Aga : 11.1

732 64 12
                                    

Cerita ini dibagi 2 ya, selamat menikmati...

Evan menyesap lembut kopi buatannya yang masih mengepulkan asap panas. Di tangannya terdapat satu buku tebal yang sudah lama dia beli tapi belum sempat dia baca. Hari ini agendanya dia hanya akan mengisi hari minggunya dengan bersantai sendiriandi taman belakang sambil membaca buku ditemani secangkir kopi racikannya.

Sendirian?

Iya, sendirian karena Aga tengah dalam aksi mogok bicara dengannya setelah rencana liburannya untuk bertemu Buzz digagalkan sepihak oleh Evan hanya karena semalam adiknya itu demam, padahal Aga sudah sangat penasaran dengan tempat yan kata Shasa menarik itu. Dia bahkan menyiapkan segala keperluannya seharian kemarin yang berujung naiknya suhu tubuhnya dan sekarang, Evan justru membatalkannya.

"Bang, gak main sama den Aga?"

"Enggak Bu, tadi udah ke sana tapi diusir. Masih ngambek dia gara-gara gagal ke Hongkong." Bu Sum terkekeh mendengar penjelasan dari Evan. Dia memang sudah mengetahui duduk perkaranya dan menurutnya tindakan Evan itu benar. Lagi pula Aga belum pernah berada di temat seramai itu sebelumnya selain Mall. Bisa jadi anak itu justru kambuh di sana.

Sebenarnya Evan penasaran juga dengan apa yang Aga lakukan di dalam ruang bermainnya itu. Jarang sekali Aga tidak keluar sama sekali sejak pagi tadi, padahal sekarang sudah menunjukkan pukul 1 siang. Entahlah apa yang dia perbuat di dalam sana bersama Shasa. Evan menarik napas panjang sambil mengedikkan bahunya, memutuskan tidak peduli. Toh Aga bersama Shasa.

Evan kembali menyesap kopinya pelan. Dia tersenyum puas saat kehangatan kopi itu memenuhi rongga dada dan lambungnya, "Ah, andai tiap hari minggu bisa begini, bebas, santai, gak ada Aga yang ngusilin gue di mana pun dan kapan pun, damai banget. Eh tapi sepi juga sih kalo gak denger teriakan dia. Dia sama Shasa lagi ngapain ya? Apa jangan-jangan mereka nonton film aneh-aneh lagi kayak dulu? Kalo iya bakal gue potong tuh gajinya Shasa! Ah, tapi gak mungkin ah, paling mainan congklak," guman Evan seolah tengah bertengkar dengan dirinya sendiri di dalam hati. Lagi-lagi Evan mengedikkan bahu, mencoba tidak ambil pusing dan memilih mulai membuka bukunya, mencari halaman terakhir yang dia baca.

🐭🐰🐭🐰🐭🐰🐭🐰

Semilir angin berhembus pelan, menggoyangkan daun-daun yang rimbun, menimbulkan sensasi sejuk di siang hari seperti ini. Laki-laki yang tengah duduk di ayunan yang ada di bawah pohon itu terlihat begitu menikmati semilir angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya. Dari belakang, dia terlihat begitu santai. Tubuhnya menyandar di bagian punggung ayunan yang tengah bergerak ringan, seperti bayi yang tengah ditimang.

"Abang!"

Pukk!

Buku yang ada di pangkuan Evan merosot begitu saja. menimbulkan suara berdebum pelan, tapi Evan sama sekali tidak terganggu dan malah memperbaiki posisi tidurnya.

"Yah Abang malah bobo," Aga langsung mengerucutkan bibirnya melihat Evan yang tertidur di halaman belakang, padahal Aga sudah sangat siap mengajak evan bermain.

"Bang! Abang! Abang! Abang! Abang! Abang! Bangun!" Aga menguncang lengan Evan dengan kencang untuk membangunkan kakak kesayangannya itu, tapi seperti biasa, Evan sangat sulit dibangunkan. Aga menarik napas panjang-panjang, bersiap melakukan cara terakhir untuk membangunkan Evan.

"Abang bangun ayo main bareng!" teriak Aga tepat di telinga Evan.

"Argh!" Evan langsung terlonjak kaget dan refleks berdiri dari ayunan. Tubuhnya sedikit limbung menginjak tanah yang tidak rata. Matanya membelalak lebar, efek kaget mendengar teriakan Aga yang tepat di telinganya.

"Siapa lo?! Ini di mana?! Korea ya? Kok ada zombie?? Ah, gue lagi mimpi kayaknya. Lari deh, daripada dimakan zombie!" Evan yang masih setengah sadar justru menganggap dirinya tengah bermimpi dan malah berlari masuk ke dalam rumah. Reaksi itu bahkan membuat Aga yang ada di depannya bengong, heran dengan reaksi kakaknya.

NEVERLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang