Linggar kebingungan mendengar ucapan Galang, dia melihat perubahan sikap mantannya itu.
Galang itu memang orang yang paling sulit buat minta maaf, bahkan dulu saat dia ketahuan selingkuhpun tidak ada satu kata maaf terucap dari bibirnya.

Galang berjalan terhuyung-huyung, pemuda itu memegangi perutnya yang masih nyeri.

Linggar mengikutinya dari belakang, banyak pasang mata menatap bingung saat Galang masuk ke rumah sakit itu.

Mereka mengira Galang mungkin baru saja jadi korban pengeroyokan atau apalah.
Yang pasti dia datang ke rumah sakit dengan wajah penuh luka.

"Belok kiri"
Ujar Linggar yang di turuti oleh Galang.

Dan akhirnya keduanya berada di ruangan tempat Arga berada.

Baru saja Linggar berniat membuka pintu di depannya, pintu itu tiba-tiba sudah terbuka.

Terlihat Doni terkejut melihat Linggar yang berdiri dengan seorang pemuda yang babak belur.

"Li...Linggar...??"
Pekik Doni yang membuat Arga dan Irwan menoleh bersamaan kearah pintu.

Mata Arga melebar saat Galang datang bersama Linggar.

Galang berjalan ke depan dan berhenti tepat di samping Arga.
"Gimana kondisi lo...?"

Arga terdiam, pemuda itu memperhatikan Galang dari atas sampai bawah.
Dia lalu menoleh ke arah Linggar, lalu kembali menatap Galang.
"Elo bisa lihat sendiri, gue udah baikkan"

Galang tersenyum sinis.
"Harusnya tempo hari gue nabraknya kencengan lagi..."

Doni dan Irwan menatap Galang dengan pandangan mata kesal.
Dan tiba-tiba saja Linggar maju dan menendang kaki kanan galang dari belakang hingga membuatnya jatuh berlutut di depan tempat tidur Arga.

"Apa lo bilang tadi, masih belum puas ya gue pukul....?
Mau minta berapa kali dipukul biar ego lo yang sekeras batu itu bisa melunak...?"

Arga menatap Irwan dan Doni, sembari memberi isyarat untuk menjaga Linggar.
Dan Doni juga Irwan segera menarik lengan Linggar lalu membawa pemuda itu mundur perlahan.

"Sabar Gar, elo ga' kasihan sama dia.
Biarpun kita kesel, tapi kita ga' mungkin mukul Galang yang dari tadi diem aja ga' ngelawan"

Linggar terkesiap saat mendengar ucapan Irwan barusan, memang dari awal Galang ga' menghindar atau membalas pukulannya.
Padahal pemuda itu bisa dengan mudah melakukannya jika dia mau.
Karena Galang itu cukup jago dalam bela diri.

Galang menghela nafas sambil mencoba berdiri.
Matanya tajam menatap Arga, senyum sinis tersungging di bibir tipisnya.
"Gue minta maaf, mungkin gue kemarin berlebihan ngasih pelajaran ke lo.
Tapi mau gimana lagi, gue emosi pas denger elo jadiin Linggar barang taruhan.
Omongan lo pas bawa dia pergi dari gue ga' sinkron sama perbuatan lo"

Mata Linggar melebar, dia terkejut.
Dan betanya-tanya bagaimana Galang tau soal TOD itu...??
Semua orang di sana tidak kalah terkejutnya dengan Linggar, bahkan Arga juga kaget.

"Hah...tapi kayaknya Linggar udah maafin elo"
Galang menoleh ke belakang dan melihat Linggar yang pandangan matanya berubah teduh.
"Ini pertama kalinya gue di hajar sama dia, itu udah membuktikan kalau dia bener-bener cinta sama elo"
Galang kembali menatap Arga.
"Gue jadi iri, dia ga' pernah mau ngeluarin emosinya pas lagi sama gue.
Tapi sama elo, Linggar ga' pernah pakai topeng pangeran baik hatinya.
Dia selalu jadi dirinya sendiri, makanya tadi gue sampai harus mancing dia biar dia bisa puas ngelampiasin semua perasaan dia yang dia sembunyiin ke gue bertahun-tahun lalu"

Arga melirik ke arah Linggar, dan keduanya tanpa sengaja bertemu pandang.

Galang mengulurkan tangannya, dan Arga menjabatnya.
"Sekali lagi gue minta maaf, dan gue peringatin ke lo...
Gue ga' segan bunuh lo kalau sampai gue denger elo nyakitin Linggar lagi"
Galang melepas jabat tangan itu dan berbalik, dia melihat Linggar yang menatapnya dengan perasaan bercampur aduk.
"Karena gue ga' bakal pernah ngendurin pengawasan gue"
Imbuh Galang yang membuat Arga menelan ludah.
Dia tau Galang ga' main-main sama ancemannya mengingat apa yang udah dia lakuin sekarang.
Dia ga' ragu nabrakkin mobilnya ke motor yang dia tumpangi.

Truth or Dare (Selesai)Where stories live. Discover now