Bab XXXVII. Claimed

702 87 71
                                    

Test.

Sebelum kalian membaca, alangkah baiknya saya memberi salam dulu^_^

Dan sedikit pengumuman. Dikarenakan adanya banyak hal yang terjadi belakangan ini--tidak perlu dijelaskan--ada banyak hal yang berubah. Untuk menghibur kalian juga yang sedang di rumah, saya update hari ini.

Lagipula, saya juga menganggur sekali di rumah-_- untuk menjaga diri sendiri dan juga orang lain. Karena itu, saya memutuskan untuk mengupdate lebih cepat selagi ada waktu banyak.

Dan untuk semuanya, stay safe!^_^

***

Apa yang terjadi di arena penonton saat ini benar-benar tidak bisa digambarkan. Lara melihat banyak Achler berlalu lalang dengan panik. Setelah para penyihir membuka lapisan pelindung, Profesor Al memerintahkan agar membawa pasukan dalam jumlah besar dan kuat. Beberapa murid tampak curiga telah terjadi sesuatu.

Dan saat ini, apa yang bisa ia lihat sekarang adalah pemimpin kaum penyihir dan vampir ada di sini juga, bersiap untuk ikut masuk. Apa yang ada di dalam sana pasti cukup buruk. Ia berusaha mencari siapapun seperti Nam Byul atau Caroline yang katanya membantu Kevin--itu kata Kevin sendiri--namun nihil.

"Kak Lara!" panggil seseorang yang membuatnya menoleh. Ia kenal dengan gadis itu, Tasya, sejak mereka belajar Bahasa Perancis bersama di perpustakaan.

"Tasya, ada apa?" tanya Lara berusaha menjaga dirinya tetap tenang.

Tasya melihat sekitar kemudian menatap Lara. "Apa terjadi sesuatu?"

Lara menghela napas panjang, menimbang cukup lama. "Aku... tidak tahu. Ada apa?"

"Astaga, aku takut sekali. Leona, Kak. Dia yang maju, 'kan?" tanya Tasya.

"Iya, ada apa?" Kening Lara mengerut dan perasaannya tidak enak.

Tasya memejamkan matanya, berharap ia salah dengar. Ia nyaris pingsan jika Lara tidak menahannya. Lara pun panik melihat Tasya mendadak pucat dan lemas.

"Ada apa, Tasya?!" tanya Lara panik.

"Dia teman baiknya," jawab suara yang lebih berat. Lara menengadah dan terkejut melihat Maxime di sana. Tentu saja mereka kenal karena mereka satu ekskul. "Leona teman baik Tasya."

"Oh, teman baik Leona juga kamu. Ya, aku tidak tahu tepatnya bahaya di sana, tapi yang jelas, di sana sangat berbahaya kelihatannya. Kau lihat sendiri sudah berapa banyak pasukan yang akan masuk?" Lara menjelaskan panjang lebar sambil menunjuk pasukan Achler yang bersiap. "Kelihatannya, apapun yang terjadi di sana, adalah sesuatu yang sangat buruk."

Tasya tampak mengepalkan tangannya menahan amarah. Kenapa?! "Kenapa harus selalu begini padamu, Leona?"

Lara menunduk, merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Perlahan, Maxime mendekati mereka dan berdiri di samping Tasya yang terduduk. Matanya menerawang ke arena. Tidak ada tanda-tanda dari peserta maupun penjaga.

Boom!

Meskipun terdengar samar, namun efeknya terasa sampai sini dan apapun itu baru saja membungkam seluruh orang di sana tanpa terkecuali. Tasya meluruskan pandangan ke hutan dengan mata berkaca-kaca.

Tidak salah lagi... ini, 'kan... Tasya terdiam menahan tangisnya.

Profesor Al dan semua guru di sana tanpa terkecuali termasuk Vandice, Vaniel, Warren, dan Tsuya terkejut. Ledakan kecil itu menyebarkan cahaya biru yang dingin menusuk hingga tulang. Ketika cahaya itu menyapu mereka, yang tersisa selain udara dingin adalah sisa-sisa air.

Loctus : The Guardians Of The Great Magic - 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang