3 - Gasta, ternyata Aimee...

279 24 8
                                    

Waktu selepas sholat jum'at adalah waktu kesukaan Gasta. It's Band Time! Selain basket, Gasta juga ikut ekskul band. Dia jadi drummer. Keren kan? Gasta sudah berlatih drum sejak kelas 3 SD, karena ada ekskulnya juga di SDnya. Jaman Feliz dulu, boro-boro ada ekskul band di SD. Pramuka ada saja sudah lebih dari untung.

Entah darimana datangnya talent Gasta bermain musik. Papa mamanya tidak punya bakat musik; mungkin punya, tapi tidak dikembangkan. Sedangkan Feliz, sedikit bisa bermain piano, itupun otodidak. Gasta juga bisa bermain gitar, tapi tak selihai bermain drum.

Gasta masuk tim inti band indie sekolah. Dia masuk ke tim 2. Sering perform kalau ada perform ekskul mingguan. Kebayang kan betapa histerisnya fans-fans Gasta waktu melihat Gasta manggung. Apalagi, drum bukan alat musik biasa. Diperlukan kelihaian yang benar-benar memukau agar performa band tersebut bisa jadi maksimal.

Tim 2 terdiri dari beberapa siswa. Sandra, cewek, sekelas dengan Gasta, sebagai vokalis. Maruli, kelas 8H, sebagai gitaris. Fico, kelas 8B, sebagai bassis. Dan kadang, Vino, kelas 8C, sebagai keyboardis. Kelimanya cukup akrab, tapi hanya di saat ngeband saja. Di luar itu, mereka hanya berteman biasa.

Setiap Jum'at, Gasta selalu pulang menjelang Ashar, atau bahkan selepas Ashar. Cinta Gasta pada band kadang-kadang mengalahkan cintanya pada Feliz, sang kakak. Tak jarang Feliz pusing karena Gasta tidak pulang-pulang, tapi Gasta akhirnya sadar dan selalu mengabari kakaknya jika pulang terlambat.

Seperti siang itu. Sepulang Jum'atan, Gasta sudah nangkring manis di atas kursi drumnya. Asal-asalan memainkan, yang penting 'mukul' katanya. Yang lainnya juga masih nyetem-nyetem. Sandra malah masih jajan cimol di luar.

Lima menit berlalu, Sandra akhirnya masuk studio dengan membawa sebungkus cimol yang langsung ludes diserbu empat ekor cowok kelaparan. Akhirnya dia gondok dan tidak mau nyanyi. Malah nyuruh Maruli beliin cimol. Maruli mengalah, akhirnya mereka semua menunggu Maruli.

"Ayo mulai dong. Lama-lama jadi ajang nyimol nih, bukan ngeband!" celetuk Gasta gemas. Stik drumnya sudah dia mainkan dan putar-putar dengan jari tangan kanannya.

Maruli datang. Setelah mengunyah beberapa cimol, Sandra mulai tes mic. Suara Sandra ini khas, serak tapi tinggi. Jadi lucu, tapi tetap merdu. Outlook Sandra juga termasuk cantik jelita, hanya saja badannya sedikit mekar, dengan tekstur badan seperti squishy. Empuk dan enak dipeluk. Tapi Sandra ini jahilnya sama seperti Gasta. Tak jarang mereka berdua saling mengerjai di kelas.

"One, two, one two three go!" Gasta memberi aba-aba. Kali ini mereka berlatih lagu Kiss Me milik Sixpence None the Richer. Lagu klasik 90an, legend sekali. Sepertinya tidak ada yang tidak tahu lagu ini. Suara Sandra juga cocok membawakan lagu ini.

Saat tiba di reff-nya, tiba-tiba...

Brak! Pintu studio terbuka.

"Ssstt! Numpang sembunyi ya!" ujar cewek yang menginterupsi latihan mereka.

"Wuooooooo!" rutuk mereka berempat. Yang dirutuk hanya cengengesan.

"Aaaah, Aimeeee! Lagi klimaks nih!" keluh Sandra kesal.

"Lo cewe sih, coba cowo, udah gue gebuk pake gitar nih!" timpal Maruli, tapi senyum juga.

"Sorry, sorry, gue lagi dikejar nih! Sembunyiin gue dong." sahutnya kebingungan mencari tempat sembunyi. Pintu studio segera ditutupnya.

Semua ngedumel gara-gara Aimee, kecuali Gasta. Dia hanya tertegun, dengan senyum merekah di bibirnya yang menganga. "Aimee..." gumamnya lirih.

Brak! Pintu studio terbuka lagi.

"Nah, di sini ternyata. Sini! Sini!" seorang cowok menyusul masuk studio. Yang lainnya tak kalah kesal. Turut merutuk mereka berdua.

"Kyaaaa! Kok tau sih aku di sini!" pekik Aimee, tapi tertawa bahagia.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now