"Kay, lo udah ngerjain PR Fisika?" tanya Zahra, dialah yang berbalik tadi.

Kayla mengangguk sebagai jawaban.

Zahra hanya ber'oh' ria dan kembali melanjutkan tulisannya.

Semua orang dikelas itu sudah mulai terbiasa dengan perubahan sikap Kayla yang sekarang. Tapi, yang hanya tau tentang kenapa Kayla jadi berubah itu cuma kedua sahabatnya, Zahra dan Nayla.

Tak lama kemudian, pak Didi datang memasuki kelas yang artinya kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai. Semua orang yang tadinya berkumpul disatu meja yang sibuk menulis, seketika bubar dan duduk dikursi mereka masing-masing.

••••

Kringg!!!

Bel istirahat berbunyi nyaring ke seantero kelas, membuat para siswa dan siswi yang mendengarnya ingin cepat-cepat keluar dari dalam kelas. Yang tadinya mengantuk jadi segar kembali dan yang tadinya bosan jadi bersemangat lagi.

"Ahh, akhirnya bel juga. Capek gue dengerin mulutnya pak Didi nyerocos mulu." keluh Nayla yang duduk disamping Kayla.

Kayla yang mendengar keluhan dari Nayla hanya tersenyum tipis.

"Yasudah, bapak akhiri pelajaran ini. Sampai bertemu minggu depan, Assalamualaikum." pamit pak Didi.

"Waalaikumsalam." jawab semua murid.

Pak Didi berdiri, berjalan keluar kelas dan diikuti para murid dibelakangnya yang ingin keluar juga untuk menyegarkan otak mereka sehabis belajar.

"Kay, kantin yuk?" ajak Zahra sambil menengok kebelakang yang dimana tempat Kayla duduk, mereka bertiga duduk berdekatan, Kayla dengan Nayla dibelakang dan Zahra dengan Shinta didepannya.

Shinta adalah bendahara kelas yang kalo nagih uang kas gak pernah santai.

Kayla mengangguk dan berdiri mengikuti Zahra dan Nayla yang sudah berjalan didepannya.

Mereka berjalan dan sesekali tertawa, tapi tidak untuk Kayla. Dia dari tadi hanya diam dan mendengarkan kedua sahabatnya ini tertawa.

"Kay, lo mau pesen apa? Biar gue yang pesenin." tanya Nayla saat mereka sudah sampai dikantin dan sudah duduk juga disalah satu meja disana.

"Samain."

Nayla mengacungkan jempolnya, dia sudah paham dengan Kayla yang seperti ini dan dia berdiri, tapi ketika hendak berjalan ke salah satu warung dikantin, ada seseorang yang menahannya dengan pertanyaan.

"Lo gak nawarin gue?" Zahra menayakan kepada Kayla, dia tidak terima jika Kayla saja yang ditanyakan seperti itu.

"Elah, beli sendiri. Kan lo punya kaki sama tangan yang lengkap." jawab Nayla.

"Lo kira Kayla gak punya kaki sama tangan gitu?" tanya Zahra kesal.

"Iya, iya. Mau pesen apa lo?" Nayla menawarkan Zahra dengan pasrah, walau Zahra tau itu tak ikhlas. Tapi, gak papa, yang penting dia tidak lelah untuk berjalan kesana dan derdesak-desakkan.

Zahra memperlihatkan senyumannya yang lebar.
"Nah gitu dong. Samain aja sama lo."

Dan Nayla pergi dengan wajah pasrah.

"Kay." panggil Zahra.

Kayla menoleh ke arah Zahra, mengangkat kedua alisnya seakan bertanya 'kenapa?'

"Lo...masih mikirin dia?" tanya Zahra dengan hati-hati, takut kalo Kayla akan marah kepadanya.

Mendengar Zahra yang seperti sedang mempertanyakan tentang seseorang yang sangat berarti dihidup Kayla dulu.

Kayla kembali menghadap ke depan dan diam sebentar.

"Gak." jawab Kayla sambil menggeleng.

Zahra yang melihat Kayla mengucapkan kata seperti itu merasa ada yang mengganjal. Dia yakin bahwa Kayla masih memikirkan tentang 'dia'. Tapi, dia tak mau melanjutkan pertanyaannya, karena itu sama saja membuat Kayla sedih lagi.

"Makanan datangg." ucap Nayla dengan kedua tangan sedang memegang nampan yang berisi 3 mangkuk bakso dan 3 gelas es jeruk.

"Nih, makanan kalian." lanjutnya sambil menyerahkan makanan Kayla dan Zahra.

Mereka makan dengan tenang, hanya terdengar suara sendok dan garpu yang bergesekkan. Sampai tak terasa bel berbunyi, tanda istirahat sudah habis dan semua siswa siswi keluar dari kantin untuk kembali kedalam kelas.

••••

"Mau ikut kita pulang bareng gak, Kay?" ajak Zahra kepada Kayla.

Kayla menggeleng.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Mereka bertiga sekarang sedang berdiri didepan gerbang sekolah, hendak pulang.

Zahra melihat taksi dari arah jauh dan mulai melambaikan tangannya ke arah taksi tersebut.
"Yaudah, kita duluan ya." pamit Nayla.

Kayla mengangguk.

"Ayo, Ra."

Nayla menarik tangan Zahra untuk membawanya kedalam taksi yang sudah berhenti dari tadi didepan mereka.

"Daahh, Kay."

Zahra melambaikan tangannya ke arah Kayla dan Kayla hanya tersenyum tipis, sangat tipis. Bahkan, tak bisa dilihat orang dari arah jauh.

Tak lama setelah Zahra dan Nayla pergi, mobil yang ditugaskan untuk menjemput Kayla datang dan berhenti tepat didepan Kayla.

"Ayo non." ucap mang Udin.

Kayla masuk kedalam mobil bagian belakang, setelah itu mobil melaju menuju rumah Kayla.

Seperti biasa, jika sudah sore seperti ini banyak para pekerja yang pulang kerumah mereka masing-masing, sehingga membuat jalanan dikota Jakarta ini menjadi macet.

Kayla merasa bosan dengan suasana yang terjebak macet seperti ini. Dia membuka tasnya, mengambil earphone dan handphone nya, kemudian menyambungkannya ke dalam handphonenya. Mendengarkan musik yang akhir-akhir ini dilakukannya jika merasa bosan.

Setelah lama menunggu, akhirnya mobil yang ditumpangi Kayla dapat terbebas dari kemacetan itu.

••••

NEXTGUYSSS!!!

My Ice GirlWhere stories live. Discover now