2

8.8K 379 7
                                    

hari ini umi menyuruhku untuk pergi ke butik bersama uminya fahriz untuk melihat pakaian yang akan kukenakan pada saat lamaran lusa.

aku duduk di pelataran rumah sembari menunggu umi fahriz datang,dari balik pintu sesosok wanita datang menghampiriku, yang ternyata itu adalah umi.

"kamu setuju dengan perjodohan ini?"umi menatap bilik mataku yang tak bisa kuelakkan lagi pandangannya." kalau kamu belum yakin kamu minta petunjuk dari Allah nak,kalau kamu memang belum yakin juga,putuskan sekarang. lusa sudah acara lamaran mu nak. Umi terserah kamu aja"

umi menatap lurus pada pepohonan rimbun yang ada di pelataran rumah. "aku pun masih bimbang mi" ujarku yang sejujurnya kepada umi.

"apa yang membuat kamu bimbang?"

"aku--

ucapan ku terpotong karena telpon umi bergetar,sepertinya ada telfon yang masuk.Entah dari siapa.

drrrt... drrt...

"assalamu'alaikum Dinah,aku sudah ada di depan rumah mu,"

"wa'alaikumsalam ran,iya qila nanti kedepan ya"

"yasudah,assalamu'alaikum"

"wa'alaikumsalam"

"udah sana siap siap,umi kedepan dulu,urusan kita belum selesai ya?" umiku langsung berdiri meninggalkan aku sendirian di pelataran rumah.

Aku hanya bisa mengangguk,Suka tak suka aku pun harus bergegas dan langsung pergi ke butik bersama uminya fahriz.

***

"oh ya tante,fahriz itu orang nya seperti apa?" tanyaku kepada uminya fahriz yang sedang asyik memilihkan baju untukku.

"eummm... fahriz ya? kalau kamu bertemu mungkin kamu akan sangka dia orang yang pendiam dan dingin"

ya Allah apakah memang dia seperti itu?

"sebetulnya,fahriz adalah seseorang yang ramah dan tidak sependiam sekarang ini.semenjak kepergian ayahnya dua tahun lalu---" cairan bening turun dari mata ummi fahriz.
seraya ia bercerita mengapa fauzan begitu pendiam dan dingin,terutama pada wanita selain umminnya.

"yang sabar ya tante,aku yakin kok fauzan akan berubah seperti dulu lagi" aku mengusap airmata yang sedari tadi turun membasahi pipi tante ransyah.

aku pun dengan spontan memeluk hangat tubuh tante ransyah,memberikan sedikit energi yang kupunya.

"makasih ya nak qila,udah kuatin tante"

"iya tante,nanti juga kan tante akan jadi ummi qila juga hehehe"

***
"makasih ya tante!,assalamu'alaikum" aku langsung mengambil tangan tante ransyah dan segera mencium punggung tangannya.

"iya sama sama,wa'alaikumsalam"

"hati hati ya tante" seraya aku melambaikan tangan ke mobil tante ransyah yang semakin lama menjauh,dan menghilang dari pandanganku.

aku lalu masuk kedalam rumah yang langsung mengantarkanku ke dalam ruang tamu keluarga.Disana umi sedang repot berkutat dengan remote tv,dan menggonta ganti channel tv.

umi yang sadar akan kehadiranku langsung memanggilku dan menepuk sebelah bantalan sofa. aku pun langsung menghampirinya dengan membawa tas belanjaan baju untuk lamaran lusa.

"gimana?" tanya umi kepadaku .

"gimana apa mi?" jawabku pura pura  tahu,karena aku sebenarnya tahu percakapan ini menjurus kemana.

"yang soal tadi?apakah kamu sekarang  sudah yakin?" ucap umi dengan penuh ketegasan kepadaku.

bagaimana ini?uminya fahriz baik sih.tapikan,anaknya dingin dan...,tapi kasian juga.

seketika lamunan ku buyar karena umi menepuk bahu ku dan memanggil namaku.

"qila??,jadi bagaimana?"

apakah aku harus menerimanya?

"iya,insha Allah qila terima."

"umi gak mimpikan?bener kamu terima?"segurat senyum terbit dari bibir umi. yang terlihatan sangat bahagia.

"iya"aku pun dengan lillahi ta'ala menerima perjodohan ini.Karena juga aku teringat dengan cerita tante ransyah tentang fahriz.

---

Assalamualaikum Readers,jangan lupa vommen ya,hargai cerita ku ini,dan tolong beri semangat hayati😅,lagi mager soalnya.

😁😁😁

wassalamu'alaikum

salam hangat,Hanifa❤

𝐇𝐚𝐥𝐚𝐥 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang