Bab XXX. Mystery

791 81 87
                                    

Leona menghempaskan dirinya ke ranjang. Hari ini begitu berat dan semakin membuat kepalanya pusing. Setelah kemarin bertarung dengan bangsa Kegelapan demi menyelamatkan adiknya, keesokkannya ia berusaha melupakan masalah itu. Namun, ketika pelajaran tangkis pedang tadi, tanpa sengaja pedang Amanda mengenai lengannya. Salah Leona juga berjalan tanpa melihat arah.

Ia memandang tangannya yang berbalut perban. Seharusnya ia harus berhati-hati dan jangan sampai terluka sampai pertandingan yang diadakan sebentar lagi. Kurang lebih empat hari lagi dan Seo Byul masih berjuang membuat penawarnya karena ternyata cara membuatnya lebih rumit. Itu yang Leona takutkan. Bagaimana jika penawarnya tidak jadi tepat waktu?

"Astaga..." Leona menutup matanya tidak percaya.

Karena jenuh, ia memutuskan ke ruang musik. Seharusnya ia ekskul karate hari ini tapi karena tangannya terluka, ia tidak ikut. Ia ingin ke ruang musik siapa tahu ruang musik sepi karena hari ini tidak ada ekskul.

Namun, ketika ia hampir sampai, suara biola yang merdu membuatnya terhenti. Awalnya ia ingin berbalik karena ruang musik ada yang sedang berlatih. Tapi karena suaranya begitu merdu dan indah, ia memutuskan untuk mengintip.

Leona nyaris tak percaya melihat siapa yang bermain. Rupanya itu Vinnie yang sedang bermain biola. Lagu yang Vinnie mainkan itu adalah lagu klasik, Flight of the Bumble Bee. Satu hal yang Leona tahu, lagu ini cukup sulit dimainkan, apalagi pemain musik pemula. Namun melihat Vinnie memainkannya tanpa melihat partitur dan sangat tepat membuat Leona terdiam.

Karena Vinnie tidak pernah bilang bahwa ia bisa bermain biola.

Leona pun masuk, dan seketika permainan biola Vinnie berhenti. Merasa membuat Vinnie terkejut, Leona meminta maaf.

"Maaf, Vin! Aku... akan pergi." Leona menyengir bersalah.

Vinnie mengembuskan napas. "Sudahlah, masuk saja."

Leona tampak ragu, memandang Vinnie dengan hati-hati. "Yakin?"

"Ya. Lagipula, kau sudah melihatnya. Apa yang ingin kututupi? Tidak ada." Vinnie tersenyum lalu kembali dalam posisi siap. "Duduklah."

Helaan napas Leona menjadi penutup pembicaraan mereka. Ia duduk tak jauh dari Vinnie yang kembali bermain biola. Vinnie benar-benar menguasai lagu ini. Setelah permainannya selesai, Vinnie pun istirahat di sebelah Leona.

"Astaga..." Vinnie menarik napas panjang. "Kau orang kedua yang membuatku terkejut saat bermain biola."

Leona mengernyit. "Kedua? Siapa pertama?"

Vinnie memandang Leona sekilas lalu tersenyum. "Cinta pertamaku di Central Park." Ia terkekeh. "Astaga, kenapa kita membahas ini lagi? Bagaimana pertandinganmu? Empat hari lagi, 'kan?"

"Iya." Leona menunduk sedih. "Aku... merasa belum siap."

"Jangan khawatir. Seo Byul akan menyelesaikannya segera! Aku dan Amanda juga membantu. Kalau perlu, kami akan membolos besok," kata Vinnie menyemangati sahabatnya.

Leona menghela napas. "Kau repot sekali, ya."

"Tidak juga. Hari ini ada ekskul tangkis pedang tapi aku tidak ikut. Aku ingin melampiaskan kekesalanku karena belum maksimal membantu Seo Byul menyelesaikannya. Harusnya, sih, aku membantunya sekarang. Tapi Seo Byul sedang menemui Warren sekarang." Vinnie menjelaskan sembari mengusap tengkuknya.

"Begitu..." Leona menunduk. "Amanda baik-baik saja?"

Vinnie mendengus. "Harusnya Amanda yang bertanya. Ia merasa bersalah karena membuatmu terluka. Arie juga bilang Amanda tidak ekskul hari ini."

Loctus : The Guardians Of The Great Magic - 3 [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt