Chapter 19

4.9K 471 150
                                    


"Sesungguhnya kita akan kemana, Harry?"

Sudah tiga kali Bianca menanyakan hal itu kepada Harry, namun tak ada jawaban sama sekali. Harry hanya terus melajukan mobilnya membentangi jalan raya yang nampak sudah sepi malam ini. Setelah adegan cukup panas di basement, Bianca memutuskan ajakan Harry yang ingin membawanya ke suatu tempat.

Jika dia ingin membunuhku, setidaknya jangan sekarang. Kalimat itulah yang terus diucapkannya di dalam hati.

"Bianca," Harry menoleh padanya tersenyum, telapak tangan Harry menghusap lembut pipinya, "Kau aman, percaya padaku. Aku tidak akan menyakitimu."

Apa Harry bisa dipercaya? Bisa namun tidak sepenuhnya.

Setelah menghabiskan beberapa menit yang cukup panjang, akhirnya mobil Harry menepi di pinggir jalan. Bianca seperti tidak yakin ketika Harry mengajaknya ke tempat sepi yang lebih mirip seperti hutan, namun ketika Harry membukakan pintu untuknya, dia pun tetap turun dengan berpura-pura tenang.

"Harry," Bianca menghentikan pergerakan tangan Harry ketika ingin menariknya memasuki sebuah jalanan gelap, "Untuk apa kita kemari?"

"Aku ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamamu."

"Di tempat seperti ini? Bercanda."

"Tidak. Kau hanya belum tahu. Tenang dan ikuti saja aku, oke?"

Bianca mengangguk.

Harry menggenggam tangannya erat untuk menyusuri jalan yang dikelilingi oleh pepohonan besar yang tampak menyeramkan, ditambah lagi dengan suasana gelap tanpa penerangan sedikit pun. Bianca terus berharap cemas di dalam hatinya agar tidak terjadi hal apapun padanya. Firasatnya mengatakan jika Harry tidak akan membunuhnya sekarang namun entah mengapa itu tidak menjadi alasan untuk membuatnya merasa tenang.

Kedua mata Bianca ditutup oleh sesuatu. Seketika semuanya gelap akibat telapak tangan Harry yang menutupi kedua mata itu. Bianca takut. Untuk berbicara pun rasanya sulit.

Aku sudah tamat, selamat tinggal.

"Harry!"

"Apa kau suka?" Setelah suara serak itu terdengar. Bianca mulai merasa lega.

Aku belum tamat.

Kedua tangan Harry pun terlepas dari matanya, gelap yang berganti dengan sebuah pemandangan indah di depan matanya. Sebuah danau dengan jembatan kecil yang sedang mereka pijaki sekarang ini. Menakjubkan, hutan yang menyeramkan seketika berubah menjadi tempat yang sangat indah. Tak ada penerangan apapun disini namun cahaya dari bulan dan bintang yang penuh diatas langit membuat suasana menjadi lebih indah dari penerangan sebuah lampu.

"Wow," Bianca membulatkan mulutnya, "Ini isi dari tempat menyeramkan yang kita lewati tadi? Aku kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikan. Beautiful."

"Yeah." Harry tersenyum dan menghirup udara dalam-dalam, "Kau adalah orang pertama yang kubawa kemari. Jika kau ingin tahu."

"Sungguh? Apa itu artinya aku istimewa?"

"Lebih dari itu." Harry menoleh pada Bianca ketika wanita itu menunggunya untuk melanjutkan, "Tempat ini merupakan pelarianku ketika aku tidak tahu arah tujuan. Aku memiliki rumah, tentu saja, namun terkadang aku merasa sangat jenuh. Lalu pergi ke sebuah pub dan mabuk-mabukan, itu juga merupakan hal biasa yang sudah sering ku lakukan. Pergi ke kantor terasa membosankan. Sungguh, aku butuh pelarian dan tempat ini adalah satu-satunya yang kumiliki."

"Dan kau pergi sendirian?"

"Tidak ada orang mengerti aku, Bi. Percuma aku membawa semua orang yang ku kenal kemari namun tak ada satupun dari mereka yang bisa mengerti apa yang sedang aku rasakan."

OVERLOADWhere stories live. Discover now