Chapter 25

1.1K 143 43
                                    

Warning : Chapter ini banyak mengandung unsur kekerasan.

***

Layar komputer di depan Zayn sudah berubah hitam, dia baru saja mematikanya. Melirik jam dinding di kamar apartemennya, waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari. Sedari tadi dia menunggu kabar dari Niall, namun pria tersebut belum menghubunginya sampai saat ini juga. Hal itu membuat Zayn memulai terlebih dahulu namun Niall tidak mengangkat panggilannya.

Ada apa sebenarnya?

Dia terus bertanya pada dirinya sendiri. Perasaannya tidak tenang. Di dalam pikirannya terlukis wajah gadis cantik yang sangat dia cintai. Bianca. Dia mencemaskan gadis itu.

Ponselnya berdenting tanpa pesan masuk. Dengan antusias Zayn mengambil ponselnya berharap jika Niall yang mengirimnya pesan.

'Zayn Malik, bisa kita bertemu?'

Kening Zayn mengerut setelah membaca pesan  dari nomer asing itu. Tangan Zayn pun segera mengetik balasan.

'Siapa?'

Tak berselang tiga detik, Zayn kembali mendapatkan balasan.

'Harry.'

Zayn meremas ponselnya sendiri. Entah mengapa hanya dengan melihat nama itu mampu membuat Zayn marah. Untuk kedua kali ponselnya kembali berdenting.

'Bianca sedang dalam bahaya'

Kemarahan Zayn berubah dua kali lipat setelah membaca itu. Apa ini sebuah jebakan untuk dirinya karena Harry sudah mengetahui siapa dia sebenarnya? Pertanyaan itu terngiang di kepala Zayn. Namun kecemasannya pada Bianca membuat dia menekan tombol panggilan hijau untuk mengubungi nomer milik Harry tersebut.

"Hey! Jangan main-main denganku." Ancam Zayn penuh amarah.

"Ini serius." Suara Harry sangat kecil, seperti sedang berbisik, "Kita harus bertemu."

"Dimana Bianca?"

"Bianca dan Niall disekap oleh mereka."

"Mereka?" Zayn menutupi keterkejutannya dengan tertawa sinis, "Kau salah satu dari mereka! Jangan bermain-main denganku, Harry."

"Aku tidak menjebakmu. Waktuku hanya tersisa sedikit lagi." Suara Harry semakin rendah, "Dimana kita bisa bertemu?"

Zayn diam sejenak memikirkan keputusan apa yang harus dia ambil sekarang. Perasaannya berkata jika Harry serius dengan ucapannya namun logikanya berkata tidak. Lantas jika memang dia harus terjebak demi melindungi Bianca, dia akan melakukannya. Bianca harus selamat.

"Baik, kita bertemu di cafe."

"Jangan!" Cegah Harry cepat, "Hindari tempat umum."

"Kalau begitu datang ke apartemenku." Zayn menghela napas, dia sudah membocorkan identitasnya sendiri jika memang ini adalah sebuah permainan, "Aku akan mengirimkan alamatnya."

"Baik, aku akan kesana sekarang."

***

Kesadarannya mulai timbul secara perlahan. Matanya terbuka dan dia mengumpulkan nyawanya untuk menyadari dimana dia berada sekarang. Ruangan ini gelap dan pengap, seperti sebuah gedung tua yang dia tidak tahu dimana keberadaannya.

Menatap kebawah, dia melihat dirinya yang sedang duduk terikat di sebuah kursi kecil. Dan dia baru ingat kejadian beberapa waktu yang lalu, dia diculik dan sekarang dia sedang di sekap. Napasnya berburu cepat, ketakutan melanda perasaannya.

OVERLOADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang