11 - Aimee dan Kejutannya

140 16 0
                                    

"Samlekoooom!"

"Wa'alaikum salam."

Gasta masuk ke ruang tamu.

"Gas... kamu ken..."

"Eits! Santai, santai! Woles. Aku bisa jelasin." potong Gasta, sebelum Feliz mencecar.

Feliz menghela napas panjang. "Kenapa? Cerita ke kakak."

"Jangan marah tapi ya, hehe."

"Iiiiih ayooo, kenapa!"

"Jatoh." sahutnya, tersenyum dalam dusta. Dusta demi kebaikan.

"Lah, kok bisa?"

"Bisa lah. Jalan, kesandung, jatuh ke kanan. Eh, ada motor dari belakang. Keserempet, deh."

"Haaaaah? Ya ampun Gas. Ati-ati lah next time." Feliz cemas. Memeriksa adiknya, di setiap jengkal tubuhnya. Beberapa bagian seragam ternoda debu tanah, tidak mencurigakan bagi Feliz. Wajar lah, kan jatuh, pikirnya. Mana Feliz tahu bahwa itu adalah bekas sepatu ketiga berandal kelas yang menghajarnya tadi.

"Kamu mendarat di mukamu Gas?" Feliz terus menginterogasi.

"Auk deh Kak. Kejadiannya cepet banget." sahut Gasta sambil menaruh tasnya. "Ya udah, Gasta ke kamar ya!"

Feliz hanya memandangi adiknya yang ngacir ke lantai atas sambil geleng-geleng kepala.

***

Sementara itu, Deon, yang baru balik dari rumah sakit setelah sekitar seminggu lebih rawat inap, berada di ambang kegalauan.

Hatinya sangat merindukan sosok Aimee, dan hanya bisa mendapatkan info dari Aimee via chat. Itupun jarang-jarang. Kegelisahan Deon tertangkap oleh mata sang kakak.

"Kenapa dek?"

"Gak papa."

"Gak papa kok gitu."

"Gitu gimana?"

"Kaya lagi kangen sama seseorang." goda Raymond jahil.

"Sok tau!" Deon memukul Raymond dengan guling.

"Pacar kamu nggak ngabarin?"

"Gitu deh."

"Pantesan." Raymond tertawa. "Cewek mana sih dia? Kok mau ama kamu." ejeknya lagi.

"Udah, udah, sana... Hus hus." Deon mengusir Raymond dari kamarnya.

Tidak ada yang tahu bahwa Deon diam-diam sudah melihat Instastories Aimee dengan Gasta sehingga hatinya kali itu begitu risau dan penuh amarah.

***

Keluar dari kamar Deon, Raymond duduk di sofa. Menimang-nimang ponselnya. Satu nama di benak Raymond kali itu: Feliz.

Ada rasa sesal di hati Raymond perihal dirinya yang mengabaikan Feliz selama bertahun-tahun. Bukannya mengabaikan. Raymond sebenarnya tahu betul perasaan Feliz. Namun, jiwa kekanakannya kali itu terbawa hingga dewasa. Dia tidak suka jika ada cewek yang menyukainya secara terang-terangan, kecuali cewek itu cewek idamannya. Dan sikap Raymond adalah sikap yang sangat tidak wajar, bahkan terkesan bahwa dia anti pada Feliz.

Tahun-tahun berlalu dan di sinilah mereka sekarang; Feliz menjadi guru bahasa Inggris adiknya. Deon kerap bercerita pada Raymond soal Feliz semenjak dia tahu bahwa mereka berteman. Feliz yang supel, tempat curhat anak-anak, Feliz yang dekat dengan Aimee, Feliz yang suka memberikan game di sela-sela pelajaran, dan banyak lagi.

Iseng, Raymond mengechat Feliz.

"Lg ngapain Fel? Sibuk ga?"

Lima menit kemudian, ada balasan.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now