Bab XXVIII. Last Day of Her Goodness

750 80 135
                                    

"AAARGHH! LEPASKAN AKU, BRENGSEK!" Eno terus berteriak meronta pada penjaga yang menyeretnya ke suatu tempat di mana seluruh bangsa Kegelapan dapat menyaksikannya terikat pada tiang kayu di tengah-tengah ruangan.

Para penjaga menjauh dari Eno setelah berhasil merantai lehernya. Ia menggeram pada beberapa penjaga yang masih di sana dengan tatapan tajamnya.

"Lepaskan aku, atau kubuat menderita!"

"Sebenarnya, kau-lah yang akan menderita," balas seseorang yang sontak membuat Eno menoleh.

Eno terkejut melihat Hun datang dengan ketiga anggota lainnya, kecuali Jenner. Saat itulah Eno sadar jika Jenner menyamar menjadi seseorang yang menyusup di sekolah mereka. Ia terkejut, saking terkejutnya sampai lemas. Jika Jenner di sana sekarang, rencana mereka sudah setengah jalan.

"Halo, Eno Delacour. Apa kabar?" sapa Hun yang lebih mirip mengejek.

"Jenner... menyusup, 'kan?" tanya Eno dengan tatapan tajamnya. "Siapa?"

Hun menyeringai sekaligus memiringkan kepalanya. "Kau penasaran?"

Eno mendengus. "Beritahu saja."

"Apa itu permintaan terakhirmu?" tanya Yaxl.

"Aku tidak tahu. Kuharap ramuan itu tidak bekerja," ucap Eno santai.

Hun tertawa sinis, seolah tahu Eno akan berkata begitu. Ia menepuk tangannya dan membuat pintu di depan Eno terbuka. Eno tersentak. Tampak seekor serigala besar berwarna hitam keabu-abuan keluar dari sana. Lehernya terantai, sama sepertinya. Dan yang paling membuat Eno terkejut adalah matanya yang merah seperti darah. Napas Eno tertahan, tenggorokannya tercekat.

"Namanya, Rev. Dia akan menuruti semua perintahku. Rev!" Hun berseru pada serigala itu.

Mendadak, serigala itu menegakkan tubuhnya, seolah mendengarkan. Dalam hati, Eno terus menerus membatin dan berdoa, seolah ini tidak nyata. Ini hanya mimpi.

"Cabik!" Hun menunjuk seekor sapi yang dimasukkan ke ruangan.

Rev bergeming beberapa saat, sebelum ia melompat dan menyerang kemudian mencabik sapi itu. Eno masih tercekat. Tangannya mendadak gemetar. Rev dalam kondisi tidak sadar pastinya. Jika ia begitu, ia tidak akan tahu jika pada akhirnya ia akan menyakiti--bahkan mungkin--membunuh Leona.

"Lihat?" Tatapan Hun seolah mengejek.

Eno menelan ludah. Berikut kemudian, ia melihat seorang pria yang ia kenal sebagai peramu terkenal. Ia adalah penyihir gila yang kepintarannya luar biasa namun sangat licik. Namanya Nerecis.

"Lihat ini, Nona Delacour?" Nerecis mengeluarkan kotak yang berisi suntikan. Di dalam suntikan itu, terdapat cairan berwarna hijau yang pastinya ramuan baru mereka.

"Apa itu?" tanya Eno was-was.

"Ini? Ramuan yang dapat membuatmu seperti Rev. Oh, aku yakin ini akan bekerja untukmu juga," ucap Nerecis sinis.

Eno mulai panik. Ia meronta, bahkan sampai beberapa penjaga diutus untuk menenangkan Eno yang meronta. Mereka berusaha memegangi Eno sebelum gadis itu berubah. Nerecis cepat-cepat menyuntikkan ramuan itu, membuat Eno menjerit.

"AAAAAAAAARRRGHHH!" jerit Eno.

Dan jeritan itu membuat Jacques, Linda, Eva, dan So Hee hanya bisa diam, menyaksikan Eno tersiksa setelah diberi ramuan itu. Kwon yang ada di sana pun merasa bersalah.

Eno Delacour... Kwon menghela napas panjang.

***

Leona diam menunggu di perpustakaan sendirian. Di luar hujan, membuat suasana di perpustakaan pagi ini cukup dingin. Leona memutuskan membaca buku sendiri untuk mengisi jam kosong pelajaran pertama. Ia di sini bukan hanya membaca buku.

Loctus : The Guardians Of The Great Magic - 3 [END]Where stories live. Discover now