Chapter 16

5.6K 516 311
                                    

Satu kata yang dapat menggambarkan suasana hati Bianca saat ini, tegang. Kedua mata itu bertemu secara langsung. Lurus dan tajam. Bianca tak mengharapkan hal semacam ini akan terjadi tetapi dia sadar, pada saat yang tepat Zayn akan dipertemukan dengan Harry, begitupula sebaliknya. Namun ini bukan saat yang tepat, Bianca sudah mendapatkan hukuman dari Zayn dan pertemuan ini akan memperburuk hubungan mereka kembali.

Bianca maju satu langkan setelah melepaskan tangannya dari lengan Harry. Zayn berdiri dihadapannya namun kedua mata coklat itu seolah menembus tubuh Bianca untuk dapat memperlihatkan tatapan tajam yang ditujukan kepada Harry. Bianca berusaha tidak menoleh ke belakang karena apapun ekspresi wajah Harry akan membuatnya lemah untuk menghadapi kondisi genting semacam ini.

Pilihan yang sulit.

"Siapa kau?"

"Teman Bianca. Dan kau?" Harry membalas dengan suara ramah, berbeda jauh dengan Zayn.

Tampak Zayn ingin sedikit bermain peran disini namun tidak ada yang mengetahui apa sesungguhnya Harry tahu modus semacam ini atau tidak.

"Ada perlu apa kau datang kemari?" tanya Zayn kembali tanpa memperdulikan jawaban dari pertanyaan Harry.

"Hanya berkunjung, itu rutinitas kami sebelum jam kerja dimulai. Dan aku tidak tahu jika Bianca kedatangan tamu."

Setelah mendengar jawaban itu, tatapan Zayn beralih kepada Bianca. Tajam dan menusuk. Bianca mengutuk dirinya sendiri saat ini. Seharusnya dia bisa mengatasi hal semacam ini mengingat Zayn sudah berada satu Negara dengannya.

"Dan sekarang kau sudah tahu jika Bianca kedatangan tamu."

Harry tak merespon, yang dia tunggu adalah Bianca memutar tubuh untuk dapat menatap kedua matanya, namun Bianca tak melakukan apapun. Tetap berdiri dengan manis di tempatnya.

"Untuk apa kau masih berada disini?" lanjutnya.

"Bi," panggil Harry dengan suara lembut, nyaris membuat Bianca jatuh di tempat karena dia tidak tahu harus mengatakan apa kepada Harry.

Perlahan dia memutar sedikit tubuhnya. Adil, karena kini dia tidak menghadap kepada Zayn maupun Harry. Matanya beralih ke kanan, bertemu dengan mata hijau milik Harry yang sudah menantinya.

"Harry, aku..-"

"Kau ingin aku pergi sekarang?"

Bianca diam, melirik bergantian pada Zayn dan Harry untuk beberapa kali. Dia menghembuskan napasnya dan tersenyum kearah Harry.

"Aku lupa jika memiliki kunjungan. Kau tidak keberatan 'kan jika kita lanjutkan saat makan siang nanti?"

Harry menghembuskan napasnya, sedikit kecewa akan jawaban Bianca. Lantas dia tersenym, "Tentu saja tidak, aku hanya ingin mendengar jawabanmu karena kau memiliki hak penuh atas siapa yang boleh berada di dalam ruanganmu."

Mendengar ucapan itu, Zayn merasa sedikit tersindir. Tidak, kesalahan bukan pada Zayn, dia hanya terlalu peka pada ucapan Harry yang sudah jelas untuk menyinggungnya. Harry berjalan mendekati Bianca, mengarahkan tangannya pada puncak kepala perempuan itu dan mengacak rambutnya dengan lembut.

"Kalau begitu aku akan kembali ke ruanganku. Selamat bekerja."

"Yeah." Jawabnya singkat.

Dia tidak tahu harus berbuat apa ketika jari-jari tangan Harry mengusap pipinya. Celaka karena adegan itu terekam pada pengelihatan Zayn.

Sebelum Harry menghilang di balik pintu ruangan, dia kembali memutar kepalanya dan tersenyum, "Sampai bertemu saat jam makan siang, Bi."

OVERLOADWhere stories live. Discover now