10. Takdir, Lihat Aku

7.3K 694 99
                                    

Takdir...
Destiny...
Itu yang membawa kami kembali dipertemukan
Didampingi oleh perasaan semu yang tak tergambarkan
Amarah, dendam, benci, kecewa, sakit, namun juga senang melebur menjadi satu kesatuan
Menciptakan suatu perasaan yang tak terjelaskan, terjawabkan, seperti permen lolipop dengan begaram macam kecapan...

Hai takdir...

Maukah kau mengabulkan pintaku?
Carilah orang lain untuk bermain denganmu.
Jangan aku...
Ini permohonanku, doaku, harapanku, segala bagiku...
Aku lelah, aku capek, bisakah kau memperdulikanku?!

Ini terlalu berat...
Terlalu sakit
Aku tak kuat...
Terjerat, terhambat, terikat, pada pesona yang membuat orang tersesat,
Aku tak bisa meralat
Semua hatiku telah terebut dan terenggut..
Oleh sang pemilik mata tersirat...
Salah satu penggores dan salah satu pengobat...
Aku mencoba merakit,
Tapi kenapa tautan tak kasat mata itu mengerat?!
Mencekalku hingga aku tidak bisa bersiasat...

Apa maunya?! Bisakah kau mengatakannya kepadaku? Wahai takdir?!

Dulu aku memilih membiarkan
Tahu kalau aku tidak akan memenangkan
Tak mengacuh pada hati yang berontak menumpahkan
Tapi sekarang, haruskah aku mendiamkan?!
Aku tidak ingin dia ikut merasakan
Aku tidak ingin melihat kematian
Aku tidak ingin mengakhirkan
Aku tidak ingin melihat si antagonis tertawa akan kekalahan!
Tidak setelah berita pernikahan sampai ke pendengaran...
Jadi apa yang harus aku lakukan?
Tidak selamanya aku harus diam bukan?!

Balas.

Akan aku buat dia tidak bisa hidup tenang
Dengan aku sebagai bayang-bayang
...
Akan aku rebut semua yang telah dia rebut
Akan aku ambil kembali sang penakhluk
Sekalipun caranya menjatuhkan harga diriku sendiri...

Wine...
Yah, wine, mungkin dengan sedikit tambahan obat, bagi, cari, dan kemudian hancurkan.

Takdir, kau lihat, bagaimana ulat bulu yang lemah itu akan bertransformasi menjadi seekor kupu-kupu. Dan mulai sekarang, akulah yang akan mempermainkanmu.

.
.
.

"2 hari lagi pernikahanmu, tapi kau masih saja bercinta dengan berkas-berkasmu, teme" Ucapan itu dilontarkan oleh seorang pemuda berambut blonde dengan kumis di kedua belah pipinya, ia manampakkan cengiran khas miliknya sambil duduk di sofa ruang kerja Sasuke. Menatap Sasuke yang tengah memegang berkas dengan mata yang mengarah kepadanya.

Tak ada jawaban dari Sasuke, pria yang baru kembali ke kampung halaman 5 hari yang lewat itu memilih mendiami sahabatnya dan melanjutkan kembali kegiatan yang sempat tertunda.

Pria itu, Uzumaki Naruto tersenyum penuh arti mendapat respon Sasuke, mata biru cerah miliknya meredup ketika mengatakan, "Aku pikir kau akan membawa seseorang kembali, tapi sepertinya aku salah. Kau masih dengan keputusanmu"

"... Kau berharap dia kembali?"

Naruto menghela nafas berat, "Dia sahabatku... Tentu saja aku berharap, walau ya, aku masih kecewa. Tapi, aku tidak bisa menampik bahwa aku merindukannya... Persahabatan kita terasa hampa sejak kepergiannya," Sasuke memilih untuk tidak menjawab lagi, membiarkan Naruto menyampaikan hal-hal yang ditahannya selama ini, "dalam pikiranku, aku yakin kalau Sakura chan pasti tumbuh lebih mempesona, lebih cantik, lebih... Wah (?) Haha, aku benar-benar ingin bertemu dengannya lagi, aku rindu ketomboyan dan kekonyolannya"

Mantan (√) Where stories live. Discover now