Aga : 5

900 66 9
                                    

"Bang!"

"Abang!"

"Ih Abang!"

"Abang, Abang, Abang, Abang, Abang!!" Teriak Aga tepat di telinga Evan, karena sejak tadi kakaknya itu tidak merespon panggilannya sama sekali. Bagaimana bisa merespon jika Aga meneriakinya dengan bisikan, sampai akhirnya dia berteriak tepat di telinga Evan, membuat laki-laki yang tengah serius memeriksa laporan keuangan perusahaan itu terlonjak kaget.

"Apa sih Ga? Kenapa teriak-teriak di telinga Abang coba? Kalau Abang budek gimana?" Protes Evan sambil menutup laptop nya, sepertinya sudah tidak kondusif lagi kondisinya untuk melakukan pekerjaan sekarang.

"Aga punya berita penting buat Abang!"

"Penting?" Tanya Evan lagi memastikan, Aga mengangguk dengan wajah yang sangat serius, terlalu serius malah dengan mata bulatnya yang entah bagaimana terlihat semakin bulat saat Aga menampilkan ekspresi serius seperti itu, membuat Evan justru ingin mencubit pipi adiknya itu saking menggemaskannya.

"Sini, Aga bisikin. Ini kan rahasia!" Aga mengode Evan dengan gerakan tangan seolah-olah meminta Evan menunduk sedikit, Evan tanpa sadar mengikuti permintaan Aga tanpa banyak bertanya. Aga menatap ke sekeliling, memastikan tidak ada seorangpun di sekitar mereka berdua, kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Evan.

"Kemarin Aga liat poto-poto pacarnya Micin Bang!"

"Hah!" Reflex Evan berteriak karena syok, entah Aga tahu dari mana info itu, tapi tidak mungkin kan, karena selama shasa kerja di sini, belum pernah sekalipun Evan meliat shasa menerima atau membawa laki-laki masuk ke rumah ini, dan entah kenapa, hati Evan langsung sakit mendengarnya.

"Ih Abang berisik deh, jangan teriak-teriak dong, nanti ketahuan!" Aga reflex ikutan teriak juga.

"kamu tau dari mana Ga?" Tanya Evan, tanpa sadar dia bertanya dengan berbisik pada Aga, bahkan dia mendekatkan bibirnya ke telinga Aga agar anak itu bisa mendengar dengan jelas bisikannya.

"Aga liat sendiri di kamar micin banyak poto-poto pacar Micin ditempel di dinding." Jawab Aga dengan bisikan juga. Keduanya jadi seperti anak kecil yang sedang berbisik-bisik dan tidak ingin orang lain tahu percakapannya. Bahkan keduanya refleks memandang ke sekeliling setiap kali akan mengatakan sesuatu.

"Di kamar Shasa? Kamu ngapain Ga ke kamar shasa?" Evan penasaran, pasalnya Aga jarang sekali mau ke kamar perawatnya itu karena Shasa jarang merapikan kamarnya dan membiarkannya berantakan, terutama bagian meja riasnya.

"Jadi kemaren kan di rumah gak ada siapa-siapa, bu Sum lagi belanja dianter mang Jajang, truss, Micin tiba-tiba narik Aga ke rumah belakang, ke kamar Micin, terusss, micin suruh Aga diem-diem di kamar micin, pintu kamar micin aja di kunci, terus kunci nya di bawa micin, terusss Aga tanya kan kenapa sih Aga di kesin, kata Micin, ini urusan wanita, mendadak, setiap bulan wanita punya urusan yang mendadak, jadi Aga diem di sini, kakak cuma sebentar, diam ngerti kan Aga!!!terus Aga nganguk aja." Aga berhenti sebentar saat bercerita, menarik napas dulu.

"Tapi Bang, Micin aneh banget!"

"Aneh kenapa?" Desak Evan, sepertinya dia sudah tidak sabar dengan inti cerita Aga. Seperti anak kecil pada umumnya yang selalu bercerita dengan berbelit-belit, Aga pun sama, membuat Evan benar-benar jengkel karena sudah penasaran dengan laki-laki yang Aga maksud. Tapi dia berusaha menahan diri untuk bersabar sambil mencoba memahami cerita Aga.

"Aneh Bang, Micin ambil sesuatu di lemarinya bentuk nya kotak kecil, terus diumpetin di kantong celana, terus micin buru-buru masuk kunci kunci pintu, tuh aneh kan Bang! Jangan-jangan Micin sebenernya penjahat!"

Evan mengerutkan keningnya, bingung mendengarkan cerita Aga yang tiba-tiba berpindah topik, padahal Evan sudah sangat penasaran dengan laki-laki itu. Hatinya sakit, sepertinya dia mendengar suara patah di dalam hatinya. Apa Shasa tidak pernah melihat rasa cinta Evan? Apa Shasa sebegitu butanya dengan perasaan Evan? meskipun Evan tidak pernah mengatakan secara langsung, harusnya Shasa peka dong dengan perasaan Evan, wanita kan tingkat kepekaannya tinggi!

NEVERLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang