Aga : 11.2

788 79 40
                                    

Cerita ini dibagi 2 yaaa, ini bagian lanjutannya, selamat menikmatiiii...

Entah bagaimana caranya Bella menempuh jarak 10 km hanya dalam waktu 10 menit. Tepat setelah Shasa selesai membereskan kekacauan yang dia buat saat mendandani Evan, deru mobil Bella terdengar di depan rumah.

"Tante Genit udah dateng, semuanya ngumpet!" perintah Aga yang langsung dilaksanakan oleh semua orang yang ada di sana. Aga langsung lari menuju pintu, mengunci pintu seperti permintaan Bella sedangkan yang lainnya berlari kocar-kacir mencari tempat persembunyian terdekat dengan pintu masuk.

"Ga, kok malah di kunci?" tanya Shasa bingung, dia sudah ingin maju membukakan pintu untuk Bella, namun tangannya buru-buru ditarik oleh Evan dan malah diajak bersembunyi.

"Bella punya kunci cadangannya. Ayo buruan sembunyi!" kata Evan antusias. Jarang sekali laki-laki itu seantusias ini bermain dengan Aga. Mereka berdua memilih berbaring di atas sofa besar yang ada di ruang tamu, membuat tubuh mereka tidak terlihat sama sekali dari arah pintu.

"Lo diem ya?" bisik Evan. Shasa hanya memejamkan matanya. Posisi mereka berdua ini hampir seperti orang yang tengah berpelukan. Evan menyembunyikan tubuh Shasa dengan merangkulnya sedangkan dirinya sendiri merapat ke sandaran sofa.

Di balik pintu, Bella tergesa-gesa mengambil kunci cadangan rumah Evan yang ada di dalam tasnya dan membuka pintu itu dengan keras saking paniknya. Dia langsung meneriakkan nama Aga bahkan sebelum kakinya masuk ke dalam rumah. Tepat saat Shasa menutup pintu rumah itu, lima orang zombie bergerak pelan dengan kepala miring menuju ke arahnya. Tangan mereka mengarah ke depan seolah-olah ingin mencekiknya. Mulut mereka mengeluarkan suara menggeram yang menakutkan. Evan pun tidak mau kalah. Dia muncul dari balik sofa dan langsung berlari menerjang Bella dengan langkah terseok-seok dan menggeram rendah.

"Argh!"

Bruk!!

Evan yang paling dekat dengan Bella refleks langsung berhenti, kaget melihat tubuh Bella yang tiba-tiba meluruh jatuh ke lantai dengan suara debuman keras. Evan langsung memangku kepala Bella, meneliti ada luka atau tidak di kepala itu sebelum menghela napas lega.

"Tante genit pingsan?" tanya Aga polos dengan mata bulatnya yang menatap Bella seolah tidak tahu apa-apa, padahal anak itu sendiri yang merencanakannya.

"Iya nih, kayaknya ketakutan. Idenya Aga sih." Aga mengerucutkan bibirnya, tidak terima disalahkan.

"Abang yang salah, kenapa nakut-nakutinnya keterlaluan, kan tante Genit jadi takut. Kalo jantungan gimana?" tanya Aga dengan nada suara yang begitu lucu, seolah dia benar-benar tidak ambil andil. Evan menghela napas panjang dan menggendong tubuh lemas Bella ke sofa.

"Yah, padahal Aga kan belom gigit tangan tante Genit. Tante Genit belom jadi zombie deh," Aga mengercutkan bibirnya dan duduk bersimpuh di bawah, dekat dengan kepala Bella. Tangan Aga membelai wajah Bella, kemudian menggoyang-goyangkan tangannya pelan.

"Tante Genit bangun dong, ayo main sama Aga. Ih tante Genit gak asik deh, bangun tante!" panggil Aga sambil menggoyang-goyangkan tangan Bella.

"Kasih minyak ini coba Ga." Shasa mengulurkan satu botol minyak kayu putih pada Aga yang langsung didekatkan ke hidung Bella. Tiba-tiba Aga menatap Shasa dengan senyum lebar di wajahnya, membuat Shasa kebingungan ditatap seperti itu.

"Ada apa?"

"Jadiin tante Genit zombie juga dong, mumpung masih tidur."

"Jangan ah Ga, kasian Bella nya, nanti pingsan lagi gimana? Kan Abang yang repot angkat-angkat," protes Evan tidak terima. Bella memang kurus dan dia juga mengangkat tubuh itu tidak terlalu jauh, hanya ke sofa yang tadi dia gunakan untuk bersembunyi, tapi tetap saja berat.

NEVERLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang