Aga : 13

823 75 2
                                    

Entah sudah berapa kali Shasa menghela napasnya, kelelahan. Saat ini Shasa sibuk membereskan mainan Aga yang berserakan di mana-mana. Jangan tanya ke mana Aga sekarang, sehabis memberantakkan seluruh mainanya tanpa dosa, dia berlari ke luar. Shasa tidak perlu repot mencari ke mana dia, pasti sekarang bocah itu sudah berada di halaman belakang, ntah bergelatungan, bermain ayunan, perosotan atau bermain dengan binatang peliharanya.

Tingal satu box lagi yang harus dia bereskan. Shasa memunguti mainan itu buru-buru setelah mendengar Aga berteriak-teriak di belakang, entah permainan seperti apa yang membuatnya histeris seperti itu. Shasa memeriksa hinga ke kolong-kolong meja dan kursi, memastikan tidak ada mainan Aga yang tercecer lagi sebelum berlari ke halaman belakang dengan sisa tenaganya yang tingal 5 %.

"Astaga!" jerit Shasa yang kaget saat membuka pintu.

"Aga, ngagetin Kak Shasa aja, lagian Aga ngapain sih pake baju kaya gitu?" lanjut Shasa sambil mengusap-usap dadanya, mencoba menormalkan detak jantungnya yang memburu.

"Micin!" jerit Aga kesal, "jangan pangil Aga, sekarang Aga lagi jadi kapten bajak laut, jadi Micin harus manggil Aga, kapten bajak laut, bukan Aga, ngerti kan?!" lanjut Aga, menjelaskan panggilannya sekarang.

"Hah?" Shasa masih belum paham maksud Aga.

"Ihh malah bengong!"

"Aga?"

"Ah iya! Kapten bajak Aga, kenapa pake baju ini?"

"Kan kapten mau mainan bajak laut, keren kan? Aga cakep kan?" pede Aga sambil memutar badannya. Shasa malah gemas melihatnya, andai Aga sepotong cheese cake atau brownies atau kue apapun itu, Shasa pasti sudah menggigitnya saking gemasnya. Lagi pula dia tengah kelaparan sekarang.

"Iya iya, Aga cakep banget, bikin Kak Shasa gemes!" ucap Shasa gemas sambil mencubit pipi Aga yang tidak terlalu gembul, tapi juga tidak bisa dibilang kurus.

"Ah kapten bajak laut Aga, bisa mingir? Shasa mau lewat."

"No, no, no, no!" halang Aga. Dia mengulurkan pedangnya dan membentangkan kedua tangannya ke pintu, menghalangi jalan Shasa.

"Micin mau lewat?" tanya Aga tegas.

"Iya kapten!"

"Kalo Micin mau lewat harus bayar pajak dulu. Kalo gak bayar Micin gak boleh lewat"

"Bayar?"

"Iya!"

Shasa memutar bola matanya kesal, andai tidak ingat remaja di depannya ini masih bersikap seperti anak-anak, dia pasti sudah menjewer telinganya dan memarahinya. Namun karena ini Aga, dia terpaksa merogoh setiap saku yang ada di bajunya, mencari uang. Untungnya ada uang dua puluh ribu di sakunya.

"Ini uangnya, sekarang Kak Shasa boleh lewat?"

"No! Kapten bajak laut tidak mau uang!" tolak Aga. Shasa mengerutkan keningnya, bingung, apa yang mungkin Aga mau selain uang? Dia kemudian merogoh sakunya kembali, mengeluarkan satu buah lollipop yang baru saja dia beli di supermarket.

"Kalo pake ini bisa 'kan?" Mata Aga langsung berbinar seakan melihat lolipop itu sebagai berlian.

"Bisa!" Tanpa permisi, Aga langsung mengambil permen itu dan memasukkannya ke kantong bajunya.

"Oke, karena Micin udah bayar pajak, Micin boleh lewat." Aga mengangkat pedangnya seolah tengah membuka palang untuk Shasa agar gadis itu bisa lewat. Setelah Shasa lewat, Aga langsung berlari ke lantai bawah sambil berteriak-teriak heboh dan tertawa menirukan suara tawa bajak laut.

NEVERLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang