Bu kepala memasuki kamar Rino, sejenak menatap anak malang yang telah tak sadar selama dua hari itu. "Rino, kamu baik-baik saja nak?"
Anan terkejut melihat orang yang datang menemuinya, seketika sendok yang sedikit lagi sampai kemulutnya pun terjatuh.
Anan terpaku sejenak. "Ibuuuu."
"Ka Rino ini Bu Kepala sengaja datang menjenguk kamu, ayo beri salam pada beliau." Perintah Bu Sofi pada Rino.
Rino tak menghiraukan perintah Bu Sofi, dia masih terpaku memandangi orang itu. Betapa terkejutnya dia orang yang selama ini membesarkannya, berdiri di hadapannya tidak mengenali dirinya sama sekali. Orang itu hanya mengenali Anan sebagai Rino.
"Kaka, ko malah bengong." Seru Bu Sofi.
"I i i iyaah mah, maap. Selamat siang Bu Iva." Sapa Anan pada ibunya sendiri.
"Rino kelihatannya kamu sudah cukup pulih setelah kejadian dua hari yang lalu nak." Ujar Bu Iva pada Rino.
"Iya bu, saya sudah agak mendingan, tadi mamah sudah panggil Pak Dokter untuk memeriksa saya." Jelas Rino.
"Bu Iva, Kepala Sekolah di SD Angkasa bukan?" Anan bertanya memastikan bahwa orang yang di hadapannya memang betul ibunya.
Bu Iva menoleh Bu sofi, memasang wajah heran. "Tentu, tentu saja kita bertemu setiap hari nak, kamu selalu mengantar adikmu pergi ke sekolah."
"Maap bu, Rino memang agak aneh sejak tadi siuman, dia seperti orang linglung. Ingatannya kadang baik kadang buruk, mungkin efek kepalanya terbentur." Potong Bu Sofi, sambil tersenyum pada Bu Iva.
"Kalau begitu kamu masih harus banyak beristirahat nak." Perintah Bu Iva pada Rino.
"Rino udah bisa nganter Vina dua hari lagi ko bu, Pak Dokter sudah memastikan kalo kondisi saya baik-baik saja." Seru Rino.
"Awas aja kaka gak nganterin aku. Aku bilang mamah biar uang jajan kaka di potong!" Ujar Vina yang tiba-tiba memotong pembicaraan serius di antara mereka.
Seketika suasana kamar pecah oleh tingkah Vina yang menggemaskan. Tak jarang dia mengganggu pembicaraan Bu Sofi, Bu Iva, dan Anan.
Anan tersenyum melihat raut wajah Bu Iva, dirinya tak lagi memikirkan berada dimana sekarang. Setidaknya dimasa ini dirinya masih dapat melihat ibunya walau dengan tubuh orang lain, dan dikenali sebagai orang lain. Baginya cukup asalkan dapat bertemu dengan ibunya, rasa khawatirnya berkurang.
Siang itu cuaca tiba-tiba mendadak mendung, Bu Iva mengakhiri kunjungannya. "Rino, ibu pamit dulu. Sepertinya akan turun hujan, semoga kamu lekas pulih sepecepatnya."
"Eh, ko pulang bu? Kenapa tidak tinggal sebentar lagi saja?" Berat Rino melepas Bu Iva yang hendak pergi.
Tersenyum Bu Iva kepada Rino. "Ibu juga inginnya lebih lama, tapi ibu masih ada pekerjaan dirumah, dan juga sebentar lagi hujan. Lain kali ibu mampir lagi nak, semoga kamu bisa secepatnya mengantar adikmu sekolah, dia selalu murung di sekolah."
"Bu Sofi, saya pulang dulu. Mohon maap atas kunjungan mendadaknya. Vina jangan sedih lagi yah, kakakmu sudah sehat sekarang." Pamit Bu Iva pada semuanya.
Bu Sofi mengantar Bu Iva kedepan rumah. Rino melanjutkan makannya, masih ditemani adikknya yang selalu mengganggu.
"Syukurlah, walaupun aku ada disini, dan ibu tidak mengenaliku sebagai Anan, setidaknya aku dapat melihat Ibu setiap hari. Dan aku harus mencari tahu kenapa aku bisa ada disini." Gumam Anan dalam hatinya.
YOU ARE READING
Hacking Time
Teen Fiction[On Going] Anan siswa kelas 12, anak laki-laki paling nyeleneh di kelasnya. Dia mempunyai sifat umum remaja kebanyakan, hanya saja dia suka slengean sendiri. Anan sudah yatim piatu sejak usia 8, orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelaka...
