16

3.4K 684 142
                                    

Komen yang banyak!

Kecup basah bertubi-tubi untuk mina dari Yoongi :*****

***

Ji Yoon nelangsa. Ia ingin mengikat tubuhnya pada Jimin. Ingin berlindung di punggungnya. Ingin menangis bersamanya. Ingin mengadu jika ada yang menyakitinya.

Tapi apa sekarang, Jimin berdiri di depan pintu mobilnya yang terbuka. Mematai kiri dan kanan. Melihat situasi seolah-olah takut ada orang yang melihatnya.

Ji Yoon melangkah ragu sengaja melangkahkan kakinya dengan langkah kecil, terlihat sangat enggan. Sesekali ia melirik ke belakang demi melihat wajah saudaranya itu. Air matanya kembali tergenang. Ia tidak ingin berpisah lagi dengan Jimin. Ia masih merindukan saudara kandungnya itu. Ji Yoon masih tidak percaya dengan situasi gila yang terjadi akhir-akhir ini.

Setelah ini apa lagi yang bisa ia lakukan? Dari mana ia harus memulai memperbaiki segalanya. Haruskan Ji Yoon diam begitu saja. Apa ia harus merasa ini semua bukan salahnya melainkan jalan yang harus ia lalui?

Lalu bagaimana dengan sebuah pilihan. Ini semua jelas-jelas sebuah pilihan salah. Dan segala yang berbau salah harus diperbaiki untuk lebih baik.

Ji Yoon hilang arah.

"Jangan menoleh lagi ke belakang. Jalanlah terus ... dan pastikan kau sampai di rumah Bibi," seru Jimin dari kejauhan. Ini juga sulit baginya. Dengan melihat Ji Yoon berjalan menjauhinya, hatinya perih bukan main.

Air mata Ji Yoon hampir saja tumpah. Ini aneh, apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa kalimat Jimin seolah-olah ia tak ingin melihat Ji Yoon lagi namun nadanya begitu menyedihkan?

Gadis Park itu lantas berbalik dan menatap Jimin dari jarak sejauh itu. Ia kembali melangkah ke arah Jimin. Berjalan sedikit cepat. Rambutnya berantakan. Ji Yoon lupa kapan terakhir kali ia berbenah.

Semakin dekat dengan Jimin, Ji Yoon semakin melangkahkan kakinya lebih lebar. Detik berlalu, Jimin merasakan tubuh Ji Yoon yang menghambur padanya dan memeluknya erat.

"Kenapa harus begini, Oppa?" Ji Yoon menangis.

Tubuh Jimin tersentak. Kenapa semua ini terasa sulit.

"Kenapa kau tidak bisa masuk desa? Kenapa kau tidak menemui Bibi? Kenapa kau tidak terus bersama denganku? Hidup macam apa ini, Oppa?"

Rahang Jimin mengetat. Rasanya sesak di dalam dadanya begitu menyakitinya secara membabi buta.

"Aku tidak tau," jawab Jimin seadanya.

Ji Yoon semakin terisak. Suasana hening di pinggir desa itu membuat hembusan napas keduanya terdengar berat.

"Aku akan mencari cara. Percayalah padaku dan berdoalah, kita akan berkumpul di masa depan nanti. Tapi tidak sekarang, Ji Yoon-ah."

Pelukan dari Ji Yoon terlepas begitu saja. Rasa-rasanya kalimat Jimin sama menakutkannya dengan apa yang akan ia lalui di desa nanti.

"Aku takut, hiks."

"Dengar," Jimin menangkup kedua pipi Ji Yoon. "Aku yakin tidak akan terjadi apa-apa. Apa yang kau takutkan, hm?" Jimin mencoba berbicara selembut mungkin. Meyakinkan adiknya untuk tidak lagi melakukan hal gegabah.

Ji Yoon menggeleng kencang. "Aku tidak tau, aku hanya takut. Sangat takut, Oppa." Tunjuk Ji Yoon menunjuk ke arah desa. "Dulu tempat ini yang paling aku banggakan dan membuat aku aman. Tapi kenapa sekarang aku ketakutan. Oppa ... jika memang aku tidak bisa ikut denganmu, bisakah aku kabur ke tempat lain saja seorang diri?"

4. (Im)Possible Love - Min Yoongi/Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang