"Kasian ularnya."

Aga masih terus menikmati melihat ular yang bergerak dengan pelan di atas ranting. Melilitkan tubuhnya dengan bebas sambil menjulur-julurkan lidahnya. Sebenarnya Aga ingin melihat mereka makan, tapi bukan waktunya si pawang ular memberi mereka makan.

"Van, udahan yuk? Udah panas-dingin nih gue di sini." Evan menatap Shasa sambil menahan senyum. Dia jadi ingat kalau gadis yang tengah bersembunyi di balik punggungnya ini sangat takut dengan ular. Bahkan, dulu saat mereka masih SMA, Evan pernah menakut-nakutinya dengan ular mainan sampai menangis dan hampir pingsan.

"Ga? Udahan ya lihat ularnya? Kita ke tempat lain lagi. Masih banyak nih yang belum kita lihat."

"Yuk!"

Aga semakin riang menuju tempat ke dua. Dia sepertinya sudah melupakan ketakutannya pada tempat ramai, padahal tempat ini jauh lebih ramai dari pintu masuk yang sempat membuat Aga berkeringat dingin tadi. Aga membelalakkan matanya saat mendengar teriakan binatang yang sering dia lihat di tv. Dia langsung berlari mendekati jeruji besi sebagai pelindung mereka.

"Bang, ada George!" teriak Aga sambil menunjuk bayi simpanse yang tengah disusui induknya di dalam jeruji besi. Evan terkikik geli, teringat kartun monyet bernama George yang sering mereka tonton bersama.

"Oiya, bener gak sih Bang kalau manusia itu asalnya dari kera? Miss Anna pernah bilang dulu."

"Kalo kemungkinannya pasti ada, Ga. Tapi kebenarannya, siapa yang tau."

"Mereka pinter, ya Bang?"

"Banget. Hampir sama kayak manusia. Nanti di rumah kita nonton penelitian tentang mereka, ya? Seru-seru loh."

"Iya, Bang! Janji, ya?"

"Iya!"

Aga memuaskan keingintahuannya tentang binatang itu sedikit lebih lama, sesekali bertanya pada Evan sebelum akhirnya menarik tangan Evan untuk berjalan ke tempat lain. Refleks, Evan merak tangan Shasa agar gadis yang tengah asik memandangi bayi simpanse itu tidak tertinggal. Shasa langsung tersadar saat tangan hangat dan kekar milik Evan menggenggam tangannya. Dia menatap dua telapak tangan yang beradu itu lekat-lekat. Tangannya terlihat begitu kecil dibandingkan dengan tangan Evan, tapi entah rasanya begitu pas.

"Oh, maaf. Gue gak mau lo ketinggalan. Susah ntar nyarinya." Evan tiba-tiba melepaskan genggaman tangannya, membuat Shasa menarik napas panjang, kecewa. Dia ingin tangan Evan menggenggamnya lebih lama lagi.

Antusiasme Aga benar-benar luarbiasa. Dia menanyakan apa pun yang terlintas di kepalanya saat melihat binatang-binatang itu berada dalam habitat yang dibuat semirip mungkin dengan habitatnya. Sesekali Shasa membantu menjawab saat Evan harus membalas pesan dari Bella, Marcel atau klien bisnisnya.

"Micin, haus!" teriak Aga sambil memegangi tenggorokannya. Shasa memintanya menunggu, dia menurukan tas ransel yang sedari tadi dipunggungnya, mengacak-acak isinya untuk mendapatkan air minum yang Aga mau. Evan tersenyum tipis melihat Aga yang asik menggoda burung. Tangannya kembali merogoh saku celananya, mengambil ponsel yang sebenarnya baru saja dia masukkan. Dia harus membaca jadwal baru yang Bella kirimkan, penting, perubahan rencana.

"Siapa lo?!" Aga langsung terlonjak kaget, apalagi saat merasakan tangannya terhempas dengan kasar. Dia menoleh ke belakang. Pandangannya langsung berubah kaget, takut juga. Di belakangnya, bukan Evan yang selama ini dia gandeng, tapi pria bertubuh tambun dengan kumis tebal. Aga ketakutan, bibirnya meracau, memanggil Evan dengan tubuh gemetar. Tangannya memeluk Bunny di depan dada, bahkan sekarang dia sudah berjongkok di pinggir lorong sambil terus meracau.

"Dasar idiot!" ucap orang asing itu sebelum berlalu pergi, meninggalkan Aga sendirian di tengah keramaian.

Aga semakin ketakutan. Orang-orang di sekitarnya berubah menjadi sangat menyeramkan. Masih mempertahankan posisi jongkoknya, Aga menjepit Bunny di antara paha dan dadanya sambil menutup kedua telinga. Ia mulai histeris, panggilannya pada Evan berubah lirih saat tangis ketakutan semakin menguasainya. Setiap ada orang yang berusaha menyentuhnya, Aga pasti berteriak-teriak ketakutan, membuat orang-orang di sana akhirnya berkumpul mengelilingi Aga yang membuatnya semakin takut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NEVERLANDWhere stories live. Discover now