Chapter 4 : Antagonis si Biang Masalah

41.8K 4.7K 133
                                    

Alda terdiam jantungnya berdetak kencang dia menatap Aksa dan yang lain dengan cemas. "Jangan bilang Andrian tau gue ketemu sama kalian?"

Aksa tersenyum."Tenang aja dia nggak bakal ngapa-ngapain lo."

"Hati-hati di unboxing Al bahaya." Goda Arkan.

Mendengar itu Alda cemberut,"Lo yang gue unboxing mau?"

"Kalau ceweknya model kayak lo gue siap di unboxing Al." balasnya lagi.

"Lawan Andrian dulu lo baru bisa unboxing Alda." sahut Aksa mendengar itu Arkan mengeleng lebih baik tidak. Melihat mereka yang seperti itu Alda mengeleng heran karena Alda tau mereka cuma main-main. "Gue pergi."

***

Saat ini dia ada di depan pintu markas Andrian dan gengnya. Alda meringis ketika ingatan tidak menyenangkan tiba-tiba datang terlintas diotaknya. Jika kalian menyangka markas ini seperti geng anak sekolah biasa kalian salah besar. Markas ini sangat tidak menyenangkan dan bisa membawa orang yang tidak diinginkan datang ke sini mati dalam sekejab. 

Sejujurnya dia sendiripun hanya pernah merasakan beberapa jebakan. Bahkan untuk Alda sendiri, yang juga seorang pewaris masih bertanya-tanya untuk tujuan apa Andrian dan lainnya membuat markas seperti perkumpulan para mafia saja. 

Salah satu perangkap yang ia tau adalah ular, sumpah Alda tidak berbohong. Jadi dulu dia dan teman-temannya mencari jalan masuk ke markas mereka dan endingnya kami terperangkap secara menyedihkan dan terkurung di entah ruangan apa yang tidak Alda ketahui. 

Alda sangat tidak menyukai markas ini bukan karena dia lemah dan seperti cewek biasanya yang takut akan gelap tapi Alda tidak menyukai sesuatu yang tidak dia ketahui. Tempat ini memiliki banyak misteri seperti pemimpinnya.

Jika Alda punya waktu dia  sangat ingin mencari tahu tentang markas geng Andrian, ya itupun jika dia diperbolehkan. Alda memandang pemindai identitas di depannya. 

"What the fuck! Kayaknya markas mereka juga harus banget deh pakai pemindai identitas diri kayak gini pasti lebih keren dan aman. Membuka penutupnya Alda memandang tidak percaya karena ternyata dugaannya tidak sepenuhnya benar karena pemindai ini bukan pemindai sidikjari, tapi pemindai rentina mata."

Berusaha untuk bersikap santai dan datar Alda mendengus, pokoknya dia tidak akan pernah ingin terlihat seperti orang udik dari pedesaan. Melihat kecanggihan ini Alda mendelik kesal, perbedaan yang cukup jauh antara sesama pewaris sepertinya. Ini antara Alda yang tidak terlalu menonjol atau mereka Andrian dan Aksa yang super pintar. 

Alda terus memperhatikan setiap detail pintu itu. Mengambil telponnya dia mencoba menelpon Andrian, cowok ini menyuruhnya datang tapi tidak menjemputnya. Jika bukan tunangannya ditambah pria itu cukup mengerikan dan membuat Alda takut, pasti sudah Alda maki-maki. Seorang Aldari tidak sepantasnya disuruh menunggu seperti ini.

Dertt...

Ponselnya terus saja berdering, Andrian menatap ke arah ponselnya dia tersenyum tipis tangannya bergerak cepat untuk mengangkat telpon seseorang disana.

"Andrian kamu dimana? Ini gimana aku bisa masuk?" tanya Alda cepat.

"Hm Kennan dan Varo yang akan menjemputmu."Balasnya singkat.
Dengan kesal Alda menunggu disana sambil mengomel.

"Jemput Alda dan beri dia akses." Perintahnya pada kedua orang itu lagi.

Varo dan Kennan saling pandang dengan berat hati mereka pergi dibanding pisau Andrian melayang. Masih untung pria itu tidak melempar pisau ke arah mereka. Pintu tiba-tiba terbuka Alda tertawa keras saat melihat ekspresi tidak ikhlas mereka berdua. 

Super Psycho Fiance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang