35 - Ketika Mencoba Berubah

Start from the beginning
                                    

***

Kedongkolan Gasta terhadap Danes masih bertahan bahkan hingga bel pulang. Danes melesat duluan tepat setelah bel berbunyi. Gasta masih di kelas, membersihkan lokernya yang seminggu ini sampahnya tidak dibuang. Dia yang terakhir keluar kelas.

Saat semuanya beres, tiba-tiba Gasta ingin buang air kecil. Langsung saja dia melesat ke kamar mandi. Setelah menggamit tasnya, dia berlari menuju toilet depan dengan tergesa-gesa.

"Bangsat lo!"

Gasta terperanjat. Baru mau masuk toilet, sudah terdengar teriakan seperti itu dari dalam. Rasa ingin pipisnya mendadak hilang. Namun karena penasaran, dia tetap masuk ke toilet.

Betapa terkejutnya Gasta. Dia mendapati Danes tersandar di tembok, dengan Uzi, Fais, dan Alam mengelilinginya. Uzi mencengkram kerah Danes dan memeluntirnya, sementara Danes tampak terkesiap melihat kehadiran Gasta di situ.

"Gas?" panggil Danes lirih.
Kontan saja ketiga berandalan itu menoleh ke belakang. Seringai lebar serta tatapan kebencian mulai terpancar di ketiga wajah tersebut. Mereka menatap Gasta seperti serigala yang melihat seekor domba yang sedang sendirian. Sasaran empuk.

"Apa'an nih?" Gasta menggertak. Uzi menyunggingkan satu sudut bibirnya. "Masih idup aja ni tai anjing. Abisin sekalian deh." cecar Uzi.
"Apa-apa'an sih ini? Kenapa Danes?" Gasta terus menggertak. Badannya didekatkan ke Uzi. Uzi semakin beringas.
Alam langsung mendorong tubuh Gasta. Gasta bangkit, balas mendorong tubuh Alam. Fais turun tangan. Kali ini dia menampar Gasta. Akhirnya Gasta terdiam, tapi masih bergeming di tempat.
"Gue cuma pengen tau kenapa Danes." tuturnya kemudian.
"Bukan urusan lo! Pergi, gak?" hardik Fais.
"Dan, kenapa?" Gasta beralih ke Danes.
Danes, yang kerah seragamnya masih dipeluntir oleh Uzi, hanya bisa menjawab lirih.
"Keluar, Gas."
"Nggak. Gue ngga akan keluar kalo kalian ngga jawab apa masalah kalian ama Danes." ancam Gasta sambil menunjuk muka mereka satu persatu.
"Emang lo sapa? Apa urusannya ama lo?"
"Danes temen gue!" jawab Gasta, lalu tak mempercayai kata-katanya sendiri barusan.
Teman? Setelah apa yang dia lakuin selama ini ke aku? batin Gasta sangsi. Tapi dia lalu menepis suara hati itu.
Kontan saja Uzi, Alam, dan Fais tertawa.

"Temen dari Hong Kong?" ejek Alam, diiyakan oleh Fais.
"Gue serius anjing!" bentak Gasta, mendorong kedua pundak Alam. Alam balas menyerang, namun Gasta lebih gesit menangkap Alam lalu memojokkannya di dinding.
"Lo kasih tau, ato gue bunuh lo." ancam Gasta, dingin dan datar. Mereka tak pernah menyangka Gasta bisa seberingas itu. Alam tertawa lagi, memecah suasana. Plak! Tangan Gasta keburu melayang ke pipi Alam. Dan dengan cepat, Gasta meremas leher Alam untuk mengancamnya.
"Serius goblok!" teriak Gasta.

Tak disangka, Uzi dan Fais ternyata ciut juga. Mereka terdiam. Gasta memperkuat cengkramannya. Alam jelas ketakutan.
"Duit! Danes nilep duit kita, puas lo!"
Gasta melepaskan leher Alam.
"Bukan nilep bukan nilep, emang ga sengaja ilang Gas!" tukas Danes, semacam membela diri.
"Alah gak usah sok suci!" hardik Uzi, kembali memeluntir kerah leher Danes.

Gasta tercengang. Heran, mereka segeng tapi masalah seperti ini saja mereka tidak bisa selesaikan baik-baik?
"Masalah duit doang?" ulang Gasta tak percaya.
"Duit doang mata lo. Duit patungan bakal ngetrip goblok! Lo ga usah bacot deh!" teriak Uzi.
Gasta menurunkan tasnya. Lalu mengeluarkan dompetnya dari situ.
"Berapa emang yang diilangin Danes?" tanya Gasta, membuka dompetnya.
"Cuma tiga ratus kok Gas, tapi mereka lebay banget besok juga udah gue ganti." gerutu Danes, masih membela dirinya. Ketiga berandal itu terdiam saat Gasta menghitung sejumlah uang yang ada di dompetnya tersebut. "Nih, tiga ratus ribu kan?" Gasta menyodorkan tiga lembar uang seratus ribu.
"Gas, ngapain sih." celetuk Danes. "Udah, gak apa." sahut Gasta. Diserahkannya uang tersebut pada Alam, lalu Alam memasukkannya ke saku bajunya.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now