Chapter 6

9.2K 592 291
                                    

Hari ini Bianca berniat untuk menyelidiki segala sesuatu yang harus dia ketahui mengenai kejadian kemarin—dimana Harbert Haxwel (Pemimpin Perusahaan) harus dilarikan ke rumah sakit karena alasan yang kurang jelas. Niall sudah mengetahui hal itu dan pria itu juga mengatakan jika dia menemukan tanda-tanda tidak beres di Furtain Canter sejak awal dia menjadi karyawan.

Mengenai kejadian semalam, Bianca tak pernah bisa menghilangkan ingatannya mengenai bagaimana rasanya bersetubuh dengan seorang pembunuh bayaran. Bianca menikmati segala hal yang dilakukan Harry padanya bahkan dia tak sedikit pun merasa takut, walau kenyataan yang dia dapatkan sekarang sudah sangat jelas. Harry adalah orang yang sangat berbahaya, dia tak hanya akan menyakiti Bianca tetapi banyak orang disekitarnya.

Bianca masuk ke dalam lift, namun sebelum pintu lift tertutup, seseorang terlebih dahulu masuk ke dalam. Seorang pria mengenakan jas hitam dengan dasi berwarna merah tua—terilihat sangat rapi dan tampan, tetapi pria itu tampak asing bagi Bianca. Dia tidak pernah melihat orang itu sebelumnya. Bianca membaca name tag yang terpasang di jas pria tersebut. Louis Haxwel. Bianca terdiam sejenak, apa dia adalah anak dari Harbert Haxwel? Merasa diperhatikan, pria itu menoleh kearah Bianca.

“Ada yang salah dengan penampilanku, Nona?” Bianca membuang pandangannya kesembarang arah, dia merasa malu. “Apa kau karyawan baru?”

“Ya, aku resmi diterima minggu lalu dan aku baru bekerja selama empat hari.”

“Pantas saja wajahmu terlihat asing. Namaku Louis.”

“Haxwel? Kau..?”

“Ya, aku anak dari Harbert—pemimpin perusahaan ini. Ayahku harus di rawat di rumah sakit sehingga aku akan menggantikannya selama beberapa hari kedepan.”

Bianca mengangguk paham. Louis sangat pantas menyandang status sebagai anak konglomerat, dia begitu tampan dan tegas. “Namaku Bianca Hans. Maaf jika aku sempat tidak mengenalimu, Tuan.”

Pintu lift terbuka, Bianca membiarkan Louis berjalan terlebih dahulu sedangkan dirinya menyusul dibelakang. Beberapa karyawan di lantai lima membungkukan sedikit tubuhnya seraya memberi hormat kepada anak boss mereka. Louis mengamati keadaan setiap ruangan, dia seperti sedang mengontrol. Bianca membuka pintu ruangannya tetapi tanpa dia sadari Louis ikut melangkah dibelakangnya.

“Jadi kau yang mengisi ruangan Mariah sekarang. Itu cukup bagus, setidaknya satu ruangan di lantai lima tidak akan kosong lagi.” Louis duduk diatas sofa, memperhatikan isi ruangan Bianca. Setelah meletakan tasnya, Bianca pun menghampiri Louis dan duduk dihadapannya. Sebisa mungkin dia berusaha bersikap sopan.

“Mariah..?”

“Ya, dia adalah wanita yang dulu menjabat diposisimu sekaligus pemilik ruangan ini. Namun sayang, dia tewas tanpa alasan yang jelas—kabar beredar mengatakan jika dia bunuh diri. Kejadian itu terjadi empat bulan yang lalu, setelah bendahara perusahaan tewas di dalam toilet dua bulan sebelumnya. Ini sangat tragis.”

Bianca terkejut, dia kembali diam. Ini saatnya mengetahui seluruh informasi mengenai kantornya. “Jadi Mariah tewas karena bunuh diri?”

“Aku tidak tahu pasti tentang hal itu, namun Mariah sudah ditemukan tewas dengan darah yang mengalir dikepalanya pada pagi hari tepat di depan halaman Furtain Canter. Banyak yang mengatakan jika dia melompat dari lantai dua puluh setelah jam kerjanya usai tetapi polisi mengatakan hal yang berbeda, Mariah sepertinya dibunuh karena hasil otopsi mengatakan jika terdapat bekas pukulan dengan benda tajam pada kepalanya. Tetapi lagi-lagi kasus pembunuhan ini berhenti di tengah jalan. Semua orang seolah angkat tangan.”

Seketika Bianca merasa takut, pembunuhan yang terjadi di kantornya sangat tragis. Dia bahkan takut membayangkan seandainya seseorang membongkar kedoknya dan dia akan dibunuh mengenaskan. Bianca harus berhati-hati mulai sekarang.

OVERLOADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang