Bab XXI. Known

739 72 97
                                    

Beberapa anak kelas 3-D tampak sedang menikmati cemilan dari Amy. Orang tuanya mengirim cemilan dalam jumlah besar dan membuatnya memanggil semua penghuni kelasnya di ruang pribadi untuk makan. Beberapa anak laki-laki juga membeli minuman dalam jumlah besar untuk merayakan keberhasilan Leona dan Kai dalam turnamen.

"Semoga kalian diberi kekuatan untuk menyelesaikan turnamen!" ucap Nichole. "Cheers!"

Semua pun bersulang untuk Kai dan Leona. Keduanya tersenyum menanggapi pujian teman mereka. Namun Kai merasa ada yang berbeda dari Leona. Gadis itu sangat diam sejak tadi siang. Entah kenapa tiba-tiba dia menjadi pendiam semenjak ada urusan dengan Tasya.

Mungkin ada urusannya dengan Tasya. Kai berpikir begitu dan membuatnya untuk menanyakan langsung pada Tasya. Namun, niatnya urung mendengar ketukan pintu pribadi. Vinnie yang ada di dekat pintu langsung membukanya. Tampak sosok Caroline ada di sana, dengan wajah kesal?

"Caroline? Ada apa? Kau tampak marah," ujar Vinnie bingung.

"Oh, tidak, tidak." Caroline tersenyum kecil. "Ada masalah dan itu bukan apa-apa. Hmm, di mana Nam Byul?"

"Nam Byul? Di dalam. Mau kupanggil?" tanya Vinnie.

Caroline mengangguk cepat. "Tolong, ya."

Vinnie tersenyum dan berbalik. "Nam Byul? Caroline mencarimu."

Nam Byul sedang mengobrol dengan Arie. Ia menoleh dan mendekat. Melihat Caroline yang menatapnya tajam membuatnya diam.

"Ada apa ini?" tanya Nam Byul was-was.

"Kita perlu bicara, sekarang!" Caroline menarik Nam Byul pergi tanpa basa-basi. Vinnie bisa mendengar betapa dinginnya suara Caroline itu. Ia pun mendengus.

Kenapa, ya? Vinnie berpikir.

"Vin, ada apa?" tanya Amanda sambil menepuk punggung Vinnie.

Vinnie menoleh. "Ah, hmm, begini..." Ia melirik ke arah Tony yang tampak mengobrol dengan Randy dan Eddie. Ini kesempatannya. "Aku ada urusan. Jangan beritahu yang lain." Ia pun keluar.

"Eh, Vin? Apa? Urusan apa? Vin!" Amanda mencoba memanggil Vinnie namun gagal. Ia pun mendengus dan berbalik. "Kenapa, ya?"

Vinnie diam-diam membuntuti Caroline dan Nam Byul ke lorong yang sepi. Di sana, Caroline melepas tangan Nam Byul kasar dan menatap lelaki itu garang tanpa ampun. Tampaknya Nam Byul baru saja membuat kesalahan.

"Kau sudah gila, ya? Apa maksudmu?" tanya Caroline marah.

"Sudah jelas, 'kan? Aku akan pergi," jawab Nam Byul malas.

Caroline mengepalkan tangannya. "Kenapa tiba-tiba memutuskan begitu? Kau belum tentu kembali dengan selamat, Nam Byul!"

"Lalu, maumu apa?" tanya Nam Byul enggan sambil maju selangkah. "Jangan hentikan aku!"

"Tidak! Kau tidak akan pergi!" Caroline menegaskan, membuat Nam Byul terkejut. "Vandice tidak mengizinkanmu dan memintaku untuk menghentikan rencana ini."

Nam Byul terkejut mendengarnya. Di sisi lain, ia kecewa dan menunduk. "Apa-apaan? Dia menipuku?"

"Bukan begitu." Caroline menggeleng. "Orang tuamu yang memohon padanya untuk tidak mengizinkanmu pergi. Terlalu berbahaya, bahkan untuk dirimu sendiri. Aku pun juga tidak akan mengizinkanmu pergi."

"Kenapa...?" tanya Nam Byul sinis. "Kenapa kalian melarangku?"

Caroline menghela napas. "Lebih baik kita selamatkan dia beramai-ramai atau... jika tidak memungkinkan..." Ia menunduk, tidak berani menjawab.

Loctus : The Guardians Of The Great Magic - 3 [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon