Part 2: Wrong Place.

Start from the beginning
                                        

"Yaudah ade cepet pergi sekolah udah siang ini, kaka jangan banyak gerak dulu, mamah bawain air minum." perintah bu Sofi pada keduanya.

"Eh kaka dari tadi pena punya ade dipegang terus, sini kembaliin itu kan mau dipake sekolah." timpal Vina pada kakaknya, lalu dia rebut pena yang ada di genggaman Rino.

"Euu, euu. Eeeh tu tunggu, kamu Vina? Vina Arta Cendana?" Tanya Anan pada gadis kecil itu.

"Iya kaka, emang siapa? Vina Panduwinata? Suka aneh deh. Udah ah, kaka istirahat, ade sekolah dulu." jawab kecut Vina lalu pergi meninggalkan Rino yang adalah Anan dalam keadaan yang serba kebingungan.

Anan ada di tubuh Rino. Si guru so keren yang sangat ia benci selama ini, dia terheran-heran kenapa bisa kembali ke masa 10 tahun yang lalu dan ada di tubuh Rino.

"Astaga, Kenapa gua ada di tubuh guru so keren ini, apa yang terjadi, kenapa bisa ada di tahun 2008? Terus bukannya itu Vina temen sekelas gua pas SD?" Pertanyaan demi pertanyaan muncul di benak Anan.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?" Anan sudah mulai memiliki tenaga untuk berdiri.

Tak lama kemudian Bu Sofi datang membawa segelas air, Anan yang sedari tadi bingung apa yang menimpa dirinya masih heran kenapa Bu Sofi tidak bisa mengenali kalo yang ada dihadapannya bukan Rino.

"Ka ini mamah bawa air, minum dulu yah, sebentar lagi Dokter Danu dateng buat meriksa keadaan kaka." seru Bu Sofi pada Rino, sembari membereskan tempat tidur Rino.

Anan yang sedari tadi bingung mulai paham apa yang tengah dia alami, dirinya yang kembali ke 10 tahun lalu dan ada di dalam tubuh Rino memutuskan berperan sebagai Rino untuk sementara selagi dirinya mencari penyebab dia ada disini.

"Bu, eh Mah maksudnya, Vina sekolah di SD Angkasa kan?" Tanya Anan, yang sedari tadi terkejut kalo gadis kecil yang ada disampingnya adalah Vina, teman kecilnya dulu.

"Iya ka, aneh sih kaka kenapa nanya begitu, bukannya tiap hari kaka yang anter Vina sekolah." tegas Bu Sofi.

Anan hanya menganggukan kepalanya, dia tak ingin orang di sekitarnya kebingungan dengan sifat Rino yang berubah.

"Emm iya ya mah, kaka lupa. Kepala kaka masih agak pusing." timpal Anan.

Lalu Bu Sofi beranjak meninggalkan kamar Rino, untuk segera melakukan pekerjaan rumah sembari menunggu kedatangan Dokter Danu yang akan memeriksa kondisi Rino.

Cuaca pagi hari itu sangat cerah, Anan yang masih terkulai mengumpulkan tenaga di tubuh Rino hanya mampu memandangi sekeliling kamar Rino. Sungguh heran dia, orang semenyebalkan guru seperti pak Rino tapi di kamarnya sangat rapih sekali.

Anan melihat beberapa foto yang tertempel di dinding maupun yang ada dalam figura yang dijajakan di meja. Matanya terfokus pada salah satu foto, dalam foto anak-anak SD dengan seorang pendamping yang terlihat sangat familiar.

Sayang foto lama tersebut sudah hampir lapuk dimakan usia, karena tidak dibingkai seperti foto lainnya yang hanya ditempel di dinding dengan perekat kertas biasa, sehingga Anan tidak dapat mengenali siapa orang tersebut.

"Silahkan dok, Rino ada didalam sedang istirahat. Tadi pagi dia sudah siuman dan mengeluhkan kepalanya agak sakit." Suara Bu Sofi di balik pintu, yang sepertinya juga dokter Danu sudah datang.

"Siang Rino, gimana kondisinya? Apa masih ada yang sakit?" Tanya dokter Danu yang di iringi suara pintu terbuka.

"Em em, udah baikan dok, cuma kepala agak pusing." jelas Rino.

"Baik kalo begitu, kemarin kamu mengalami kecelakaan yang cukup bahaya, untung saja ibumu cepat menghubungi saya." seru dokter sembari memeriksa kondisi Rino.

Dokter melakukan beberapa pengecekan pada tubuh Rino, tak memakan waktu yang begitu lama. "Ini kabar bagus bu, Rino, kamu sudah bisa pergi sekolah lagi lusa. Pusing di kepala hal yang wajar setelah pingsan selama dua hari, tapi kepala kamu sepenuhnya dalam kondisi baik." terang dokter yang disambut senyum gembira Bu Sofi.

"Kalo begitu ini saya sudah buatkan resep obat untuk pemulihan. Supaya pemulihannya maksimal, Rino harus beristirahat yang cukup, dan tentu makan serta minum obatnya." lanjut dokter yang di ikuti tawa Bu Sofi.

"Kalau makan tidak usah khawatir dok, anak saya juara lomba makan se-RT, nasi se bakul pun bisa habis sekejap kalo dia kelaparan." pungkas Bu Sofi yang lalu di ikut tawa Dokter Danu. Mereka lalu mengobrol santai setelah pemeriksaan selesai.

"Gila nih orang, makannya kayak kuli juga ternyata. Pantesan dia punya banyak tenaga buat ledekin gua terus." lirih Anan.

"Yasudah bu, Rino, saya pamit dulu karena ada pemeriksaan di kampung sebelah. Lekas sehat buat Rino, tolong bu kalau ada keluhan sakit lagi segera saja hubungi saya." seru Dokter Danu, yang segera beranjak untuk meninggalkan kamar Rino.

"Baik dok terima kasih, mari saya antar ke depan. Ka, Mamah ke depan dulu nganter pa dokter", tegas Bu Sofi, yang lalu meninggalkan kamar untuk mengantar Dokter Danu.

"Siapa yah orang yang ada di foto dengan anak-anak SD itu, kayaknya gua tau. Sayang banget tuh foto udah lapuk. Kenapa juga foto ini gak dibingkai." tanya Anan yang masih saja penasaran dengan orang yang ada di foto yang dia lihat tadi.

Siang itu cuaca masih sangat sejuk, tak terasa terik walau sang surya sudah hampir ada di atas kepala. Suara khas pedesaan menambah syahdu situasi saat itu, sedangkan Anan masih mengingat-ingat kenapa dia bisa kembali ke zaman ini dan masuk ke tubuh gurunya.

"Ka, ini makan dulu, makannya sama sayur tambah telur kesukaannya kaka yah", seru Bu Sofi yang tiba-tiba datang dengan sepiring nasi full dengan lauk pauknya serta segelas air.

"I iya bu, eh mah baik kaka makan." jawab Anan yang belum terbiasa memanggil mamah.

"Jangan lupa nanti minum obatnya itu obatnya di rak, udah ibu simpan." tukas bu Sofi yang selanjutnya pergi untuk menyelesaikan perkerjaannya yang tertinggal.

Satu suap, dua suap nasi masuk ke mulut Anan. Masih agak sakit ketika menelan mungkin karena dua hari tidak makan atau minum jadi saluran kerongkongan agak kering.

***

"Hai maah, kaka udah bangun apa masih tidur?" terdengar teriak suara gadis kecil diluar kamar, Vina sudah pulang sekolah.

"Eh Vina, bukannya salam dulu kalo masuk rumah. Kaka ada di kamar lagi makan, tadi abis diperiksa." jawab Bu Sofi, sembari memotong sayuran.

"Bu Kepala, kiran siapa. Mari masuk bu, maap barusan saya tidak melihat ibu", kaget Bu Sofi, ketika seseorang muncul saat dirinya hendak menutup pintu.

"Oh iya bu, tidak apa-apa. Saya yang mohon maap tidak memberitahu akan kesini, barusan saya dapat kabar dari Vina kalau Rino sudah sadar. Sekalian pulang saya mampir dulu." timpal orang itu, yang ternyata guru kepala di SD Angkasa.

Tak lama bu Sofi dan bu kepala mengobrol. Bu Sofi mempersilahkan bu kepala masuk menjenguk Rino.

Di dalam kamar Rino yang sedari tadi diganggu Vina belum sempat menghabiskan makannya. Dia tampak kesal terhadap tingkah Vina.

"Rino apa kabar? Bagaimana keadaan kamu nak?" Tanya Bu Kepala saat berdiri tepat di pintu masuk kamar Rino yang terbuka.

Anan yang sedaritadi kesal terhadap Vina, tiba-tiba kaget melihat orang yang bertanya pada dirinya. Sendok yang sedang dipegang untuk mengantarkan sesuap nasi kemulutnya pun jatuh.

"Ibuuu." seru Anan pada orang itu......

*****

Hacking TimeWhere stories live. Discover now