannya. Sosok manusia kutub itu. Merindukannya boleh kan? Sebentar saja. Karena aku sedang merasakannya sekarang. Tidak sangat namun ada. Karena akupun harus mengontrol perasaanku ini. Agar tak terlampau jauh dan malah makin tersungkur ke dalamnya.

Aku perlahan duduk dari posisi nyaman ku itu, aku membawa catatan harian Fahriz disini. Sebuah buku coklat,yang diberi tante Ransyah satu minggu yang lalu. Aku rasa, aku sudah siap membacanya. Karena rasanya disaat aku merindukannya aku ingin dia disampingku walau hanya dengan do'a dan bukunya.

Itu saja sudah cukup kurasa. Aku membuka halaman pertama,dimana ia hanya menggambar huruf "S" dan aku tak mengetahui itu siapa. Aku membuka halaman selanjutnya. Ternyata, manusia kutub itu pandai juga ya membuat puisi? Bukan yang benar benar puisi sih.

Note 1

Kala itu, malam menyerbak dalam relungku. Kamu,datang sebagai permintaan ibuku. Aku memang pria dingin yang menurutmu menyebalkan. Kamu tahu? Aku telah mengenalimu sejak lama. Tapi, mungkin kamu juga sudah lama melupakannya. Aku yang kamu selalu panggil dengan sebutan iriz?. Kamu ingat? Pada saat aku tak sengaja menyipratkan lumpur ke baju mu. Sebenarnya,aku sudah sangat ingin tertawa melihat ekspresimu yang marah dan berteriak padaku. Tapi, aku sengaja bersikap tidak peduli dan tak mau tau. Aku hanya bersikap dingin padamu. Dan disaat aku meminta maaf, aku benar benar tak tahan ingin menertawakanmu karena ekspresimu yang lucu. Maka dari itu,aku langsung melajukan sepedaku.

Jadi,dia? Huh dasar. Nyebelin kan!

Note 2

Assalamu'alaikum ummi, ummi tau tidak? Aku sudah mulai bisa tersenyum. Ada sosok yang membuat bibir ini melengkung keatas lagi. Sifatnya yang mirip ayah, membuatku mengingat ayah lagi. Mi, dia berhasil membuatku bahagia dengan segala tingkahnya. Fahriz selalu mendo'akannya mi. In syaa Allah Fahriz akan selalu membahagiakannya.

Siapa yang kamu maksud riz?

Aku menutup buku catatan fahriz tanpa mau melanjutkannya. Karena ini sudah larut malam, semenjak sehabis shalat isya aku kesini. Ya,aku sedang berada di pantai yang tak jauh dari rumahku. Hanya aku dan ummi, lagi pula besok weekend kan? Jadi apa salahnya. Oh ya, kalian tau tidak? Bang Syakir akan menikah Maka dari itu, dia tidak ikut kesini. Aku sangat bahagia, semoga pernikahan bang syakir menjadi pernikahan yang sakinah, mawaddah dan warrahmah. Aamiin...

" Qila!!! " Panggilan ummi menginterupsiku. Segera aku masuk ke dalam vila yang sebenarnya memang villa keluarga.

" Iya mi. " aku berdiri dan melangkahkan kakiku ke dalam villa, aku membersihkan pasir yang menempel di bajuku. Dan tak sengaja, foto yang berada di dalam buku catatan Fahriz terjatuh.

Ada sosok perempuan di sampingnya. Nampaknya fahriz sangat bahagia? Dia siapa? Aku segera mengambil foto yang terjatuh tadi. Aku akan bertanya kepada tante ransyah nanti.

***

Ransyah telah mendarat dari perjalanannya yang memakan waktu 2 jam menuju Bengkulu. Ia segera membawa kopernya menuju keluar koridor. Ia melirik ke kanan dan kekiri. Mencari sosok yang menjemputnya.

" Tante Ransyah!! " sosok tersebut melambaikan tangannya ke Ransyah.

" Rizka! " Ransyah menghampiri rizka dan langsung memeluknya.

" Kamu udah lama disini ka? Gimana kabar bapak? "

" Enggak ko tan, baru aja. Alhamdulillah keadaan kakek baik tan. Oh iya, tante harus cerita banyak pokoknya tentang calon istrinya Fahriz!" ucap Rizka semangat.

Rizka langsung menuju parkiran dimana ia memarkirkan mobil miliknya. Dan Ransyah langsung masuk kedalam mobil yang didahului oleh Rizka.
Dalam perjalanan.

" Gimana nih tan aku udah ga sabar, gimana sih calon istrinya Fahriz? "

" Di mata tante, dia seperti Almarhum suami tante. Periang, tapi juga keras kepala. Ya, 11 12 sama si Fahriz deh. Cuma bedanya gender doang. Fahriz cowo,Syaqila cewe." Ransyah terkekeh bersamaan dengan Rizka.

Setelah perbincangan yang cukup lama, akhirnya mereka sampai di dalam ponpes.
Ponpes Dzikriyyah Qur'aniyah.

"Sudah sampe nih tan" ucap Rizka yang diangguki oleh Ransyah.

" Assalamu'alaikum pak " salam Ransyah menuju ke dalam rumah.

" Wa'alaikumsalam, nak. Kamu udah sampe? Alhamdulillah." Jawab Zai, Bapak Ransyah.

Ransyah langsung meraih tangan Zai , dan mencium punggung tangan beliau.

"Oh iya pak, gimana keadaannya Fahriz?" tanya Ransyah.




***
#timfatihqila mana?
#timfahrizqila mana?
Komen donggg biar seru,jangan lupa vote juga. Terima kasih pembacaku :)

🌫🌟🌫

𝐇𝐚𝐥𝐚𝐥 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang