Retak

17 3 0
                                    

Typo dimana-mana. Maaf ya cerita ini gaje banget.


"Udah balikin aja Mas, gue males nerimanya,"  Frarie kesal saat Fandy memberikan kado pemberian Kirara kepadanya. Frarie sangat kecewa dengan pengkhianatan Kirara.

"Idih, jahat banget lo," Fandy tidak percaya dengan nada yang baru saja Frarie lontarkan. "Tadi pagi elo yang minta kado. Masa begitu ada yang kasih, lo malah suruh balikin?"

"Gue udah dapet kok dari Va sama Mas Ivan juga," Frarie  langsung pergi ke kamarnya.

Sama seperti Valexa, Fandy sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja Frarie lakukan. Biasanya kalau Frarie marah kepada Kirara, ia hanya malas bicara saja dengan Kirara, itupun tidak lama. Ia tidak akan menolak hadiah pemberian dari Kirara.

"Rie kenapa Ndi?" tanya Ivan yang heran melihat sikap Frarie.

"Kayaknya berantem sama Ra," Fandy menebak. "Sayang banaget ini kado. Gue simpen aja ah. Siapa tau aja nanti itu anak nyariin," sambung Fandy.

"Sini Mas aja yang simpenin. Nanti kalo kamu lupa lagi taronya dimana. Kamu kan jabrah," kata Ivan sambil mengambil kado Kirara. "Gak biasanyaa mereka beramtemnya kayak gini. Kenapa  sih?"

"Siapa yang berantem?" Ayah tiba-tiba saja mengikuti percakapan mereka.

"Itu Yah, Frarie sama Kirara," jawab Fandy. "Ni Yah, masa kado dari Kirara gak mau Rie terima, malah Fandy disuruh balikin ke Ra. Kan Fandy jadi gak enak Yah. Fandy harus ngomong apa coba ke Kirara."

"Masa sampai segitunya sih Ndi?" Ayah tak percaya. "Kamu harusnya kasih nasihat ke adik kamu dong Ndi. Gak sopan nolak pemberian orang lain. Nanti kalo Ra sakit hati gimana?"

"Ya udah Yah, gak usah dipikirin. Biasanya juga mereka gak pernah berantem lama. Sebentar lagi mereka pasti baikkan lagi," kata Ivan. Dugaan Ivan salah. Hampir dua minggu sudah Frarie tidak mau mendengar nama Kirara. Berulang kali Kirara dan Ayvara mencoba menjelaskan namun ia tidak pernah mau mendengarkannya.

"Sebenernya lo kenapa sih sama Frarie?" Valexa bertanya heran kepada Kirara.

"Gue jahat banget ya sama Frarie?" Kirara balik bertanya dengan nada sedih.

"Mana gue tau," Valexa kesal. "Lo aja gak pernah cerita sama gue."

Valexa menepuk punggung Kirara dan melanjutkan, "Ra, cerita aja sama gue. Lo kayak baru kenal aja sih sama gue. Kita kenal gak setahun-dua tahun Ra."

Kirara menahan napas sejenak dan berkata, "Kak Ayva mutusin Frarie Va."

"Hah?" Valexa tak percaya. "Serius lo Ra? Tapi kenapa? Pantesan aja sekarang Frarie ngomel-ngomel mulu. Tapi apa hubunggannya sama lo?"

"Gue tau dari awal kalo Kak Ay mau mutusin Rie, makanya dia marah banget sama gue. Sebagai temennya, Frarie maunya gue bujuk Kak Ay supaya gak putusin dia, bukan diem aja pas Kak Ayva cerita ke gue,  tapi denger penjelasan Kak Ay, gue gak bisa ngerti perasaannya. Gue ini juga anak pertama, dan gue ngebayangin kalo yang terjadi sama Kak Ay, terjadi juga sama gue. Makanya gue gak bisa apa-apa," jelas Kirara yang tak kuasa menahan air mata.

"Emangnya masalah Ayva apa sih?" Valexa penasaran. "Ra, gue juga anak pertama. Gue yakin kok, gue pasti juga bisa ngerti. Gue pengen bantu lo. Main cuma berdua sama Frarie gak enak tau, kurang seru kalo gak ada lo. "

Awalnya Kirara sedikit ragu untuk menceritakannya kepada Valexa, namun ia akhirnya ia menceritakannya juga kepada Valexa semua yang ia ketahui. Valexa tidak menyangka bahwa seorang seperti Ayvara memiliki masalah yang begitu rumit. Valexa bersyukur karena dirinya tidak dalam posisi Ayvara. Di dalam hati Valexa bertekad untuk membantu untuk membujuk agar Frarie memaafkan Ayvara dan Kirara.

RAVARIE  [Tamat]Where stories live. Discover now